Technology Trends

Anabatic Technologies Jawab Kebutuhan Transformasi Teknologi di Era Digital

Harry Surjanto Hambali, Presiden Direktur PT Anabatic Technologies Tbk.

Disrupsi teknologi dan pandemi Covid-19 memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan transformasi digital. Tidak peduli perusahaan mikro, startup, menengah hingga kakap harus melakukan digitalisasi dalam proses kerja atau operasional perusahaan dengan teknologi.

Jika kita amati kondisi perusahaan – perusahaan di Indonesia saat pandemi Covid-19 ini dibedakan menjadi dua. Pertama, beradaptasi dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi (bertranformasi). Kedua, tetap berjalan dengan pola dan perilaku bisnis lama, sehingga bisa jadi perannya menjadi tidak relevan, dan mungkin saja pelan-pelan akan mati.

Agar perusahaan-perusahaan bisa beradaptasi menghadapi disrupsi ganda (teknologi dan pandemi), maka harus melakukan gebrakan transformasi teknologi. Jika hal itu dilakukan, niscaya kelak perusahaan tersebut tidak hanya survive menghadapi badai yang memporak-porandakan perekonomian, tapi juga perusahaan akan maju, berkembang secara berkelanjutan.

Saat pendemi, industri teknologi informasi (TI) memiliki peranan yang sangat penting. Industri dari seluruh penjuru dunia telah mengalami tantangan yang unik dalam skala dan cakupan yang berbeda.

Seperti yang kita ketahui, pandemi menghadirkan ancaman langsung bagi kelangsungan bisnis, tetapi juga berfungsi sebagai katalis untuk perubahan digital yang cepat. Sebuah data global mengatakan 96% pemimpin mengatakan pandemi akan mempercepat transformasi digital mereka rata-rata 5,3 tahun. Sekarang, dalam menghadapi krisis global, para pemimpin mulai menyadari masa depan yang berkelanjutan dimungkinkan melalui transformasi digital berbasis data. Pemimpin bisnis yang paling menonjol adalah proaktif dan berpikiran maju, hanya membiarkan diri mereka melihat peluang di mana orang lain mungkin melihat hambatan.

Semua industri saat ini merangkul teknologi untuk membentuk kembali lanskap operasi mereka dan menuai manfaat dari peningkatan produktivitas, efisiensi yang lebih tinggi, dan peningkatan penghematan biaya. “Anabatic Technologies siap mengambil peranan besar dalam implementasi dan memberikan jawaban percepatan digital transformasi di Indonesia,” ujar Harry Surjanto Hambali, Presiden Direktur PT Anabatic Technologies Tbk.

Anabatic Technologies (ATIC) dengan pengalaman hampir dua dekade akan mengambil porsi penting dalam mendukung akselerasi integrasi digital di Indonesia. “Untuk mendukung upaya pemulihan pasca pandemi Covid-19 diharapkan seluruh lini solusi yang dimiliki ATIC dapat mempercepat terwujudnya integrasi digital yang berpotensi menghasilkan peningkatan ekonomi di Indonesia,” tutur Harry.

Harry menjelaskan, teknologi yang muncul seperti kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI), cloud computing dan Internet of Things (IoT) mempercepat transformasi. Sementara teknologi dasar seperti manajemen data dan analitik diperlukan untuk menganalisis sejumlah besar data yang dihasilkan dari transformasi digital untuk mengambil berbagai keputusan penting.

“Anabatic Technologies akan menjawab berbagai macam tantangan bisnis terutama di masa pandemi ini, menghadirkan solusi serta strategi untuk mengubah cara bisnis beroperasi dan bertransformasi. Kami juga telah mengembangkan sendiri berbagai jenis produk strategis yang menjawab kebutuhan era bisnis digital,” jelasnya.

Perjalanan Anabatic 2002-2021

Selama 19 tahun perjalanan Anabatic sejak berdiri tahun 2002 hingga 2021 saat ini melalui perjuangan panjang dan tak mengenal lelah. Pada awal beroperasi perusahaan yang didirikan oleh sejumlah orang praktisi dunia teknologi informasi ini memiliki 20 orang karyawan, lalu tahun 2003 menjadi 70 karyawan, tapi siapa sangka kini pegawainya bertambah sekitar 29 kali lipat menjadi 2.000-an orang.

Jumlah perusahaan pun beranak pinak. Jika awalnya hanya ada satu payung Anabatic, sekarang menggelembung jadi 45 perusahaan di dalam dan luar negeri. Dan visi perusahaan adalah menjadi perusahaan TI terkemuka di Indonesia. Fokus bisnisnya adalah mengembangkan bidang TI yang menjadi keungggulan dan kompetensi, dengan memaksimalkan value added services.

Operasional Grup Anabatic tidak hanya di Jakarta. Di Indonesia, jaringan perusahaan tersebar di berbagai lokasi kantor cabang untuk terus memperluas jangkauan solusinya seperti di Surabaya, Makassar, Medan, Bandung. Bahkan, juga ekspansi ke Asia Tenggara seperti Singapura, Filipina, Malaysia dan India.

“Anabatic didirikan tahun 2002, dan saya bergabung pada 2003. Selanjutnya saya mendirikan Computrade Technology Internasional (CTI). Dalam perkembangannya CTI juga tumbuh pesat dengan banyak anak perusahaan. Saya menjadi CEO untuk seluruh Grup Anabatic sejak tahun 2018,” ujar Harry Surjanto Hambali, Presiden Direktur PT Anabatic Technologies Tbk.

Sebelum bergabung dengan Anabatic, Harry yang meraih gelar Sarjana Teknik Elektro dari Universitas Kristen Satya Wacana, Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1989 dan Magister Manajemen dari Universitas Pelita Harapan, Banten tahun 1998, telah berkarier di beberapa perusahaan TI. Sebut saja di PT Indofa Utama Multicrop dan Multipolar Corporation.

Harry menjelaskan Anabatic Technologies adalah holding yang membawahi empat anak perusahaan utama: Anabatic Digital Raya (ADR), Computrade Technology Internasional (CTI), Digital Enriched Outsourcing Service (DEOS) dan Emporia Digital. “Untuk melayani pelanggan, kami mengandalkan empat unit bisnis ini yang masing-masing memiliki jenis layanan dan target pasar berbeda,” ujar pria kelahiran 24 Juli 1964, itu.

Anabatic Digital Raya banyak melayani digital banking di industri perbankan sejalan dengan bidang klien yang dibidik yaitu dunia perbankan. Sementara DEOS menawarkan layanan Human Resources, Proses Bisnis, Teknologi Informasi, Digital Learning dan Marketing Services. Sektor yang diincar adalah perbankan dan asuransi. Untuk CTI sebagai Cloud & Digital Platform Partner menawarkan layanan infrastruktur TI hi-end, platform cloud, migrasi data/software, cyber security & IT Consulting. Klien yang dilayani adalah lintas sektor industri.

Bagaimana dengan EDR Emporia Digital Raya? Harry mengungkapkan Emporia adalah divisi termuda dari keempat unit Grup Anabatic. Unit bisnis ini fokus menggeluti dunia financial technology (fintech). Dengan mengincar klien dari kalangan bisnis mikro dan consumer, Emporia melayani PPOB, transfer dan remittance, peer to peer lending, QR payment serta pertukaran aset digital.

Dari empat unit bisnis tersebut, masing-masing memiliki sejumlah anak perusahaan, sehingga total ada sekitar 45 perusahaan tergabung dalam Grup Anabatic. Untuk anak usaha Anabatic Digital Raya terdiri dari Aristi, Svadia, Anabatic Solusi Digital dan lainnya. Untuk DEOS anak usahanya antara lain: Ontrace, KPSG International, Payprime, serta Digima Asia. Lalu, CTI berkembang dengan anak usaha di antaranya Virtus, Xsis, Helios, Blue Data serta Blue Power. Anak perusahaan Emporia Power antara lain UniQR, ChipSakti, Digital Asset Exchange dan Remittance & Fund Transfer.

Klien Grup Anabatic dari beragam industri, lembaga pemerintah, kementerian perusahaan BUMN, swasta nasional dan multinasional. Mereka antara lain Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Bank Mandiri, BNI, BRI, BTPN Syariah, AIA, Prudential, Manulife, AGIT, Multipolar, Grup Berca dan sebagainya.

Untuk melengkapi aktivitas bisnis Grup Anabatic, Harry juga mengembangkan ekosistem atau komunitasnya. Untuk itu dia mendirikan ICIO Community, yang mana sekitar 250 perusahaan tergabung diwakili oleh masing-masing Chief Information Officer (CIO) perusahaan tersebut.

Harry mencatat sejumlah tonggak pencapaian (milestone) yang menjadi sejarah perjalanan Anabatic Technologies hingga sekarang.

– Tahun 2002 Anabatic didirikan dan bermitra denggan IBM.

– Tahun 2003 mendirikan CTI dengan mengakuisisi KPSG.

– Sepanjang tahun 2002 – 2007 banyak melakukan kemitraan bisnis dengan relasi.

-Tahun 2008 mendapatkan proyek perdana menangani Core Banking System di BRI Syariah.

– Tahun 2011 perjalanan Anabatic kian melesat dengan keberhasilan untuk mencetak pendapatan Rp 1 triliun.

-Tahun 2012, membukukan pendapatan Rp 2 triliun.

– Tahun 2014 terjadi lompatan besar ketika perseroan melakukan ekspansi perdana ke mancanegara. Pada bulan Agustus menaklukkan pasar India dan Oktober dilanjutkan masuk ke Filipina.

– Pada Juli 2015 Anabatic menorehkan sejarah di pasar modal dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

– Selanjutnya, tahun 2016 mengepakkan sayap bisnisnya ke negeri jiran Malaysia.

Bagaimana kondisi bisnis Anabatic sekarang saat pandemi? “Saat pandemi justru sangat mempercepat proses transformasi digital. Pada tiga bulan pertama pandemi (Maret, April, Mei) semua orang ketakutan bagaimana prospek bisnisnya. Ibaratnya sedang mengemudi di jalan tol, tapi tidak tahu pom bensin di mana atau kapan sampai di rest area. Tapi, secara perlahan, perusahaan-perusahaan sudah menemukan solusinya,” jelas Harry. Dia mengingatkan agar pelaku bisnis tidak panik, tidak demotivasi, tapi juga jangan terlalu percaya diri (kebablasan).

“Sekarang semua perusahaan butuh teknologi informasi sebagai enabler,” tegas Harry. Dengan kata lain, teknologi menyediakan keuntungan jangka pendek dan kesempatan untuk mengembangkan sistem baru. Teknologi sebagai deferensiasi yang membedakan dengan kompetitor.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved