Mayapada Hospital Terpilih Menjadi Rumah Sakit Rujukan Pengembangan Wisata Kesehatan Indonesia
Mayapada Healthcare, melalui seluruh unit pelayanan unggulan Mayapada Hospital terpilih sebagai bagian dari National Brand destinasi Wisata Kesehatan (Health Tourism) Indonesia. Penunjukkan tersebut diawali dari pemilihan rumah sakit-rumah sakit yang memiliki unggulan pelayanan medik yang tercantum dalam buku Katalog Wisata Kesehatan Indonesia tahun 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kemenparekraf. Selanjutnya dilakukan penilaian dari sisi nonklinis oleh Kemenparekraf dan Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (PERKEDWI). Salah satu layanan kesehatan terpadu dalam konsep Wisata Kesehatan Indonesia yang menjadi unggulan Mayapada Hospital adalah pada spektrum saluran pencernaan (Gastrohepatology Centre), mulai dari penanganan kanker, tumor, operasi terbuka maupun laparoskopi, hingga spektrum penyakit yang berhubungan dengan organ dalam di saluran cerna; layanan kesehatan kanker (Oncology Centre) dengan semua penanganan spektrum kanker; serta layanan Orthopedic Centre, disertai layanan kedokteran olahraga, hingga semua kasus dengan spektrum tulang lainnya.
Peresmian Mayapada Hospital sebagai salah satu rumah sakit rujukan dalam pengembangan Health Tourism Indonesia ini juga ditandai oleh peninjauan serta kedatangan langsung Wantimpres H.R. Agung Laksono, Inspektur Utama (Irtama) Kemenparekraf Restog Krisna Kusuma, Deputi bidang Produk Wisata & Penyelenggaraan Kegiatan Rizki Handayani Mustafa, serta Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata & Ekonomi Kreatif Kemenkomarves Odo R.M. Manuhutu untuk melakukan MCU di Mayapada Hospital Jakarta Selatan sebagai kick off peresmian tersebut pada 14 Agustus lalu.
Menurut Kemenparekraf wisata medis saat ini menjadi salah satu unggulan dalam menarik minat wisatawan di sejumlah negara. Data Research & Market Maret 2020 menyebutkan, potensi dasar pariwisata medis global hingga 2026 diperkirakan mencapai USD179,6 juta atau sekitar Rp2.580,4 triliun. Penggalakkan program wisata kesehatan ini merupakan langkah pembenahan secara struktural, karena setiap tahun masyarakat Indonesia membelanjakan di luar negeri Rp100 triliun lebih untuk layanan kesehatan yang sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia. “Kita harus bergandengan tangan untuk menangani isu-isu strategis dalam pengembangan wisata kesehatan di Indonesia,” ujar Agung Laksono.
Jonathan Tahir, Group CEO Mayapada Healthcare, mengatakan siap bergandeng tangan dengan pemerintah dan organisasi profesi untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kedokteran wisata sebagai destinasi unggulan Wisata Kesehatan Indoensia (IndonesiaHealth Tourism). “Melihat potensi yang begitu besar, kami yakin dokter-dokter maupun tenaga kesehatan di Indonesia perlu meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya agar mampu untuk bersaing di kancah regional Asia.” Ujar Jonathan. “Kami berharap program ini dapat memaksimalkan Indonesia untuk bisa masuk ke dalam jajaran trip destination di Asia melalui ruang lingkup Health Tourism,” lanjutnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (PERKEDWI) Dr. Mukti E. Rahadian, MARS, MPH, mengatakan, PERKEDWI sebagai himpunan seminat di lingkungan Majelis Peningkatan Pelayanan Keprofesian Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia juga memiliki komitmen yang kuat untuk bekerjasama dengan seluruh entitasbussines collaborative di bidang wisata kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalitas para dokter Indonesia untuk mendorong percepatan penyelenggaraan lima pilar konsep Wisata Kesehatan Indonesia. Kelima pilar tersebut adalah wisata medik Indonesia, wisata kebugaran, estetika, anti penuaan dan herbal Indonesia, wisata ilmu kedokteran dan Kesehatan Indonesia, wisata kesehatan olahraga Indonesia, serta dukungan layanan kesehatan pada destinasi prioritas & superprioritas.■