Strategi Pupuk Kaltim Capai Net Zero Emission di 2050
Pemerintah berkomitmen mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 27,02% di tahun 2030. Sejalan dengan komitmen tersebut, PT Pupuk Kalimantan Timur juga menargetkan penurunan emisi GRK 30% di tahun yang sama, serta mencapai net zero emission di tahun 2050 mendatang.
Rahmad Pribadi Direktur Utama, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) mengatakan bahwa sebagai produsen urea terbesar ke enam di Asia Tenggara, pihaknya ingin berkontribusi dalam penurunan emisi gas melalui pertumbuhan bisnis hijau. “Adanya komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi CO2 dan perubahan iklim, mendorong kami untuk serius mengelola perusahaan agar lebih hijau dan memperhatikan aspek lingungan dan keberlanjutan,” tuturnya pada webinar Becoming Industry Champion by Implementing Green & Sustainable Business yang diselenggarakan oleh Majalah SWA (12/05/2022).
Komitmen tersebut dibuktikan dengan rencana pengembangan perusahaan yang selalu senafas dengan environment, social, governance (ESG). Rahmad menegaskan ada 3 core strategy yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut yakni, Operation and supply chain excellence, Difersification excellence, dan Geographical expansion excellence.
Sementara dalam pengaplikasiaanya, Pupuk Kaltim telah memproduksi blue amoniak, dimana dalam dalam prosesnya karbon yang keluar diubah menjadi produk lain sehingga tidak menggangu lingkungan. “Produk granulated urea yang kami ciptakan sudah mendapatkan sertifikasi environmental product declaration (EPD) yang terbukti aman bagi lingkungan,” ujarnya.
Kedua, Pupuk Kaltim meluncurkan aplikasi Precipalm untuk mendukung pertanian dengan akurasi tinggi. Aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga bisa mengurangi efek negatif akibat kelebihan pupuk dan pencemaran air. Ketiga, melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi untuk menghijaukan kembali bekas lahan tambang di Kalimantan. “Selain itu, kami juga telah mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk menghijaukan kembali lahan tambang di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur,” kata dia.
Sedangkan di area pabrik, perusahaan plat merah tersebut juga telah menggunakan bahan baku gas alam. Dengan begitu, perusahaan mampu melakukan efisiensi sekaligus mengurangi emisi yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Program sosial yang dijalankan perusahaan pun tidak luput dari konsep industri hijau dan circular economy. Sebagai perusahaan penghasil urea terbesar di Indonesia, Pupuk Kaltim menjalankan program Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Budiman Oke) dengan memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami tanaman obat-obatan. “Saat ini, ada 200 jenis tanaman yang dikembangkan yang kebanyakan tanaman asli Kalimantan,” ujarnya.
Program kolaborasi dengan masyarakat lain yang dilakukan perusahaan meliputi Konservasi dan Diversifikasi Mangrove dan Budidaya Kepiting, Marine Biodiversity Conservation, dan Integrated waste treatment. “Penerapan bisnis hijau ini justru membuat kinerja keuangan kami semakin meningkat, bukannya semakin jelek. Selain itu, yang terpenting kami berhasil mendapatkan proper emas selama 5 tahun berturut-turut,” kata Rahmad menutup pembicaraan.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id