Edukasi Vaksin, Ciptakan Herd Immunity
Pemerintah terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 nasional untuk mengejar target yang telah ditetapkan. Di bulan Juli misalnya pemerintah menargetkan satu juta dosis per hari, sedangkan Agustus ini targetnya ditingkatkan menjadi dua juta dosis per hari. Dengan mencapai target tersebut, diharapkan kekebalan komunal segera terbentuk yang pada akhirnya bisa berdampak pada pemulihan ekonomi.
Dalam dialog virtul yang digelar Djarum Foundation dengan tema “Fakta Seputar Vaksin dan Upaya Menuju Kekebalan Normal” yang menghadirkan Indra Rudiansyah dan dr. Ursula Penny Putrikrislia, keduanya alumni Beswan Djarum dari program Djarum Beasiswa Plus angkatan 2011/2012.
Menurut dr. Ursula Penny Putrikrislia, Presiden Direktur RS Harapan Sehat Bumiayu, Brebes, program edukasi kepada masyarakat, sangat penting agar masyarakat memiliki pandangan positif dan open minded terhadap program vaksinasi di Indonesia.
Diakui Ursula, masyarakat yang masih belum paham terkait vaksin harus dilindungi. Dengan memberikan edukasi tentang vaksin agar tidak menyesatkan. Karena vaksin mengandung bahan sebagian protein virus atau virus yang sudah dimatikan.
Ada juga komponen tambahan, yaitu larutan penyangga yang bisa menstabilkan virus tersebut agar tidak mudah hancur dan juga untuk menyeimbangkan dengan cairan di dalam tubuh. Vaksin yang oral, ditambahkan gula untuk menstabilkan vaksin tersebut. “Vaksin untuk melindungi para kelompok rentan, jadi diperlukan vaksin secara masal dan cepat. Jadi vaksin bisa bantu mengatasi mutasi vaksin biar cepat hilang dari muka bumi,” katanya. Kebutuhan vaksin Covid-19 Indonesia sekitar 426,5 juta dosis, sedangkan yang diterima dari produsen vaksin 150 juta dosis atau baru 30% dari kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi di Indonesia, mengingat jumlah kebutuhan vaksinasi sangat besar, ada 5 vaksin yang dianggap aman dan halal (Astrazenneca, Sinovac, Sinopharm, Moderna, Pfizer). Kelima vaksin tersebut sudah dicap halal oleh MUI.
Menurut Indra Rudiansyah, Anggota Tim Peneliti vaksin AstraZeneca, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia saat ini, jadi bisa menyelamatkan kehidupan manusia diberbagai sektor (ekonomi, kesehatan, dan sebagainya). “Vaksin yang ada sangat baik, karena tujuannya untuk menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity),” katanya.
Ia menambahkan, pada dasarnya vaksin adalah bagian dari virus/seluruh virus yang dinonaktifkan untuk membantu mengajari tubuh untuk melawan virus tersebut. Inactivated menggunakan teknologi virus yang dimatikan. Vaksin yang dihasilkan memiliki kunci untuk melawan virus tersebut.
Pada dasarnya sebelum divaksinasi, tubuh kita punya seperangkat sistem imun yg belum kenal virus Sars-COV-2. Dengan vaksinasi (inactivated atau yang diproduksi dalam lab), dimasukkan ke dalam tubuh untuk belajar menghadapi infeksi virus yang sebenarnya. Saat infeksi, tubuh kita sudah menarget virus tersebut untuk dilemahkan.
Sebagai info, Indra Rudiansyah merupakan alumni ITB dan mahasiswa di Oxford University yang tergabung menangani proses uji klinis vaksin Astra Zeneca di Pusat Vaksin Oxford dan tergabung dalam tim profesor Sarah Gilbert, Kepala Institut Jenner Oxford University, Inggris.