Leaders zkumparan

Friderica Widyasari Dewi, Utamakan Kesehatan Pegawai dan Optimalkan Platform Digital

Friderica Widyasari Dewi (Foto: idfounder.id).
Friderica Widyasari Dewi (Foto: idfounder.id).

Friderica Widyasari Dewi, Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), sering tampil di dunia maya untuk menjadi pembicara pada diskusi virtual yang membahas pasar modal, ekonomi syariah, prospek ekonomi, dan investasi untuk kalangan milenial. Pada 1 April 2021, misalnya, Friderica didapuk sebagai pembicara di seminar virtual (webinar) bertajuk “Pasar Saham: Investasi dengan Modal Minimalis dan Praktis.” Kiki, demikian sapaan akrabnya, kembali muncul di layar virtual tatkala menjadi pembicara di Next-Gen Summit 2021, yang mengudara di kanal media sosial salah satu stasiun televisi swasta pada 7 April 2021.

Demikian kesibukan Friderica sebagai bos BRIDS di masa pandemi ini. Sejak awal tahun lalu, dia mengoptimalkan platform digital untuk mengembangkan bisnis perusahaan serta mengedukasi masyarakat mengenai investasi. BRIDS adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin dari regulator untuk melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan peraturan yang berlaku di pasar modal. Friderica diangkat sebagai CEO BRIDS pada 10 Februari 2020 dan bersama jajaran direksi BRIDS menyusun rencana bisnis Perseroan.

Tak lama menjabat posisi ini, Friderica dan jajaran direksi BRIDS menghadapi kondisi bisnis yang sulit lantaran wabah virus corona menghantam seluruh sektor bisnis. Pasar modal pun mengalami turbulensi karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menukik tajam pada Maret hingga Juni 2021. Dia merancang ulang rencana bisnis untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut.

“Pada awal pandemi, saya baru masuk ke BRIDS dengan berbagai target dan cita-cita. Saya ingat sekali, di bulan Maret 2020 terjadi ketidakpastian dan kebingungan, sehingga BRIDS juga ikut kebingungan di awalnya. Tetapi, akhirnya kami bisa menyesuaikan diri ke new normal. Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berusaha mendapatkan hasil optimal,” tutur Friderica.

Jalan keluar yang dipilihnya adalah beradaptasi dengan mengoptimalkan platform digital seiring dengan penambahan investor ritel dan kebangkitan IHSG sejak semester II tahun lalu itu. BRIDS, menurut Friderica, melihat gejala ini sebagai indikator positif.

“Saat fenomena ini terjadi, alhamdulillah infrastruktur BRIDS sudah siap, kami memiliki sistem online trading bernama D’One yang cukup dikenal di kalangan investor. Walaupun tahun lalu kami belum sepenuhnya fokus pada investor ritel, secara infrastruktur cukup memadai,” Friderica menjelaskan.

Selain sistem online trading, BRIDS juga memiliki kantor cabang di seluruh Indonesia. “Kami adalah perusahaan sekuritas pionir di Indonesia dan reputasi kami dikenal luas sehingga kami cukup mendapat blessing dari situasi tahun lalu. Salah satunya, lini bisnis kami, yakni financial advisory, mendapat banyak project dari perusahaan yang melakukan restrukturisasi dan mendapat mandat dari Kementerian BUMN untuk membantu perusahaan-perusahaan BUMN melakukan berbagai aksi korporasi,” kata Friderica.

BRIDS, yang diakuisisi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) atau BRI di akhir 2018, mencanangkan bisnis jasa keuangan terintegrasi dengan Grup BRI, antara lain mengembangkan pasar modal syariah serta mengembangkan bisnis penjamin emisi dan broker. Tak hanya itu, BRIDS juga tidak alergi berkolaborasi dengan perusahaan atau institusi lainnya.

Friderica pun mengambil keputusan taktis, misalnya meluncurkan Sistem Online Trading Syariah (SOTS) terbaru di Desember 2020 untuk mengakomodasi transaksi nasabah atas pilihan saham-saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memenuhi kaidah hukum syariah, bersama dua perusahaan sekuritas lainnya BRIDS memuluskan pencatatan saham perdana (IPO) PT Widodo Makmur Unggas Tbk. pada 2 Februari 2021, meningkatkan jumlah investor ritel dan tetap mempertahankan nasabah institusi, mengembangkan sistem teknologi informasi yang menghasilkan aplikasi berbasis pelayanan nasabah, meningkatkan kompentensi SDM, serta menyempurnakan tata kelola perusahaan yang baik.

Hasilnya mengggembirakan, seperti tampak pada laporan keuangan 2020 yang dirilis BRI. Aset BRIDS pada 2020 sebesar Rp 1,09 triliun, meningkat 3,40% dibandingkan tahun 2019 senilai Rp 1,08 triliun. Pada periode ini, pendapatan usaha kotor (gross) tercatat senilai Rp 243,13 miliar, naik 20,30% dari Rp 201,96 miliar. Akumulasi nilai transaksi naik 13,44%, menjadi Rp 58,89 triliun dari Rp 51,91 triliun.

Menengok rekam jejak karier Friderica di dunia keuangan, maklum jika insting bisnisnya telah terasah. Setelah menamatkan pendidikan pascasarjana di California State University of Fresno, Amerika Serikat, dan menyandang gelar Master of Business Administration, dia berkarier di BEI sebagai Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan (2006-2007). Kemudian, mantan aktris film dan sinetron ini menempati posisi Sekretaris Perusahaan BEI, dan Direktur Pengembangan Pasar Modal BEI (2009-2015).

Kariernya di pasar modal berlanjut lantaran dia diangkat sebagai Direktur PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI, 2015-2016) dan Dirut KSEI (2016-2019) serta aktif sebagai pengurus asosiasi, misalnya di Masyarakat Ekonomi Syariah, Dewan Syariah Nasional MUI, dan Komite Nasional Kebijakan Governansi.

Pengalaman sebagai eksekutif perusahaan itu memacunya untuk menggagas inisiatif bisnis yang inovatif. BRIDS menjadi pionir dalam memfasilitasi penerbitan Obligasi Korporasi Ritel BUMN pertama pecahan Rp 1 juta yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder dan meluncurkan Gadai Efek, berkolaborasi dengan PT Pegadaian (Persero) pada Oktober 2020.

“Program Gadai Efek ini memberikan nilai tambah untuk nasabah. Mereka bisa mendapatkan dana tunai dengan menggadaikan efek yang mereka miliki tanpa berpindah kepemilikan,” kata peraih gelar Doktor dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Untuk menangkap potensi bisnis serta menjamin kesehatan pegawai pada era pagebluk ini, Friderica memprioritaskan sejumlah aspek. Di antaranya, mengutamakan kesehatan karyawan dan keluarganya, memastikan operasional perusahaan di fase pembatasan mobilitas masyarakat, mengimplementasikan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH), mengurangi porsi pegawai yang bekerja di kantor, menyediakan transportasi taksi untuk pegawai, meningkatkan otomatisasi operasional, mengurangi jumlah pegawai dengan pendekatan humanis, dan melakukan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

Lini usaha BRIDS ada tiga, yaitu broker dealer, investment banking, dan financial advisory. Untuk operasional investment banking dan financial advisory bisa dilakukan dengan WFH.

“Tetapi, tugas broker dealer tidak bisa dilakukan dari rumah karena mereka harus melakukan input order dan lain-lain di kantor. Di bagian back office, juga harus ada orang yang hadir secara fisik di kantor. Oleh karena itu, tantangan kami adalah bagaimana memastikan keberlangsungan bisnis dan operasional dengan segala keterbatasan yang ada dengan hasil yang optimal,” lulusan S-1 Fakultas Ekonomi UGM ini menjelaskan.

Pendekatan empathetic leadership diterapkan pula oleh Friderica di masa pandemi. Operasional perusahaan dan kesehatan karyawan dia prioritaskan.

“Sebagai leader itu tidak bisa hanya mengedepankan kepentingan perusahaan, namun juga mengutamakan kesehatan dan keselamatan karyawan beserta keluarganya. Komunikasi dijalin intensif bersama karyawan,” ucapnya tandas.

Peran Friderica sebagai pemimpin di kantornya diembannya selama WFH. Ia bersyukur bisa bekerja di rumah karena bisa melayani kebutuhan anak-anak dan suaminya, serta bisa mempererat tali silaturahmi dengan keluarga besar.

Walau sukses berkarier, Friderica tak sungkan menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Contohnya, memasak nasi goreng untuk suaminya seusai rapat virtual pada pukul 11 malam. “Begitu selesai rapat, saya langsung masak, padahal sudah capek banget. Saya tanya suami, kenapa tidak minta tolong ke asisten rumah tangga untuk dibuatkan nasi goreng. Eh, suami bilang, lebih menyukai nasi goreng buatan saya. Hahaha.., kayaknya suami need attention saja ya,” tuturnya.

Friderica mengatakan, karakter perempuan itu multitasking, seperti peran yang kini diembannya. “Saya sudah memilih untuk menjadi perempuan yang bekerja dan siap dengan segala konsekuensinya,” ujarnya. Kalau demikian, tetap bersedia kan seandainya memasak nasi goreng lagi untuk suami pada tengah malam? (*)

Andi Hana Mufidah Elmirasari & Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved