Pandemi Masih Menyebar, Ojol Ini Masih Lancar Mencicil KPR
Taufik Sukarna (42 tahun) sempat kebingungan tatkala penghasilannya tak cukup membayar cicilan Kredit Pembelian Rumah (KPR). Penyebabnya karena penghasilan harian pria yang berprofesi sebagai mitra pengemudi Go-Jek ini menyusut tatkala pandemi Covid-19 melanda negeri ini di 2020. Pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah untuk menangkal penyebaran virus corona ini membatasi mobilitas masyarakat. Dampak turunannya adalah pemesanan transportasi online melorot drastis. Taufik berjibaku sekuat tenaga agar penghasilannya tetap terjaga untuk menafkahi isteri dan ketiga anaknya.
Taufik, mitra Go-Jek sejak 2015 ini, mengubah taktik. Mantan pegawai perusahaan pengelola jasa kearsipan ini berpindah haluan lantaran lebih banyak mengambil pemesanan GoFood (jasa antar makanan) dan GoSend (jasa antar paket) dari sebelumnya GoRide (jasa mengantar penumpang). Porsi penpadatan GoFood sebesar 80-90% dari total pendapatan harian senilai Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Sisanya dikontribusikan oleh jasa GoSend. Taufik mengatakan penghasilannya mulai stabil pada November 2020 hingga awal 2022 ini. Perlahan-lahan rerata penghasilannya stabil di kisaran Rp 250 ribu per hari. Sebelum pandemi, rata-rata pendapatan Taufik mencapai Rp 300 ribu/hari.
Nah, penghasilannya itu disisihkan untuk beragam kebutuhan, antara lain biaya sekolah dan kebutuhan pokok rumah tangga, iuran BPJS Ketenagakerjaan, menabung dan mencicil KPR. Perihal KPR, Taufik pada April 2017 membeli rumah dengan skema KPR bersubsidi di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Pada tahap awal, ia mencicil sebesar Rp 42 ribu per hari untuk melunasi uang muka cicilan rumah ini. Uang muka itu sudah dilunasi pada Oktober 2017. Sejak saat itu hingga detik ini, Taufik mencicil utang pokok KPR. Rumah yang dibelinya itu berlokasi di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. “Nama perumahannya Permata Nusa Indah di Cileungsi, KPR-nya bersubsidi yang saya cicil tiap bulan ke BTN. Tipe rumah yang saya beli 21/60, luas lahannya 60 m2,” tutur Taufik saat dihubungi SWAonline pada Jumat (18/2/2022). Taufik menyebutkan nilai total cicilan KPR mencapai Rp 1.050.000 setiap bulan.
Taufik sangat bersyukur bisa membeli rumah walau kondisi ekonomi masih belum normal gara-gara terdampak pandemi virus corona. “Alhamdulilah, saya masih bisa melanjutkan cicilan KPR di BTN, walau saya kadang-kadang telat bayarnya karena saldo akun di Go-Jek pernah minus, saya masih bisa melunasi. Beberapakali, saya melunasinya ke kantor cabang BTN yang dekat rumah kontrakan di Cililitan,” ujar Taufik. Saat ini, dia dan keluarganya masih mengontrak rumah di kawasan Cililitan, Jakarta Timur. Harga sewa kontrakannya ini Rp 1 juta/bulan.
Rencananya, Taufik akan memboyong keluarganya pindah ke rumah di Cileungsi itu. “Adanya KPR bersubsidi di BTN ini cukup meringankan. Alhamdulilah, saya bisa beli rumah, nggak kepikiran bisa beli dan masih bisa mencicil KPR,” imbuhnya dengan nada bersyukur. Dia bilang nasibnya lebih beruntung dibandingkan rekan-rekan seprofesinya yang tidak bisa melanjutkan cicilan KPR. Gara-garanya, penghasilan mereka itu masih belum pulih. Varian omicron yang baru-baru ini melanda Indonesia sedang ditangani oleh pemerintah agar penyebarannya tak semakin meluas sehingga tidak berdampak negatif terhadap laju perekonomian. Pengendalian dan penangangan virus corona diharapkan memacu denyut perekonomian sehingga daya beli masyarakat kian pulih.
Pada kesempatan terpisah, Dendi Ramdani, Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan backlog rumah mencapai 11 juta, sehingga permintaan rumah bersubsidi untuk pembeli, khususnya dari kalangan muda. “Demand-nya rumah bersubsidi masih terbuka lebar di masa pandemi, KPR subsidi membantu pembeli rumah yang penghasilannya standar UMR karena cicilannya murah dan bank bisa menjangkau lebih luas ke pembeli yang meminati rumah bersubsidi, misalnya kalangan muda atau generasi milenial,” ujar Dendi.
Ihwal KPR, BTN optimitis penyaluran KPR pada 2022 ini diproyeksikan tumbuh 9-11%. Penyaluran kredit BTN pada 2021 menjadi Rp 274,8 triliun atau tumbuh 5,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagia besar kredit bank BUMN ini dikontribusikan oleh KPR yang porsinya 77,8%. Total KPR BTN di tahun lalu itu naik sebesar 6,6% atau menjadi Rp 213,9 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. KPR subsidi membukukan pertumbahan paling tinggi yakni 8,25% dan BTN menguasai pangsa pasar KPR nasional sebesar 40%.
Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN, menyampaikan perseroan berkomitmen untuk menggencarkan penyaluran KPR sejak awal tahun ini. Bank BUMN yang beroperasi sejak 72 taun silam ini membidik pasar yang potensial untuk penyaluran KPR subsidi untuk pekerja sektor informal seperti pedagang pasar, nelayan, dan lain sebagainya.Perseroan bekerjasama dengan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dan komunitas pekerja informal untuk mengkaji program pembiayaan perumahan yang cocok. Rencananya, BP Tapera pada 2022 menargetkan pembiayaan 309 ribu rumah subsidi.BP Tapera bekerjasama dengan 48 bank, diantaranya BTN. Ketua Umum Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Paulus Totok Lusida memperkirakan industri properti diprediksi akan tetap tumbuh pada 2022. Totok optimistis industri properti tumbuh dengan sentimen positif seperti suksesnya program vaksinasi Covid-19 yang akan memicu pertumbuhan ekonomi.