GCG Companies

Kereta Api Indonesia, GCG Menjadi Fondasi yang Mendasari Seluruh Strategi

Kereta Api Indonesia, GCG Menjadi Fondasi yang Mendasari Seluruh Strategi
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo.

Bisnis transportasi merupakan salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat pengguna jasa transportasi menurun drastis. Tak terkecuali, pengguna transportasi kereta.

Agung Yunanto, Direktur SDM dan Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, bercerita, dalam kondisi normal KAI bisa mengantongi pendapatan dari angkutan penumpang Rp 21 miliar per hari, bahkan di musim puncak bisa mencapai Rp 36 miliar. Namun, pada Mei-Juni 2020, perusahaan ini hanya memperoleh pendapatan Rp 300 juta per hari di angkutan penumpang.

Setelah ada pelonggaran, sedikit demi sedikit jumlah penumpang mulai bertambah. Namun, tetap saja jumlahnya masih jauh dari kondisi normal. Total penumpang yang diangkut selama tahun 2020 hanya sekitar 187 juta orang, yang berarti turun 55,48% dibandingkan tahun 2019 (kurang-lebih 420 juta penumpang).

“Saat itu kondisinya berat sekali. Karena itu, sasaran strategis kami adalah menjaga likuiditas perusahaan, bagaimana menjaga people di KAI, melakukan prioritisasi ulang rencana investasi strategis yang sudah ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan), serta meningkatkan penerapan GCG (Good Corporate Governance) dan sistem yang dapat menunjang sustainability bisnis KAI di tahun Covid,” ungkap Agung.

Untuk menjaga likuiditas, KAI menargetkan angkutan barang bisa mencapai minimal Rp 5,94 triliun, angkutan penumpang Rp 2,6 triliun, dan kinerja non-angkutan (pendayagunaan aset) Rp 990 miliar. “Strategi kami bagaimana likuiditas terjaga, dampak berat di angkutan penumpang harus kami tutup di angkutan barang. Tahun 2020, dampak di angkutan barang tidak terlalu terasa dengan maksimum turun sekitar 10%, baik dari sisi profit maupun renevue. Inilah yang menolong KAI,” katanya.

Di samping itu, KAI juga melakukan efisiensi, termasuk efisiensi anggaran investasi berdasarkan skala prioritas. Menurut Agung, langkah ini menyelamatkan KAI dari kondisi yang lebih buruk.

“Kami juga melakukan penjadwalan ulang atau renegosiasi pokok pinjaman dan tarif bunga selama 2020. Kami menjaga hubungan baik dengan para pemangku kepentingan dalam menjalankan operasional di berbagai wilayah KAI,” ungkapnya.

Hasilnya, di tahun 2020, KAI mengantongi pendapatan Rp 14 triliun atau 108% tercapai target, karena RKAP-nya senilai Rp 13,3 triliun. Tentu saja, angka ini di bawah pencapaian pendapatan di tahun 2019 yang tercatat Rp 22,5 triliun.

Efisiensinya tercapai Rp 2,78 triliun atau turun 14,2% dibandingkan tahun sebelumnya (biaya pokoknya turun dari sebelumnya Rp 19,69 triliun pada 2019 menjadi Rp 16,91 triliun). Di samping itu, KAI yang memiliki lebih dari 40 karyawan juga tidak sampai melakukan pengurangan karyawan atau pemutusan hubungan kerja.

Meski menghadapi tantangan berat di tengah kondisi pandemi, menurut Agung, KAI tetap berkomitmen untuk konsisten menjalankan GCG dan tetap menjaga kriteria kinerja unggul yang merupakan kriteria dari Kementerian BUMN. Dan, di saat bersamaan, KAI harus tetap menjaga kepatuhan dalam kerangka adaptasi kebiasaan baru agar kasus Covid tidak bertambah.

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menegaskan, GCG menjadi fondasi yang mendasari seluruh strategi KAI dalam mencapai visinya, yaitu menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia. “Dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, KAI selalu berdasarkan pada prinsip GCG, yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran,” kata Didiek dalam ajang Indonesia Good Corporate Governance Award 2021, di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada 8 Desember 2021.

Dalam survei Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun 2021 yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan SWA Media Group, KAI meraih skor 82,1 dan meraih predikat “Trusted” (Terpercaya). Angka tersebut diperoleh dari tiga parameter yang disurvei, yakni Struktur Tata Kelola (KAI mendapat 28,87 poin), Proses Tata Kelola (29,82), dan Hasil Tata Kelola (23,41).

Agung Yunanto, Direktur SDM dan Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Ke depan, sesuai dengan visinya, KAI tak sekadar menjadi penyedia jasa transportasi, tapi menjadi solusi ekosistem transportasi di Tanah Air. “Dari sisi bisnis maupun kapabilitas harus dikembangkan, bukan saja cerita tentang transportasi, tapi lebih luas dalam sebuah ekosistem transportasi. Jadi, semua yang terkait dalam bisnis transportasi ke depan akan dikembangkan perusahaan,” Agung menandaskan.

Saat ini di KAI sudah dibentuk beberapa anak perusahaan. Salah satunya, KA Logistik, sebagai upaya memperkuat bisnis angkutan barang. Juga ada KA Property Management, karena KAI mempunyai aset tanah yang sangat strategis dan besar jumlahnya. “Semua itu bisa dikembangkan agar bisa memberikan dampak yang positif bagi perusahaan,” katanya.

Untuk mewujudkannya, ada lima strategi utama yang ditempuh KAI. Pertama, mendasarkan pelaksanaan pengelolaan perusahaan pada tata kelola yang baik, atau comply dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kedua, melakukan proactive stakeholder management (menjaga hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan dalam rangka mendukung proses bisnis perusahaan).

Berikutnya, ketiga, meningkatkan service excellence. Keempat, menjaga kinerja keuangan yang sehat. Dan, kelima, human capital & winning culture (menerapkan best practices human capital yang didukung dengan budaya kerja unggul untuk membangun great leader, great people) menjadi perhatian utama perusahaan.

Dalam membangun keberlanjutan (sustainability) KAI ke depan, mengingat kondisi tahun 2020 yang sangat berat, Agung mengemukakan, saat itu perusahaannya beradaptasi dengan keadaan kebiasaan baru (new normal). “Jadi, dengan adanya Covid-19 ini, kami membentuk pedoman penerapan new normal. Kami menyebutnya bertahan (resilient),” katanya.

Pada tahun 2021 sebagai tahun recovery, pihaknya meningkatkan daya tahan perusahaan di masa pemulihan. Tahun 2022, dengan kondisi Covid-19 yang lebih terkendali, KAI akan melakukan ekspansi portofolio bisnis dan memperluas jaringan.

Kemudian, tahun 2023, dengan asumsi kondisi Covid-19 lebih stabil, KAI bisa meningkatkan kinerja yang excellent, memberikan layanan kompetitif dengan talenta-talenta terbaik. Dan, tahun 2024, KAI menjadi solusi ekosistem transportasi Indonesia.

Didiek menambahkan, KAI juga akan terus konsisten dan meningkatkan kualitas implementasi GCG lebih baik lagi dengan menerapkan sistem berbasis transformasi digital pada tahun depan, serta meningkatkan knowledge management sebagai support system. Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan kepatuhan. Transformasi digital akan memudahkan monitoring penerapan GCG di perusahaan.

“Kami mengambil pelajaran dari pandemi Covid-19 dengan melakukan Triple Transformation sekaligus, yaitu transformasi digital, transformasi organisasi, dan tranformasi budaya untuk dapat lebih agile dan adaptif dalam menghadapi perubahan dengan menanamkan core values AKHLAK,” kata Didiek. Sebagaimana diketahui, AKHLAK adalah akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif, yang merupakan core values BUMN di Indonesia. (*)

Herning Banirestu dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved