Book Review Trends

Membangun Hubungan Interpersonal yang Mendalam dari Sekolah Bisnis Stanford

Oleh Editor
Membangun Hubungan Interpersonal yang Mendalam dari Sekolah Bisnis Stanford

Judul buku : Connect: Building Exceptional Relationship with Family, Friends and

Colleagues

Penulis : David Bradford dan Carole Robin

Penerbit : Currency, 2021

Tebal : 282 hlm.

Subjudul buku ini adalah “Building Exceptional Relationship with Family, Friends and Colleagues”.

Exceptional relationship didefinisikan sebagai “hubungan yang membuat kita merasa diperhatikan, dikenal, dan dihargai sebagaimana kita apa adanya, bukan sebagai versi yang diedit”. Teman di Instagram melihat foto kita makan di restoran mewah kemarin malam, tetapi teman dengan exceptional relationship mengetahui bahwa kita mendiskusikan rencana untuk memulai keluarga di makan malam tersebut.

Buku ini ditulis berdasarkan kurikulum mata kuliah Interpersonal Dynamics di Stanford GSB yang sangat legendaris dan sudah diajarkan lebih dari 45 tahun. Mata kuliah ini begitu populernya sampai penulis buku ini kemudian membuat versi executive education yang dihadiri eksekutif dari seluruh dunia. Carole Robin kemudian menjadikan prinsip dan proses ini dalam pelatihan coaching-nya untuk founder, CEO, dan investor di Silicon Valley. Sekarang, mereka membawa ide dan konsep mereka menjadi buku ini.

Exceptional relationship memiliki enam ciri: kita dan lawan kita dapat menjadi diri sendiri sepenuhnya, rela untuk terbuka, percaya bahwa pembukaan diri tidak akan dipakai untuk melawan kita, dapat jujur satu dengan lainnya, menyelesaikan konflik dengan produktif, dan saling komitmen terhadap pertumbuhan satu dan lainnya. Semua poin di atas dijabarkan dalam bentuk lima studi kasus tentang interaksi dua orang.

Hubungan yang exceptional dimulai dengan “membuka diri”. Pertanyaannya, seberapa jauh kita dapat membuka diri satu dengan lainnya. Penulis buku ini menyarankan mencoba secara bertahap mulai dari 15%. Membuka diri ini juga harus memperhatikan konteks dampak dari keterbukaan kita dan ketepatan situasi.

Membuka diri dengan fakta (content) harus disertai dengan membuka diri dengan perasaan yang dialami (feeling). Sebuah fakta dan pengalaman bisa disertai dengan beberapa perasaan; perasaan memberikan arti terhadap fakta dan pengalaman tersebut.

Stanford sendiri memiliki mahasiswa dari berbagai latar belakang, dari yang sangat kaya yang acap menceritakan pengalaman jalan-jalan ke berbagai negara sampai dengan mahasiswa yang hidup dari beasiswa penuh. Hanya di mata kuliah Interpersonal Dynamics ini, mereka jadi terbuka akan latar belakang, ketakutan, impian, dan harapan masa depan mereka.

Ada kalanya kita merasa “dicubit” dalam sebuah hubungan. Pada saat itu, ada kalanya kita harus membiarkannya saja, ada kalanya kita harus membicarakannya, dan ada kalanya kita menanggapinya dengan humor.

Ada kalanya juga kita akan merasa tersakiti dalam sebuah hubungan. Yang harus dilakukan dalam situasi ini adalah kita harus mengerti kebutuhan dan perasaan kita, serta mengekspresikannya dengan jelas kepada pihak lawan sehingga mereka dapat mengerti.

Proses tersebut yang memungkinkan kita menuju ke tahap problem solving and repair. Dalam setiap hubungan (dan masalah), kita selalu memiliki opsi dan bagaimana pihak lawan memberikan respons akan membuat opsi tersebut menjadi lebih mudah ataupun lebih sulit.

Dalam setiap hubungan, satu pihak memiliki intensi atau motif yang diekspresikan dalam bentuk perilaku. Sisi lainnya melihat perilaku ini dan mengalami dampaknya (perasaan, reaksi, ataupun respons). Sisi lain ini hanya melihat perilaku dan merasakan dampaknya, tetapi tidak mengetahui intensi atau motif. Sisi pertama hanya mengetahui motif dan perilakunya, tetapi mungkin tidak menyadari dampaknya.

Dengan demikian, untuk membangun hubungan personal yang kuat, kita membutuhkan kompetensi dalam memberikan feedback. Buku ini tidak menyarankan “sandwich feedback” karena pendengar pasti sudah mengharapkan “tetapi” sesudah mendengar feedback yang positif. Sebaliknya, buku ini mengajarkan behaviorally specific feedback, yaitu “Pada saat Anda melakukan X, saya merasa Y”.

Di sisi sebaliknya, walaupun kita sering diberitahu bahwa feedback is a gift, kita tidak selalu harus menuruti feedback yang diberikan. Ada kalanya kita harus mengabaikan feedback tersebut. Singkat data, feedback harus dilihat sebagai data yang memberikan informasi dan opsi, bukan sebagai prasyarat untuk perubahan, sehingga kita akan lebih terbuka untuk feedback yang diberikan.

Men-challenge seseorang merupakan cara untuk mendukungnya. Orang yang memiliki hubungan yang kuat akan memberitahu perilaku kita yang mengganggu mereka dan melakukan ini untuk memberi kita kesempatan belajar. Membantu kita mengerti dampak perilaku kita berarti memberikan komitmen untuk hubungan kita dan membantu kita untuk tumbuh.

Hubungan yang exceptional tidak selamanya berarti kalau kita harus menyetujui permintaan pihak lawan. Kita harus selalu menjaga batasan dan keseimbangan antara menjaga diri kita sendiri dan responsif terhadap pihak lawan.

Kesalahan dan kesalahpahaman akan dan selalu terjadi, tetapi perbaikan dan pemulihan bukan merupakan hal yang mustahil. Konflik tidak selamanya harus berarti destruktif. Model feedback dalam menyelesaikan konflik justru akan memperkuat hubungan.

Buku ini ditutup dengan kisah nyata hubungan kedua penulis ini. Mereka memiliki hubungan yang sangat kuat tetapi berada di situasi yang sangat sulit. Pada saat itu, David bersiap untuk pensiun mengajarkan mata kuliah ini di Stanford dan mengharapkan Carole meneruskannya. Prioritas utama David adalah memastikan universitas tidak memotong anggaran untuk mata kuliah ini.

Di saat bersamaan, Carole meminta David untuk mengajukan mata kuliah ini menjadi Program (bukan mata kuliah lagi) dan Carole akan menjadi direktur pogram, tetapi David tidak mendukung ide ini sama sekali. Hubungan keduanya memburuk sampai di titik di mana mereka hanya berbicara sebatas kebutuhan professional saja.

Beruntungnya, mereka berdua berhasil memperbaiki hubungan mereka. Bukan hanya itu, mereka bahkan sampai setuju untuk bersama menulis buku ini —sebuah hal yang mustahil kalau mereka tidak memperbaiki hubungan mereka.

Poin utama buku ini dijabarkan dengan lima skenario yang membuat kita gampang mengerti dan meminta kita berpikir apabila kita berada di situasi tersebut.

Tesis mata kuliah yang diajarkan di Stanford ini adalah agar mahasiswa mengerti bahwa perilaku mereka memengaruhi orang lain —dan apa artinya terhadap kesuksesan mereka sebagai pemimpin masa depan. “Mata kuliah ini mengajarkan saya menjadi manusia yang lebih baik yang pada gilirannya akan menjadikan saya menjadi pemimpin yang lebih baik.”

Semoga buku ini membuka wawasan kita dan meningkatkan kompetensi kita dalam membangun hubungan interpersonal yang bermakna. (*)

Edison Lestari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved