Technology Trends zkumparan

Delos Berancang-Ancang Mengepakkan Sayap Bisnis

Delos Berancang-Ancang Mengepakkan Sayap Bisnis
Foto : Delos

Delos berencana mengembangkan lini bisnis pembiayaan, pengemasan produk turunan udang, dan menambah kemitraan dengan para petambak untuk mempeluas lahan tambak udang yang mengadopsi teknologi Aqua Hero yang dibesut Delos ini. Rencana ekspansi bisnis ini seiring dengan upaya Delos memutakhirkan manajemen tambak udang berbasis ilmu pengetahuan guna meningkatkan hasil panen udang dan menghemat biaya operasional serta mempermudah akses pembiayaan kepada petambak.

Guntur Mallarangeng, CEO Delos menjabarkan pihaknya merencanakan beberapa program pengembangan bisnis, antara lain penyaluran pembiayaan. Perusahaan itu sedang mengkaji rencana ini. Ke depannya, akan berkonsultasi dengan asosiasi financial technology peer to peer lending dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perihal teknis dan perizinan. “Pengembangan berikutnya adalah dari bagian science, yakni mengembangkan genetik udang yang berkembang di Indonesia, mengembangkan alat-alat teknologi, laboratorium kemudian hilirisasi pengemasan produk udang, logistik. Delos menyiapkan value chain terintegrasi dari hulu ke hilir,” ujar Guntur pada jumpa pers virtual di Jakarta, beberapa waktu lalu. Perusahaan rintisan teknologi akuakultur ini berancang-ancang untuk meningkatkan skala bisnis di tahun ini dan periode mendatang.

Untuk menyokong keseluruhan rencana bisnis ini, Delos berencana merekrut karyawan. Saat ini, pegawai Delos sebanyak 54 orang dari sebelumnya 8 orang. Delos didirikan pada Oktober 2020 oleh Guntur bersama koleganya, Bobby Indra Gunawan (Chief Operating Officer), dan Alexander Farthing (CSO). Dengan bermitra bersama Dewi Laut Aquaculture (DLA) yang beroperasi sejak 7 tahun silam. Skema kemitraan ini DLA sebagai pemilik tambak udang dan Delos pemasok teknologi berbasis piranti lunak (software). DLA dan Delos ini sister company.

Guna meningkatkan produktifitas dan membatasi risiko gagal panen, Delos menyediakan aplikasi Aqua Hero kepada petambak udang. Delos bermitra dengan para petambak udang.Petambak bisa memantau kondisi tambak udang di gawai. Teknologi yang disematkan Delos di area tambak itu dapat membantu untuk memberikan akurasi perkiraan hingga rekomendasi tindakan yang dihasilkan. Dengan teknologi ini, kondisi air dalam tambak dapat terjaga, memantau pertumbuhan udang hingga masa panen dengan hasil ukuran yang ingin dicapai, membantu petambak untuk mengatur kadar pemberian pakan dan probiotik pada udang agar tepat jumlah sehingga mampu mengefisiensikan biaya dan menekan pengeluaran.Delos didukung oleh tim dari berbagai disiplin ilmu seperti dari akuakultur, biologi kelautan, tim teknologi dan tim bisnis dengan tetap menjaga stabilitas sosial, ekonomi, dan environmental.

Guntur mengatakan produktivitas petambak udang meningkat sebesar 114%. “Salah satu klien kami berhasil meningkatkan produktivitas hingga 40 ton per hektare (ha) dari sebelumnya 35 ton per ha. Saat ini, luas lahan tambak udang yang ditangani Delos mencapai 100 ha. Dalam pipeline kami, target 2022 ini kami berencana menangani lahan tambak udang seluas 300 ha,” ucap Guntur. Klien Delos ini adalah pemilik tambak udang dari institusi dan individu.

Guntur menjelaskan biaya pakan ternak sebesar 40-55% dari total biaya produksi yang dikeluarkan petambak udang. Sisanya, biaya listrik, benur udang, dan SDM. “Teknologi Aquahero disediakan kepada petambak udang untuk memangkas biaya dan meningkatkan produktivitas,” ucap Guntur. Nantinya, Guntur berharap produksi udang petambak Indonesia mendominas pasar udang global. Potensi Indonesia mampu menjadi pengekspor udang terbesar dunia. Sebab, ada lebih dari 50% industri tambak udang nusantara yang belum mengadopsi teknologi. Delos berpeluang menangkap peluang bisnis udang yang gurih ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total budidaya udang vaname pada 2019 mencapai 16.196 ton dan nilai produksi Rp 1,1 triliun. Angka ini mendominasi dari total nilai produksi yang dihasilkan oleh perusahaan budidaya budidaya air payau (termasuk ikan, udang) pada 2019 yang mencapai Rp 1,75 triliun dengan volume produksi yang dicapai sebesar 26.472 ton.

Delons, lanjut Guntur, juga akan mengembangkan lini bisnis yang memudahkan petambak udang memperoleh alat-alat produksi yang harganya ramah di kantong petambak. Merujuk data BPS, Total pendapatan perusahaan budidaya air payau (166 perusahaan) selama 2019 mencapai Rp 1,75 triliun, yang sebagian besar didapatkan dari dari nilai produksi sebesar Rp 1,74 triliun (99,80%). Sedangkan total pengeluaran perusahaan budidaya air payau selama 2019 itu mencapai Rp 963 miliar. Sebagian besar pengeluaran ini digunakan untuk sarana produksi senilai Rp 610 miliar serta bahan bakar,air, listrik dan gas sebesar Rp 159 miliar.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved