Beberapa Pernyataan Kontroversial Mendag soal Kelangkaan Minyak Goreng
Kisruh kelangkaan minyak goreng masih ramai diperbincangkan publik terhitung sejak akhir tahun lalu. Pemerintah berulang kali mengeluarkan kebijakan untuk menekan kelangkaan minyak goreng, namun juga belum berhasil. Alih-alih menyelesaikan masalah, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, justru kerap melontarkan pernyataan kontroversial.
Diberitakan sebelumnya, pada awal tahun ini pemerintah mengeluarkan kebijakan minyak goreng satu harga Rp 14.000 per liter yang berlaku hingga 31 Januari 2022. Keesokan harinya, pemerintah mematok Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk tiga jenis minyak goreng per liter. Di antaranya jenis minyak goreng curah sebesar Rp 11.500-14.000, minyak goreng kemasan Rp 13.500, dan kemasan premium Rp 14.000.
Aturan HET tersebut mulai diterapkan 1 Februari 2022 dan sempat membuat harga minyak goreng di pasaran turun. Namun, stoknya menjadi langka. Akhirnya, pemerintah mencabut aturan HET sehingga harga diserahkan kembali ke mekanisme pasar. Lambat laun, keberadaan minyak goreng kembali muncul di pasaran, tetapi harganya melambung tinggi.
Saling sengkarut minyak goreng yang berlarut-larut ini membuat Mendag Lutfi harus menuai banjir kritik dari berbagai kalangan. Lebih-lebih, dirinya kerap melontarkan pernyataan yang bernada kontroversial dalam beberapa kesempatan. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut pernyataan kontroversial Mendag Lutfi:
Saat menghadiri rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis 17 Maret 2022, Lutfi menyebut ada permainan mafia di balik langkanya minyak goreng. Para mafia itu, kata dia, menyelundupkan pasokan minyak goreng ke industri-industri hingga ke luar negeri.
Dalam pernyataannya, ia meminta maaf ke masyarakat karena tidak bisa mengontrol mafia. Pihaknya tidak bisa melawan mafia karena batasan kewenangan dalam undang-undang. “Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak bisa mengontrol mafia karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat,” ujarnya.
Usai melakukan sidak di Pasar Senen, Kamis, 17 Maret 2022, Lutfi mengungkap langkanya pasokan minyak goreng di Indonesia juga disebabkan oleh menipisnya biji bunga matahari dari Ukraina. Hal itu tentu efek dari invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina sehingga stabilitas impor bahan baku minyak goreng itu menjadi terganggu.
“Ini menyebabkan harga CPO minyak sawit naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 21.000, dan itu harga bebasnya kemudian kalau diproses tambah lagi Rp 3.000 premiumnya, menyebabkan perbedaannya hampir Rp 9.000, ini yang tidak bisa kita prediksi,” kata Lutfi.
Adanya fenomena panic buying dari masyarakat menjadi masalah baru dalam persoalan kelangkaan dan mahalnya minyak goreng. Masyarakat berbondong-bondong membeli minyak goreng karena khawatir sulit membelinya di kemudian hari. Menurut Lutfi, hal itu justru memperparah persoalan rantai pasokan kebutuhan minyak goreng. “Saya imbau masyarakat membeli secukupnya. Tidak perlu panic buying,” ujarnya pada Sabtu, 12 Maret 2022.
Sumber: Tempo.co