Bosch Dukung Kebangkitan UMKM Kuliner Terdampak Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 memberikan dampak langsung ke berbagai aspek ekonomi masyarakat, terutama UMKM. Survei “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap UMKM” yang digagas Paper.id bersama SMESCO Kementerian UMKM dan Koperasi serta OK OCE mendapati tiga sektor usaha UMKM yang paling banyak mengalami penurunan omzet, yaitu kuliner (43,09%), disusul jasa (26,02%) dan fesyen (13,01%).
Dampak penurunan omzet ini diikuti oleh terhambatnya kegiatan operasional dan finansial usaha. Sebanyak 65% responden mengalami masalah pada kegiatan usaha, seperti usaha harus tutup sementara, kesulitan adaptasi work from home (WFH), serta 24% masalah operasional bersumber dari pelanggan seperti menurunnya daya beli konsumen.
Survei juga menunjukkan responden mengalami masalah finansial. Sebanyak 68% responden mengalami masalah keuangan internal, seperti kenaikan biaya operasional untuk protokol kesehatan (masker dan hand sanitizer), dan harus menggunakan modal kerja pribadi. Sementara itu, 26% responden mengaku kesulitan dalam mengajukan pinjaman ke bank.
Menjawab tantangan tersebut, penyedia layanan teknologi global dan AIoT, Bosch menggelar inisiatif “Bosch Virtual Chef” pada 1 September-9 Oktober 2021. Bermitra dengan Chef Degan Septoadji, The Gourmet, dan Krealogi, prakarsa Bosch ini bertujuan meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM kuliner dalam melanjutkan dan mengembangkan bisnis pascapandemi, salah satunya melalui optimalisasi teknologi.
Shinta Maryke, Manager, Corporate Communications & Brand Management, Bosch di Indonesia, menyampaikan, inisiasi ini merupakan bagian dari kampanye kontinu Bosch: “Invented for Life” yang telah dimulai sejak 2016. Lewat kampanye ini, Bosch berupaya memberikan solusi atas berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat dengan memanfaatkan teknologi, produk, jaringan mitra, serta platform media sosial yang dimiliki.
“Hal ini juga sejalan dengan hasil survei Bosch yang dilakukan pada 200 UMKM, bahwa pelaku UMKM kuliner Indonesia mengaku paling membutuhkan tiga bentuk dukungan, di antaranya peningkatan keterampilan memasak; peningkatan eksistensi usaha secara daring (online); dan peningkatan kemampuan strategi operasi bisnis,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (25/10/2021).
Untuk itu, kata Shinta, Bosch dan para mitra mengambil peran untuk memfasilitasi para pelaku usaha dengan keterampilan lebih lanjut. Bukan hanya keterampilan memasak, tetapi juga manajemen bisnis. Dari sisi teknologi, Bosch juga menyediakan peralatan dapur Bosch untuk membantu pelaku UMKM kuliner dalam mengoptimalkan kualitas produksi makanan komoditas mereka.
Shinta menjelaskan, sejak awal September lalu, pihaknya sudah membuka pendaftaran bagi para UMKM yang ingin mengikuti program ini. Dengan bantuan para mitra, para pelaku UMKM melewati proses kurasi berupa interview melalui telepon. Adapun persyaratan yang harus dimiliki di antaranya, berdomisili di Jabodetabek karena lokasi pelatihan kami di daerah SCBD, karena pihaknya tidak ingin para pelaku UMKM merasa kesulitan. Kemudian, usahanya sudah cukup stabil minimal satu tahun, menyajikan makanan utama Indonesia, dan kapasitas produksi minimal 50 porsi satu hari.
“Salah satu tahapannya adalah cooking challenge di mana para finalis akan memasak 50 porsi selama beberapa hari untuk dibagikan ke para nakes. Dan yang paling penting mereka juga sudah memiliki akun media sosial,” jelas Shinta.
Selama menjalani kurasi, terpilih lima pelaku UMKM kuliner – dari puluhan pendaftar- yang mendapatkan serangkaian program pelatihan; meliputi expert class bersama Chef Degan Septoadji, pelatihan manajemen bisnis dan strategi pemasaran digital bersama Krealogi, dan menggunakan produk kitchen appliances dari Bosch.
Sesi puncak Bosch Virtual Chef berupa adu keahlian memasak antar kelima finalis yang telah berlangsung secara virtual pada 9 Oktober lalu melalui media sosial Bosch. Langen Driyo, pemilik usaha Iga Bakar Warungan, ternilai sebagai pemenang oleh dewan juri, sekaligus menjadi peserta terfavorit pilihan audiens. “Pemenang Bosch Virtual Chef mendapatkan kitchen machine dari Bosch, dan berkesempatan menempati booth di salah satu lokasi gerai Ranch Market di Jakarta,” kata Shinta.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Chef Degan Septoadji selaku mentor ahli dan dewan juri Bosch Virtual Chef mengatakan, kelemahan yang sering ditemui pada pelaku usaha kuliner di Indonesia adalah kualitas makanan yang belum konsisten. “Karenanya, standardisasi kualitas menjadi kunci utama yang sangat saya tekankan kepada rekan-rekan UMKM dalam Bosch Virtual Chef ini. Tidak saja mengenai rasa, tetapi juga tampilan dan kebersihan makanan hasil produksi mereka,“ imbuhnya.
Tak kalah penting adalah pengemasan makanan, seperti amankah saat diantarkan kurir, dan mudah/tidaknya ketika dikonsumsi pelanggan. Elemen ini menurut Chef Degan semakin krusial mengingat transaksi online yang menjadi penyelamat bisnis kuliner di Indonesia selama wabah Covid-19. Bahkan diprediksi tumbuh kian pesat pascapandemi nanti.
Sejalan menegaskan potensi penjualan daring bagi UMKM kuliner, Davit Manalu, Project Manager Krealogi serta mentor ahli dan dewan juri Bosch Virtual Chef menyampaikan, eksistensi di pasar digital mutlak dijalankan oleh pebisnis makanan saat ini, terlebih para UMKM. Oleh sebab itu, pelaku UMKM kuliner harus mampu mengenali segmen pasar yang disasar sehingga kemudian bisa merumuskan platform pemasaran online yang tepat untuk menjangkaunya.
Lewat program ini, pihaknya membantu rekan-rekan UMKM kuliner untuk merumuskan kembali usaha mereka. Krealogi memberikan pelatihan manajemen bisnis kepada mereka yang mencakup: penetapan harga, perencanaan produksi, pengaturan keuangan dan modal, pembuatan business model canvas sampai pengelolaan rantai pasok. “Kami juga mendorong para pelaku usaha untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi agar setiap tahapan aktivitas bisnis bisa dijalankan secara lebih efektif dan efisien,” ucap Davit.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id