Technology

Terbesar di Asia, Satelit SATRIA-I RI Mulai Beroperasi November 2023

Ilustrasi satelit Facebook(KONSTANTIN SHAKLEIN/ALAMY/WIRED)
Ilustrasi satelit Facebook(KONSTANTIN SHAKLEIN/ALAMY/WIRED)

Satelit Republik Indonesia atau SATRIA I akan mulai beroperasi secara komersial pada 17 November 2023. Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara atau PSN dan PT Satelit Nusantara III (SNT) Adi Rahman Adiwoso mengatakan proyek pembangunan satelit tersebut telah mencapai 33 persen.

“Ini akan menjadi satelit terbesar yang dimiliki oleh Indonesia di Asia. Hidupnya lebih dari 15 tahun dan tingginya 6,5 meter. Juga akan jadi salah satu satelit terbesar di dunia,” ujar Adi dalam acara peletakan batu pertama Stasiun Bumi di Cikarang secara virtual, Rabu, 18 Agustus 2021.

Proyek Satelit SATRIA I dibangun melalui perjanjian kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau KPBBU. Proyek ini membutuhkan investasi senilai US$ 540 juta.

Penanggung jawab proyek ini adalah Kominfo bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikias Informasi (BAKTI). Sedangkan badan usaha pelaksananya ialah SNT. Adapun proyek ini telah menunjuk konsultan pengawas independen, yakni PT Surveyor Indonesia dan penjamin infrastruktur melalui PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII).

Dalam proses pembangunan satelit, proyek itu juga melibatkan kontraktur utama. Kontraktor dari Prancis, yakni Thales Alenia Space, akan menjadi kontraktor pembangunan satelit. Sedangkan untuk pembangunan gateway, konsorsium telah menunjuk China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) NWIEE.

Sebagai kontraktor monitoring, perusahaan Kratos Defense & Security Solutions, Inc dari Inggris akan dilibatkan dalam proyek. Adapun perusahaan HUGHES asal Amerika Serikat akan menjadi kontraktor untuk pembangunan IP Hub.

Sementara, sebagai peluncur, pemerintah menggandeng Space Exploration Technologies Corporation atau SPACEX. SPACEX merupakan perusahaan transportasi luar angkasa swasta Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk.

Berdasarkan linimasa pembangunan SATRIA, pemerintah telah merencanakan proyek ini sejak 2019 diawali dengan penandatanganan KPBU. Pada Maret 2021, tahap pembangunan satelit memasuki financial close dan pada tahun yang sama mulai dibangun Stasiun Bumi di sebelas lokasi.

Stasiun Bumi berada di Cikarang, Batam, Pontianak, Banjarnegara, Tarakan, Manado, Manokwari, Ambon, Kupang, Timika, dan Jayapura. “Aantena yang dibuat di Xian, Tiongkok, sudah dalam proses pengerjaannya dan akan dikirimkan ke Indonesia tahun ini untuk mulai dipasang (di Stasiun Bumi). Antena itu memiliki ukuran sebesar 13 meter,” ujar Adi.

Pada pertengahan tahun depan, Adi memastikan telah dilakukan penyatuan antara payload procurement dan propulsion unit procurement. Setelah beroperasi, Satelit SATRIA I akan menjangkau 150 ribu titik layanan publik.

Titik-titik itu meliputi 93.900 di sekolah dan pesantren, 3.700 titik pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit, 3.900 titik layanan keamanan masyarakat, 47.900 kantor desa hingga pemerintah daerah, serta 600 titik di layanan publik lainnya.

Adapun SATRIA I akan memiliki total kapasitas 150 Gbps dan akan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia dengan total keterjangkauan 116 spotbeam. Satelit ini diklaim memiliki teknologi digital processing termutakhir dan merupakan Satelit Spacebus Neo 6 tingkat pertama di Asia.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved