Strike ke-4 Citilink: 17 Juta penumpang di 2015
Tugas sebagai mengelola Citilink diibaratkan Emirsyah Satar seperti permainan baseball. Citilink , perusahaan penerbangan Low Cost Carrier (LCC) milik Garuda Indonesia, kata Emir, sudah mencoba melakukan strike sebanyak tiga kali, dan tidak berhasil. “Untuk strike yang keempat ini tak boleh gagal lagi,” ujar Emir, CEO Garuda, sambil tertawa kepada Con Korfiatis, Advisor BOD & VP Citilink Indonesia. Con pun menjawab agak pelan: tentu Pak…
Peresmian kantor baru ini merupakan pelengkap dari upaya serius Garuda untuk menerbangkan Citilink terbang tinggi menyalip pemain-pemain lain di kelas LCC yang sudah lebih dulu berjaya.
Citilink lahir pada 2001, jauh lebih awal dari pemain LCC lainnya seperti misalnya Lion Air, Sriwijaya, Batavia, dan Airasia Indonesia. Namun, seperti kata Emir, sudah tiga kali melakukan “strike”, Citilink belum juga dapat melaju kencang.
Citilink dilahirkan oleh Abdulgani, yang ketika itu CEO Garuda. “Sepulang dari New York, saya terinspirasi oleh keberhasilan Ryan Air yang sukses sebagai LCC,” ujar Abdulgani.
Abdulgani mengatakan, kalau sekarang ini dia sungguh berbahagia, karena kini Citilink bisa segera menjadi lebih baik. Ini setelah menunggu 11 tahun, setelah Garuda selesai melakukan berbagai pembenahan dan berhasil go public. “Saya bermimpi, Citilink akan menjadi Southwest-nya Asia,” ujarnya.
Dan Citilink memang benar-benar siap terbang tinggi. Saat ini, seperti dijelaskan baik oleh Elisa dan Con, Citilink sudah memiliki 10 pesawat dan 56 jalur penerbangan. Tahun ini, mereka akan menambah 11 pesawat, lalu setiap tahun akan bertambah lagi 10, dan pada 2015 ditargetkan sudah ada 50 pesawat.
Target jumlah penumpang juga digeber. Jika di 2011 mereka berhasil mengangkut 1,6 juta, di 2015 sasarannya menjadi 17 juta.
Untuk mencapai sasaran itu, ujar Elisa, Direktur Keuangan Garuda yang juga dipercaya melakukan pembenahan Citilink, akan dibangun budaya perusahaan yang menganggap “cost” adalah musuh utama mereka. “Tujuan kami bukan low fare. Tapi low fare adalah output dari low cost yang berhasil dijalankan,” ujarnya.
Dan bagi Emirsyah, tak ada alasan bagi Citilink untuk tidak berhasil. “Brand Citilink sudah bagus, apalagi ada dukungan brand Garuda-nya,” ujarnya.