Trends

Sinergi Mendorong Advokasi Rokok Elektrik sebagai Alternatif Rokok

Sinergi Mendorong Advokasi Rokok Elektrik sebagai Alternatif Rokok
Webinar bertajuk ‘cigarette vs e-cigarette’ yang diselenggarakan RELX, APPNINDO, dan Konvo, (9/6).

RELX Indonesia bersama Aliansi Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (APPNINDO) dan Konsumen Vape Berorganisasi (KONVO) bekerja sama mendorong advokasi rokok elektrik sebagai alternatif rokok tembakau konvensional.

Hal ini demi meningkatkan kesadaran seluruh elemen masyarakat akan kategori rokok elektrik (RE) dan hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL), termasuk memberikan advokasi perbedaan karakteristik dan profil risikonya.

Kerja sama ini juga mengadvokasi diterbitkannya kebijakan untuk rokok elektrik dan HPTL berdasarkan kajian profil risiko serta mengacu pada kajian ilmiah. “Upaya lainnya adalah mengadvokasi pengaturan cukai produk RE dan HPTL yang wajar sesuai profil risiko, yang terus memberikan ruang untuk pengembangan inovasi produk,” ujar General Manager RELX Indonesia, Yudhistira Eka Saputra dalam webinar.

Sebagaimana diketahui, produk alternatif rokok konvensional yang dipandang bisa membantu para perokok untuk beralih atau bahkan berhenti merokok telah banyak beredar. Berbagai produk tersebut seperti vape, mods, pods, rokok elektronik, dan e-cigar, adalah beberapa dari banyak istilah produk tembakau yang digunakan untuk menggambarkan Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).

Produk-produk ini menggunakan e-liquid yang biasanya mengandung nikotin, serta perasa, propilen glikol, gliserin nabati, dan bahan lainnya. Cara kerja rokok elektrik ini dengan cairan yang dipanaskan untuk membuat aerosol yang kemudian dihirup pengguna.

“Semakin bertumbuhnya pengguna ENDS ini yang dibarengi dengan hadirnya berbagai merek dan rasa, membuat para penggemarnya harus semakin teliti untuk memilih produk yang mereka akan beli,” jelas Roy Lefrans, Ketua Umum APPNINDO.

KONVO sebagai wadah pengguna vape di Indonesia merasa memiliki andil untuk mengedukasi para vaper untuk menjadi pengguna rokok elektrik yang bertanggung jawab. “Edukasi artinya berbagi informasi yang bertujuan untuk menghasilkan pengguna rokok elektrik yang bertanggung jawab di kalangan masyarakat sehingga mereka menjadi cerdas dalam memilih produk vape yang aman digunakan serta tidak tergiur dengan harga murah yang ditawarkan oleh sebuah produk tertentu tanpa mengetahui isi kandungan yang ada di dalamnya,” kata Ketua KONVO, Hokkop T I Situngkir.

Informasi penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah kandungan yang ada di dalam e-liquid serta bagaimana aturan atau standarisasinya, baik dari produsennya maupun dari para regulator.

“Para produsen tidak boleh hanya memikirkan keuntungan semata, kebutuhan serta keamanan konsumennya juga perlu dijadikan kepentingan yang utama. Begitu juga dengan para regulator di Indonesia, data-data yang digunakan dalam membuat aturan terkait rokok elektrik sebaiknya berdasarkan yang ilmiah dan secara terbuka menginformasikannya ke masyarakat,” tambah Hokkop.

Yudhistira mencontohkan tren saat ini konsumen generasi milenial sudah beralih ke produk kekinian seperti rokok elektrik. “Intinya kami tidak menciptakan perokok baru, tapi untuk mengurangi risiko bahaya merokok konvensional,” kata Yudhistira. Pihaknya mempunyai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan pabrik untuk menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa, yang memiliki keinginan untuk berhenti.

Data Public Helath England menyebutkan rokok elektrik 95 persen lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional. “Kondisi itulah yang mendorong kami meningkatkan kehidupan perokok yang merasa sulit untuk berhenti merokok dan merancang produk yang memungkinkan mereka mengadopsi alternatif yang lebih baik,” ujarnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved