Alexander J. Syauta, Tuntaskan IPO di Saat Pasar Saham Alami Turbulensi
Perasaan mencekam menyelimuti pelaku bisnis tatkala pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia pada awal Maret 2020. Kondisi ini turut menggelisahkan Direksi dan Komisaris PT Transkon Jaya Tbk.
Mereka menimbang-nimbang penundaan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia yang seharusnya digelar pada Mei tahun lalu. Pandemi adalah sabda alam yang memperingatkan Transkon Jaya. Sebab, turbulensi menerpa pasar saham.
Namun, R. Alexander J. Syauta bersama direksi meyakini IPO harus terealisasi walau pandemi masih menerjang dunia bisnis. Alex, demikian sapaan akrab CFO Transkon Jaya ini, berkoordinasi di internal dan dengan berbagai pihak agar aksi korporasi itu tercapai di tahun tersebut.
Pada 27 Agustus 2020, Transkon Jaya merealisasikan IPO dan menghimpun dana senilai Rp 93,75 miliar. Kala itu, emiten penyewaan kendaraan light vehicle ini menawarkan 375 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 250/unit. Saham perseroan diapresiasi investor lantaran mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) sebanyak 82,68 kali dari porsi penjatahan terpusat (pooling) saham kepada publik selama masa penawaran umum yang berlangsung pada pertengahan Agustus 2020.
“Saya dan manajemen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap langkah perusahaan. Bagi saya, hal yang membanggakan dalam menghadapi tantangan bisnis di tahun 2018 hingga 2021 adalah membawa Transkon Jaya go public di tengah pandemi,” tutur Alex yang menjabat sebagai CFO Transkon Jaya sejak 2013.
Tugas sebagai CFO yang diemban Alex di masa pandemi ini memang tidak mudah. Pembatasan sosial berskala besar membuat ruang gerak perusahaan menjadi terbatas. Tantangan lainnya, menurunkan tingkat biaya pendanaan (cost of fund), menjaga arus kas, mewujudkan rencana investasi, mempertahankan pegawai, serta merestrukturisasi keuangan dan pendanaan.
Untuk menghadapi tantangan pendanaan, Alex berinisiatif membuka relasi dengan kreditur dari Jepang dan negara-negara Asia Timur lainnya. “Sejauh ini perusahaan sudah mengembangkan budaya untuk mencari sumber pembiayaan dari negara-negara yang memiliki biaya dana yang rendah, seperti Jepang dan Korea Selatan,” katanya.
Emiten yang sahamnya berkode TRJA ini juga berhasil mendapatkan kepercayaan dari dua mitra pembiayaan untuk penurunan suku bunga pada September 2021. Kebijakan penurunan suku bunga pertama diberikan oleh PT Arthaasia Finance senilai 1,22% sehingga effective rate yang diberlakukan adalah 8%. Kebijakan penurunan suku bunga lain diberikan oleh Dipo Star Finance senilai 0,5% sehingga effective rate yang diberlakukan adalah 8,5%.
Dalam hal pengelolaan keuangan, Alex mempertahankan dan memperketat proses penagihan saat ini. “Demi menjaga keberlangsungan perusahaan dari sisi arus kas, perlu diperhatikan tingkat penagihan piutang,” ungkap eksekutif kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini.
Adapun utang Transkon Jaya pada 2020 turun menjadi Rp 326 miliar, menyusut 17% dari Rp 395 miliar pada 2019. Penurunan utang ini menunjukkan keberhasilan Alex sebagai panglima keuangan di perusahaaan ini. Keberhasilan ini berlanjut di kuartal III/2021, lantaran utang perseroan turun menjadi Rp 300 miliar.
Untuk pengelolaan kas, dia bersama tim aktif melakukan pendekatan secara interpersonal kepada klien. Strategi selanjutnya, menerapkan budaya efisiensi berkelanjutan agar tidak ada PHK, menopang penambahan armada, dan melakukan ekspansi bisnis. Contohnya, dia bernegosiasi dengan PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) untuk memangkas berbagai biaya dan jalur birokrasi.
MMKSI adalah agen tunggal pemegang merek yang memasok mobil Mitsubishi ke perseroan. “Komunikasi ini dimulai dan diprakarsai oleh saya, sebagai CFO, untuk menyampaikan kepada MMKSI bahwa komunikasi terbuka ini penting demi terciptanya hubungan bisnis yang langgeng ke depannya dan mengamankan persediaan unit baru langsung dari sumbernya,” tutur lulusan S-1 Ekonomi, Universitas Surabaya, ini.
Jumlah armada perusahaan yang bermarkas di Balikpapan ini sebanyak 2.456 unit per Oktober 2021. Peningkatan jumlah unit kendaraan ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya permintaan sewa kendaraan yang diperolehnya.
Pendapatan dan bisnis penyewaan kendaraan Transkon Jaya masih didominasi dari segmen batu bara, dengan kontribusi hingga 85% terhadap total pendapatan. Jenis bisnis yang dilayaninya juga terus berkembang ke banyak sektor industri. Selain batu bara, juga nikel, mineral, emas, dan infrastruktur. Jangkauan pun merambah ke wilayah lain, seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Selain itu, Alex juga turut mengarahkan perusahaan untuk menangkap sumber pendapatan baru, misalnya kendaraan listrik. “Saya juga mengarahkan perusahaan untuk terus mencari inovasi yang baru. Saat ini perusahaan sedang mengarahkan pandangan untuk melakukan investasi di bidang mobil listrik,” katanya.
Sederet pencapaian Alex ini diganjar skor 79,38 pada ajang Indonesia Best CFO 2021 yang diadakan oleh SWA Media Group. Dan, Alex pun ditetapkan oleh Dewan Juri sebagai salah satu CFO terbaik tahun ini. (*)
Herning Banirestu & Vicky Rachman