Youngster Inc. Entrepreneur

Bisnis Fashion Sejoli Bermerek RV

Bisnis Fashion Sejoli Bermerek RV
Agus Widodo dan Revi Rosiana Sari, pemilik bisnis fashion RV (Reloas Vactory).
Agus Widodo dan Revi Rosiana Sari, pemilik bisnis fashion RV (Reloas Vactory).

Meniti berbagai bidang bisnis dari bawah beserta perjalanan jatuh-bangunnya telah dialami pasangan suami-istri Agus Widodo dan Revi Rosiana Sari. Sampai pada satu titik, usaha fashion dengan merek RV (Reloas Vactory) yang dibesut empat tahun lalu berhasil menemukan posisinya sebagai fashion dengan fokus pada penjualan secara online.

Kini, merek RV memiliki follower 1,1 juta di Instagram dan 360 ribu di Shopee. Hal ini tentu berdampak pada kinerja penjualannya. Misalnya, di Shopee terlihat penjualan per produknya 900-10.000 pcs. Tak hanya penjualan online, RV juga memiliki dua gerai di Jakarta dan Bogor.

Menyasar segmen kelas bawah, range harga seperti tas yang jadi andalannya, Rp 35 ribu – 199 ribu. Agus Widodo, kelahiran Grobogan, 23 Oktober 1991, pun terus berupaya melahirkan produk-produk baru untuk memperkuat mereknya sehingga bisa memenangi persaingan di pasar.

Kelebihan merek RV, menurut Agus, pertama, harganya terjangkau karena target pasarnya pada rentang usia 18-30 tahun. “Oleh karena itu, kami berpikir untuk membuat tas dengan harga yang bisa mereka jangkau,” ujarnya.

Kedua, kualitas bahannya tidak kalah dengan produk impor. “Selain itu, kami selalu mengeluarkan desain-desain terbaru,” ujar Agus berpromosi.

Inovasi pun terus dilakukannya. Biasanya, ia dan sang istri melihat apa yang sedang tren, kemudian diamati dan dimodifikasi. “Biasanya, istri saya yang mendesainnya sendiri,” ucapnya. Dalam sebulan, pihaknya bisa meluncurkan minimal dua model baru. Namun, ada momentum yang dalam sebulan bisa mengeluarkan empat model baru, biasanya saat Ramadan dan akhir tahun.

Untuk memproduksi barangnya, sejoli ini bermitra dengan satu konveksi. “Rata-rata produksinya sekitar 20 ribu pcs/bulan sedangkan di bulan Ramadan bisa hingga dua kali lipat produksinya,” kata Agus. Jumlah pegawainya saat ini sebanyak 12 orang di Jakarta dan tiga orang di Bogor.

Untuk meyakinkan pelanggan agar membeli merek RV, pihaknya terus mengedukasi mereka bahwa produk ini tidak kalah bagus dengan brand impor. “Dan, edukasi ini dilakukan cukup lama, sekitar satu tahun, barulah konsumen percaya dengan produk kami. Di sini menjadi titik balik, brand kami (kini) sudah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat,” Agus menjelaskan.

Strategi pemasaran pun terus dilakukan untuk mengedukasi pasar melalui media sosial Instagram dan Tiktok, serta menjual di marketplace. Selain itu, pihaknya juga menggunakan paid promote dan endorse ke artis atau selebgram.

Tak hanya itu, merek ini juga memiliki sekitar 200 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. “Untuk saat ini, reseller kami dibatasi hanya 200. Adapun syarat menjadi reseller, harus membeli minimal 20 pcs produk kami,” kata Agus.

Diakuinya, saat ini persaingan di bisnis fashion semakin ketat. Pasalnya, kian banyak pemain baru serta adanya perang harga antarpedagang. “Dan, masuknya produk-produk impor dari China yang menghancurkan pasar,” ungkap lulusan Jurusan Akuntansi STIE Indonesia ini. Mengenai penjualannya, “Setiap bulan kami mengirim sekitar 10 ribu paket dan dalam satu paket bisa lebih dari satu piece produk.”

Saat pandemi Covid-19 ini, bisnis sejoli ini pun terdampak. “Tentu, kami terdampak. Pasalnya, orang lebih memilih membeli vitamin dibandingkan dengan tas. Penjualan kami tidak mencapai 100 paket per hari, bahkan karyawan sudah mulai digilir dalam bekerjanya,” katanya. Namun, terjadi titik balik saat bulan puasa karena penjualannya mulai meningkat lagi.

Pengalaman masa-masa sulit membesut bisnis pernah mereka alami. Agus menceritakan, ia terjun berbisnis saat belum menikah dengan istrinya, walaupun keduanya sudah sama-sama memulai bisnis. Sistem penjualannya secara pre-order dan cakupannya hanya teman-temannya. Yang dijual saat itu mulai dari gelang, jam tangan, hingga jus buah, tetapi kemudian bangkrut.

Pada 2011, Agus masuk ke penjualan online dengan toko online bernama Reloas Story. “Barang yang pertama dijual adalah baju perempuan yang waktu itu saya beli di Tanah Abang,” katanya mengenang.

Untuk permodalan, karena waktu itu sedang bangkrut, ia meminjam uang kepada orang tua sebesar Rp 500 ribu. Uang itu digunakannya untuk membeli baju di Tanah Abang, Jakarta. Saat itu ia hanya mendapat tiga lusin baju. “Zaman itu, belum ada yang namanya Instagram sehingga saya berjualan di Twitter dan Blackberry Messenger (BBM),” ungkapnya.

Dua bulan pertama tidak ada order sama sekali karena Agus berpikir berjualan online lebih mudah dibandingkan berjualan dari mulut ke mulut. Tenyata, terbalik. Akhirnya, waktu itu sang pacar (yang sekarang menjadi istrinya) mencari artis-artis yang mau di-endorse untuk produknya. Jualan baju ini berjalan selama 2-3 tahun.

Kemudian, Agus memutuskan menghentikan bisnis tersebut karena, pertama, ada reseller-nya yang melakukan kecurangan. Kedua, baju-baju yang ia jual adalah baju perempuan yang tidak menutupi auratnya. “Setelah dipikir-pikir, saya kurang pas jualan baju seperti itu,” ujarnya.

Pada 2014, Agus ganti haluan bisnis dengan berjualan tas tetapi belum memakai merek sendiri. Ia berjualan tas KW (tidak asli) karena saat itu sedang tren. Bisnis ini ia tekuni sekitar dua tahun. Ketika ia mengikuti sebuah pengajian, ada ustaz yang melarang untuk menjual atau membeli barang-barang KW karena itu jatuhnya menduplikasi yang bukan haknya. Akhirnya, tas-tas tadi ia jual murah (sale) semuanya.

Kemudian, di 2016, Agus menjual tas tanpa merek. Ternyata, antusias konsumen sangat berbeda. Penjualannya turun drastis: tadinya bisa mengirim 200 paket sehari, kemudian karena tidak ada mereknya, orang tidak mau membeli lagi, sehingga dalam sehari hanya terjual 40-50 paket.

“Belajar dari sana, kemudian kami memutuskan membuat brand sendiri, yaitu RV (Reloas Victory),” katanya. Dengan merek tas inilah, bisnis sejoli ini mulai tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Ke depan, mereka ingin merek RV semakin dikenal di Indonesia. Kemudian, bisa masuk ke pasar modern dan bersanding dengan merek-merek lokal yang sudah melejit. “Tahun ini, kami juga akan menambah satu cabang lagi di Bekasi,” kata Agus optimistis. (*)

Dede Suryadi dan Sri Niken Handayani

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved