Bank Tabungan Negara, Fondasi untuk Jadi Bank Hipotek Terbaik
Haru Koesmahargyo, Direktur Utama Bank BTN (Persero) Tbk., tak bisa menampik bahwa pandemi memberikan tantangan besar bagi perusahaan spesialis mortgage bank ini. Setidaknya, ada empat hal yang muncul.
Pertama, ancaman kredit macet. Kedua, penurunan demand kredit perbankan karena lemahnya daya beli masyarakat. Ketiga, pembatasan aktivitas operasional sehingga nasabah tidak lagi datang ke kantor cabang untuk transaksi, sementara karyawan menerapkan work from home.
Namun, dia juga mengungkap bahwa di tengah pandemi, BTN melihat peluang yang bisa digarap di tengah situasi berat tersebut. Di antaranya, gaya hidup stay at home dan go virtual, Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan stimulus sektor perumahan (peningkatan alokasi KPR subsidi sebesar Rp 15, triliun).
Lalu, apa yang dilakukan untuk membangun ketahanan bisnis di tengah situasi tersebut?
Situasi ini mendorong BTN beradaptasi dengan melancarkan sejumlah strategi. Khusus pada penyaluran kredit, mereka melakukan empat terobosan. Pertama, bekerjasama dengan TNI Angkatan Darat, di antaranya menyediakan KPR serta kredit lain bagi prajurit dan ASN TNI AD.
Kedua, berkolaborasi dengan Badan Pengelolaan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dalam penyediaan rumah bagi peserta KPR Tapera. Kemudian, mengembangkan KPR proyek perumahan milenial dan pembangunan Transit Oriented Development untuk segmen menengah.
Ketiga, pada business process improvement, melakukan sentralisasi proses operasional kredit konsumer melalui regional loan processing center dan sentralisasi customer management commercial lending and funding melalui commercial banking center.
Dan keempat, menciptakan mortgage ecosystem dengan pengembangan portal properti serta mobile apps BTN Properti. Selain itu, bersama PT Pos Indonesia, juga menghadirkan inovasi terbaru pada tabungan eBataraPos dalam memberikan kemudahan akses menabung di masyarakat.
Terkait program PEN, BTN memberikan stimulus kredit untuk debitur terdampak Covid-19. Di antaranya, berupa restrukturisasi kredit, pemberian kredit modal kerja dengan penjamin kredit, dan pemberian kredit dengan tambahan subsidi bunga.
Langkah-langkah membangun ketahanan bisnis di atas, kata Haru, digelar dalam koridor GCG. Persisnya, semuanya dilakukan dalam bingkai governance system, yakni governance structure, governance process, dan governance outcome.
Selain menerapkan model tiga lapis pertahanan (three lines of defense), pihaknya juga menjadikan GRC (Governance, Risk, Compliance) sebagai program budaya kerja melalui program Risk Governance Culture. Di sini diterapkan sejumlah hal untuk mitigasi risiko dan operasional dalam menghadapi pandemi.
Di antaranya, meningkatkan kontrol operasional outlet; memonitor produktivitas pegawai WFH melalui aplikasi B-Gate dan WFH for Bitniz; melakukan stress test dan restrukturisasi untuk portofolio kredit yang terdampak Covid-19 sesuai dengan POJK No.11/POJK.03/2020; membentuk tim task force untuk memonitor kualitas kredit, kecukupan likuiditas, dan produktivitas outlet selama masa pandemi; mengelola business continuity management di kantor pusat, kantor wilayah, dan kantor cabang; serta memberlakukan split operation untuk working recovery area unit kerja kritikal.
Hasilnya, tidak mengecewakan. Ketahanan bisnis yang dibangun dalam koridor GCG membuat BTN tangguh menghadapi kondisi pandemi. Dalam pemeringkatan GCG 2020, BTN meraih predikat “Most Trusted Companies” dengan skor CGPI 89,83.
Terkait kinerja bisnis, Haru mengungkapkan, tahun 2020 BTN terhitung cemerlang. Laba bersih bank yang fokus pada sektor perumahan ini mencapai Rp 1,6 triliun, naik 664,59% dari tahun 2019 (Rp 209,2 miliar).
Kemudian, kredit tumbuh 1,68%, menjadi Rp 260,1 triliun dari Rp 255,8 triliun ⸺angka yang lebih baik dibandingkan industri yang masih mengalami kontraksi (-2,4%). “Tahun 2020, perseroan mencatatkan kinerja yang positif, terutama terkait peningkatan profitabilitas, perbaikan kualitas kredit, serta peningkatan efisiensi,” ucapnya.
Tentu saja, ini membuat manajemen dan karyawan BTN bangga. Namun, mereka tak mau terlena. Seluruh strategi beserta organ perusahaan yang telah sesuai dengan koridor GCG tersebut, dikatakan Haru, pada ujungnya menjadi fondasi yang kuat untuk bekerja demi mencapai visi besar Bank BTN: menjadi the best mortgage bank di Asia Tenggara tahun 2025. (*)
Yosa Maulana & Vina Anggita