Lima Tantangan CFO di Tahun Pandemi dan Disrupsi
Riset Accenture pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 48% peran transaksi keuangan tradisional sudah terotomatisasi. Hal tersebut menunjukan bahwa teknologi memainkan peran penting dalam proses keuangan perusahaan. Sementara itu, 72% chief financial officer (CFO) di Indonesia telah menjadi strategic business partner bagi C-level. Dalam hal ini, merujuk pada riset yang sama, CFO harus sudah mulai berkolaborasi dengan business development dan operational untuk meningkatkan kinerja keuangan.
Ya, dalam laporannya, Accenture menyebutkan peran CFO telah bergeser akibat dari energy transition, disrupsi teknologi, dan behaviour masyarakat. Pergeseran tersebut diperparah dengan pandemi covid-19 yang masih berkecamuk dan berhasil menggoyang tatanan bisnis dan organisasi perusahaan. Emma Sri Martini, Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), dalam webinar Indonesia Best CFO Award 2021 yang diselenggarakan oleh SWA (13/12/2021) mengatakan bahwa ada 5 hal yang harus diperhatikan oleh CFO untuk merespon perubahan tersebut.
Pertama, CFO harus mendukung transformasi digital. Pandemi Covid-19 dan disrupsi digital mengharuskan perusahaan melakukan transformasi untuk mendukung keputusan bisnis. “CFO harus melihat ada kecepatan proses pengambilan keputusan dan cost efisiensi yang dilakukan di situasi ini,” ujarnya. Dalam transformasi ini, kata Emma, peran CFO haruslah ditonjolkan, bahkan harus menjadi enabler bagi terjadinya transformasi digital di perusahaan.
Kedua, pandemi menyebabkan perubahan konsumen dan korporasi. Menurutnya, CFO harus merespon dengan melakukan transformasi digital dan transformasi organisasi. Dia mencontohkan transformasi organisasi besar-besaran yang dilakukan Pertamina pada tahun 2020. Pada tahun itu, Pertamina mengoptimalkan bisnis anak, cucu, cicit, dan canggahnya yang berjumlah 140. Transformasi itu, pada tahun 2021, menghasilkan 6 kluster sub holding di tubuh perusahaan plat merah tersebut, sehingga perusahaan bisa lebih menjawab kebutuhan pasar, konsumen, serta bisa bergerak dengan lincah.
“Ini tugas CFO untuk menjadikan transformasi lebih smooth dan tidak memberikan beban serta gangguan terhadap operasional dan keuangan,” kata perempuan lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) itu tegas. Masih dalam kasus Pertamina, Emma menjabarkan, CFO bahkan mengusulkan penyesuaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri agar bisa ikut mendukung kinerja perusahaan. “Artinya, CFO juga harus mengidentifikasi aspek perpajakan sebagai konsekuensi adanya transformasi organisasi.”
Ketiga, CFO harus mereformasi business model dan model operational untuk lebih menghasilkan cost structure, sehingga keuangan perusahaan bisa lebih efisein. Apalagi, dalam situasi pandemi yang mengharuskan perusahaan lebih efisien. Emma menceritakan, strategi ini juga diterapkan oleh Pertamina di tahun 2020 lalu, sehingga membuat perusahaan bisa bertahan, bahkan bisa mencetak laba di tahunp pandemi.
Keempat, menerapkan ESG implementasion for sustainable growth untuk menjamin sustainable growth. “CFO harus menjadi key enabler dalam penerapan strategi ini.” Perempuan kelahiran Majalengka ini menambahkan bahw perusahaan harus membuat komite untuk menitikberatkan aspek lingkungan, sosial, dan pemerintah. Isu tersebut, kemudian dapat dinarasikan menjadi brand equity yang memberikan tangible result bagi kemajuan kinerja perusahaan.
Kelima, penerapan aspek diversity, equality, and inclusion. CFO, menurutnya, juga harus berperan aktif untuk memastikan kebijakan tersebut diterapkan dengan baik di lingkungan kerja, sehingga memberikan tempat kerja yang nyaman bagi semua karyawan. Lebih jauh, kebijakan yang berbasis gender juga akan membuka kesempatan yang sama untuk semua karyawan di perusahaan. “Tanpa ada kenyamanan dalam bekerja, tidak mungkin kinerja perusahaan akan meningkat,” ujar direktur yang diangkat pada 22 November 2019 itu menutup pembicaraan.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id