Trends Economic Issues zkumparan

Pemerintah Optimalkan Pembelian Produk Farmasi Dalam Negeri

Pemerintah Optimalkan Pembelian Produk Farmasi Dalam Negeri
(kedua dari kanan) Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto : Istimewa).

Industri farmasi mengapresiasi upaya pemerintah yang mendukung gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) melalui business matching untuk mengoptimalkan pembelian produk dalam negeri. Melalui upaya pemerintah ini, harapan industri farmasi untuk mendongkrak produksi obat dalam negeri dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) tinggi dapat terus ditingkatkan.

Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, pihaknya menargetkan nilai capaian penggunaan produk dalam negeri melalui pengadaan barang dan jasa sebesar 80%. “Kami harapkan komitmen yang sama dari pengguna wajib produk dalam negeri lainnya untuk menetapkan target capaian penggunaan produk dalam negeri,” Agus di sela-sela Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali seperti dilansir SWA Online, Selasa (5/4/2022).

Agus, dalam keterangannya ini, menyampaikan Business Matching ini merupakan inisiatif pemerintah ini akan menciptakan efek domino ekonomi untuk UMKM, para petani, dan pedagang bahan baku herbal. “Apabila setiap aktivitas ekonomi memberikan multiplier efek kepada UMKM, ini akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional,” kata Agus.

Hal senada disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Anggaran pemerintah pusat terutama pada belanja barang dan belanja modal melalui APBN tahun 2022 sebesar Rp 538,9 triliun. Anggaran tersebut dapat digunakan sebesar-besarnya untuk belanja produk dalam negeri, yang belum termasuk belanja pemerintah daerah. “Harapan dari upaya ini adanya multiplier effect yang manfaatnya akan sangat terasa bagi kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga bagi industri kecil dan menengah,” ungkapnya.

Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perindustrian, Nila Kumalasari menyampaikan harapannya agar Business Matching ini dapat meningkatkan pembelian dan penggunaan produk dalam negeri oleh instansi pemerintah. Pada kesempatan ini, President Director PT Dexa Medica, V. Hery Sutanto, mengapresiasi upaya pemerintah dalam program Bangga Buatan Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Business Matching.

Hery menyebutkan upaya itu membangkitkan kemauan industri farmasi dalam memproduksi produk dalam negeri dengan TKDN yang tinggi. Kemudian, melalui business matching ini, potensi belanja pasar domestik untuk kebutuhan produk farmasi semakin terbuka lebar. “Komitmen yang dilakukan antara pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk belanja produk farmasi dalam negeri ber-TKDN tinggi ini diharapkan menjadi kebangkitan kemandirian farmasi nasional yang dampaknya tidak hanya untuk industri, tetapi kami juga bagi mitra binaan para petani yang membudidayakan bahan baku melalui produk Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang diproduksi oleh Dexa Group,” jelas Hery.

Tingkatkan TKDN

President Director PT Ferron Par Pharmaceuticals, Krestijanto Pandji mengatakan Kementerian Kesehatan mencatat dari konsumsi 10 molekul obat terbesar dalam negeri, baru empat obat yang mampu diproduksi dalam negeri yaitu Paracetamol, Clopidogrel, Omeprazole, dan Atorvastatin. Sementara itu Cefixime, Amlodipine, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, Lansoprazole, Ceftriaxone belum dapat diproduksi dalam negeri. “Kami dari Ferron Par Pharmaceuticals, telah memproduksi salah satu molekul obat yang dikemukakan Kementerian Kesehatan, yakni Omeprazole. Dengan adanya produksi Omeprazole di dalam negeri, kami mendukung peningkatan TKDN industri farmasi lainnya yang memproduksi obat jadi berbahan baku Omeprazole. Ini salah satu upaya kami dari industri untuk mempercepat kemandirian farmasi Nasional yang tidak henti mendapatkan dukungan dari pemerintah,” tutur Krestijanto.

OMAI yang diproduksi oleh Dexa Group merupakan produk ber-TKDN tinggi karena mulai dari bahan baku, produsen bahan baku, peneliti dan proses penelitian, pengembangan, hingga distribusinya berasal dari Indonesia. Saat ini, Dexa Group telah memproduksi 63% produk OMAI fitofarmaka dari 57 item fitofarmaka yang terdaftar dalam Nomor Izin Edar (NIE) Badan POM. Sementara Obat Herbal Terstandar (OHT) yang diproduksi Dexa Group mencapai 26% dari 125 NIE Badan POM.

Director of Research and Business Development Dexa Medica, Dr. Raymond Tjandrawinata, menyampaikan hilirisasi OMAI sebagai produk ber-TKDN tinggi bahkan ada yang mencapai 90%, sangat berpotensi menjadi substitusi impor bahan baku obat untuk kategori obat tertentu. Saat ini OMAI Dexa Group telah diekspor ke mancanegara seperti Filipina, Kamboja, Nigeria, dan Myanmar. “Apabila pemerintah terus mendorong hilirisasi produk OMAI, maka industri dan peneliti akan berlombalomba untuk meneliti, mengembangkan, dan memproduksi bahan baku alam Indonesia menjadi bahan baku obat, sehingga industri OMAI akan semakin maju dan terwujud kemandirian farmasi Nasional. Jika biodiversitas alam Indonesia yang kaya ini bisa dimanfaatkan untuk bahan baku obat maka kekhawatiran kita akan rantai pasok bahan baku, tingginya impor bahan baku obat, tidak akan terjadi lagi,” jelas Raymond.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved