Kasih Sayang Menyembuhkan
Menyusul rontoknya ekonomi Eropa di akhir tahun 2011, sekaligus jenuhnya Barat oleh materialitas, semakin banyak sahabat dari Barat yang datang mencari udara segar penyembuhan ke Timur melalui meditasi. Seorang ibu asli Prancis yang sudah pindah ke pantai Lovina Bali Utara, tekun sekali mengikuti sesi meditasi berhari-hari. Matanya mengerdipkan terima kasih mendalam saat sesi meditasi berakhir. Seorang sahabat guru dari Melbourne Australia yang mengakui hidupnya penuh dengan “damage” juga serupa. Setelah duduk tenang selama 10 hari, kemudian kembali ke Australia dengan menyebut diri mengalami transformasi di dalam. Salah satu pemuda asli Sydney Australia senang dan tenang saat pulang sehabis meditasi, terutama setelah lama belajar meditasi di Myanmar dan Thailand, sibuk sekali menendang dan membuang, baru tahu kalau meditasi adalah “istirahat” di saat ini apa adanya. Dan setelah berhasil istirahat rapi di saat ini, tidak ada buah lain kecuali damai, damai, damai.
Ini memberikan inspirasi bahwa ilmu pengetahuan, kemajuan ekonomi yang serba keras dan terukur tidak menjawab semuanya. Ada sisi kehidupan lain yang membutuhkan sentuhan lembut filsafat Timur. Bila sebagian pengetahuan Barat penuh dengan penghakiman, membuang semua yang disebut negatif, kemudian menimbulkan ketegangan di dalam, kearifan tua Timur sudah lama memeluk lembut semuanya secara holistik.
Sebutlah penyakit yang ditakuti semua orang biasa, kemudian ditendang jauh-jauh seperti menendang setan. Dalam pendekatan holistik ala Timur, penyakit adalah bagian dari diri kita. Membuang penyakit serupa membuang awan di langit. Tidak ada langit negara mana pun yang tidak pernah ditutupi awan. Kesehatan holistik pun serupa, penyakit bukan musuhnya sehat melainkan mitra penyempurnaan kesehatan. Bukankah sehat baru terasa nilai dan maknanya bila pernah sakit?
Kegagalan adalah hal kedua yang juga sering ditendang. Padahal dengan dibekali sedikit kearifan Timur, kegagalan adalah bel berdentang yang mengingatkan akan batas diri, sekaligus petunjuk perjalanan agar kehidupan bergerak menuju wilayah arif bijaksana bernama tahu diri sekaligus rendah hati.
Stres adalah wajah lain kehidupan yang teramat dibenci banyak orang. Padahal dengan berbekal sedikit ketenangan dan kejernihan, stres menjadi alarm yang berbunyi dari dalam. Memberi tanda tentang perlunya segera menjaga keseimbangan antara keinginan dan kemampuan. Stres terjadi karena keinginan jauh melebihi kemampuan. Tanpa alarm stres, kebakaran besar kehidupan tidak bisa dihindari.
Dengan acuan holistik seperti ini, kehidupan dipeluk lembut, digenggam dengan penuh kemesraan. Ada kebersatuan di sana, sekaligus menjadi modal penting bagi langkah penyembuhan berikutnya. Itu sebabnya, di Timur kasih sayang (compassion) diyakini sangat menyembuhkan. Terutama karena melalui kasih sayang kehidupan tidak saja dipeluk, energi kesembuhan dari dalam bangkit secara meyakinkan tatkala manusia mulai menyayangi.
Sejumlah penelitian yang melibatkan volunteer yogi terlihat jelas melalui alat kesehatan canggih seperti MRI, saat marah dan emosi negatif lainnya, sejumlah otot otak mengalami ketegangan. Sebaliknya, tatkala diajak mengingat orang atau hal yang bisa membangkitkan kasih sayang, otot otak yang tadinya tegang mulai rileks menuju arah normal.
Bisa dimaklumi, bila sejumlah temuan menunjukkan bahwa pemilik binatang peliharaan, pecinta tanaman, pecinta keluarga cenderung mengalami stres lebih sedikit sekaligus cenderung berumur lebih panjang.
Itu pula sebabnya, dalam meditasi teramat dianjurkan untuk memulai meditasi dengan niat altruistik untuk menolong, tidak saja meditasi untuk kesembuhan dan kedamaian diri sendiri. Di akhir meditasi juga serupa, peserta diajak mendoakan agar semua berbahagia. Dengan spirit yang sama, apa saja yang muncul dalam meditasi ataupun dalam keseharian, dianjurkan untuk dirawat dengan kasih sayang. Meditasi untuk diri sendiri seperti jalan kaki (lama sampainya), meditasi untuk kedamaian semua makhluk serupa naik mobil.
Coba perhatikan patung Buddha, bibirnya tersenyum tipis, matanya terbuka sedikit sambil memancarkan kasih sayang. Pelajarannya sederhana, tidak saja orang dan hal-hal luar memerlukan pelukan lembut kasih sayang, setiap pengalaman di dalam (positif dan negatif) memerlukan pelukan lembut kasih sayang.
Mendengar cerita seperti ini, kadang ada yang bertanya, apa tanda seseorang sudah disembuhkan kasih sayang? Lihat ke dalam tatkala dicaci maki, disakiti. Bila masih marah apa lagi dendam, artinya kasih sayang masih perlu disempurnakan. Bila sudah bisa senyum-senyum penuh permakluman, apa lagi memancarkan kasih sayang pada yang menyakiti, itulah tanda seseorang sudah tersembuhkan oleh kasih sayang.
Gede Prama adalah Penulis buku Setenang Pepohonan Selembut Rerumputan: Menyembuhkan dan Mendamaikan Diri dari Dalam.