Management Trends

Delos Menginisiasi Institut Maritim untuk Pengembangan SDM Akuakultur

Delos Menginisiasi Institut Maritim untuk Pengembangan SDM Akuakultur
Panen udang. (Ilustrasi foto : Delos)

Delos, perusahaan startup teknologi akuakultur, menginisiasi program Institut Maritim Delos (Delos Maritime Institute/DMI) untuk memacu pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor maritim agar talenta di bidang ini semakin kompetitif di kancah global. DMI ini membidik kampus-kampus yang memiliki jurusan studi akuakultur untuk mengembangkan kompetensi SDM itu. Saat ini, beberapa kampus ternama yang akan dibidik oleh DMI adalah Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Universitas Indonesia (UI). DMI juga membuka kesempatan yang sama bagi para lulusan SMK atau sederajat dan juga individu berpengalaman sebagai nelayan yang mau masuk ke dunia budidaya.

Senior Scientific Officer Delos, Dr. Julie Ekasari, mengemukakan program DMI ini dirancang sesuai dengan standar pelatihan Merdeka Belajar dari Kementerian Pendidikan Nasional. “Program ini didesain untuk mempersiapkan mahasiswa semester akhir yang akan segera lulus, untuk nantinya bisa bergabung dan siap bekerja di industri budidaya udang,” ujar Julie di Jakarta, Selasa (15/3/2022).

CEO Delos, Guntur Mallarangeng, memaparkan bahwa program ini akan berjalan untuk pertama kalinya dalam waktu dekat ini. Guntur, dalam keterangan tertulisnya ini, menyebutkan pelatihan yang disiapkan berupa learning outcome. “Serta pengetahuan teori dan lapangan yang kurikulumnya terstandarisasi di program pendidkan strata satu (S-1) dan diploma (D3),” ucap Guntur.

Selain para akademisi dari kampus yang terlibat, struktur pengajar dalam DMI ini diperkuat dengan kehadiran praktisi handal dan para ahli di bidang budidaya udang. Pembukaan seleksi di tiap universitas yang bergabung dengan DMI ini akan dilakukan di akhir Maret 2022 untuk menyaring sepuluh mahasiswa tingkat akhir. Julie yang juga merupakan dosen di departemen budidaya perairan di Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengungkapkan kualifikasi yang menjadi acuan penilaian adalah tugas pembuatan video yang berisi motivasi mengikuti program DMI dan juga latar belakang keluarga pembudidaya atau nelayan. “Latar belakang ini menjadi penting sebab biasanya mereka punya nilai lebih karena besar dalam keluarga tambak atau nelayan,” sebut Julie.

Mereka yang lolos seleksi akan diberikan kelas teori selama dua minggu. Setelah itu, berlanjut ke program pelatihan di lapangan kelima titik tambak udang yang menjadi kemitraan Delos, diantaranya di wilayah Garut, Lampung, Banyuwangi, Pontianak, dan Aceh selama empat bulan. Di akhir program ini nantinya para pemagang harus memberikan presentasi hasil kerja sebagai bahan untuk evaluasi.“Peserta akan disebar maksimum dua pemangan per lokasi, untuk ditempatkan pada posisi Farm Manager dan laboratorium. Untuk program DMI ini tidak dipungut biaya dan bahkan para pemagang diberikan uang saku selama program berlangsung,” ungkap Julie.

Guntur berharap program DMI ini akan menyokong cita-cita Indonesia menjadi eksportir udang terbesar di duniaudang. Dengan garis pantai sepanjang 54 ribu km, SDM yang melimpah di kawasan pesisir, serta iklim tropis yang menunjang, Indonesia diproyeksikan mampu menjadi pemimpin global untuk akuakultur yang berkelanjutan. Delos yang berangkat dari tambak udang konvensional Dewi Laut Aquaculture (DLA) dan sekaligus perwujudan digitalisasi dari Alune Aqua, berharap dapat membantu para petambak udang nusantara berevolusi biru menuju modernisasi tambak. Industri yang didominasi oleh cara tradisional dan terfragmentasi, dapat bertransformasi menjadi tambak modern dan sistematis berbasis ilmiah. Delos memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik manajemen yang baik untuk meningkatkan produktivitas tambak udang dan meningkatkan hasil di atas rata-rata, hingga menjadikan Indonesia negara yang memiliki industri budidaya nomor satu di dunia.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved