Bank Dunia Menjabarkan Faktor Pertumbuhan Perekonomian Indonesia
Sejalan dengan Global Economic Prospect (GEP), Laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) Bank Dunia pada Juni 2022 memprediksi perekonomian Indonesia pada tahun ini akan tumbuh 5,1% dan naik menjadi 5,3% di 2023. Proyeksi Bank Dunia ini didasarkan pada beberapa faktor pendukung, seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang lebih baik, dan lonjakan permintaan yang tertahan (pent-up demand).
“Proyeksi ini masih sejalan dengan rentang outlook pertumbuhan ekonomi pemerintah. Ini mengindikasikan bahwa resiliensi Indonesia masih terjaga di tengah peningkatan risiko global”, ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Febrio Kacaribu dalam keterangannya seperti dikutip SWA Online di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Bank Dunia meyakini pemulihan ekonomi Indonesia masih berlanjut meski di tengah situasi global yang semakin menantang lantaran tekanan inflasi dunia, pengetatan kebijakan moneter eksternal, dan pemburukan kondisi perekonomian global. Setelah mampu tumbuh 3,7% di tahun 2021, momentum pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut hingga Kuartal I/2022.
Pertumbuhan ekonomi tercatat cukup tinggi di tingkat 5,0%, meski sempat mengalami gelombang Omicron. Meskipun demikian, Bank Dunia menyampaikan bahwa antisipasi diperlukan jika kondisi global memburuk seperti tercermin dalam laporan GEP Juni 2022 lantaran pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 5,7% di 2021 menjadi hanya 2,9% di tahun 2022 akibat eskalasi berbagai risiko, seperti inflasi yang tinggi yang memicu pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara saat ini.
Selain itu, kekhawatiran meningkat atas kerawanan ketahanan pangan dan kemiskinan akibat terbatasnya pasokan dan tingginya harga pangan dunia. Bank Dunia memprediksi inflasi Indonesia pada 2022 mencapai 3,6%. “Proyeksi ini masih dalam rentang target inflasi Bank Indonesia dan asumsi makro dalam APBN sebesar 2 – 4% berkat bauran kebijakan yang baik. Rasio defisit APBN terhadap PDB Indonesia pun diproyeksi secara lebih optimistik oleh Bank Dunia di tingkat 3,7% (postur APBN 2022 baru: 4,5%) mencerminkan optimisme konsolidasi fiskal yang lebih baik,” lanjut Febrio menjabarkan.
Langkah konsolidasi fiskal dinilai tepat dengan mempertimbangkan pemulihan yang semakin kuat, selain memenuhi amanat Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020. Defisit APBN secara gradual berhasil diturunkan dan diproyeksikan kembali ke level 3% PDB pada 2023. Bank Dunia mendukung berbagai reformasi struktural yang dijalankan Pemerintah, seperti UU Cipta Kerja dan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
Untuk itu, Bank Dunia mengidentifikasi beberapa area reformasi struktural yang dapat dipertimbangkan atau dipercepat, antara lain menciptakan ruang fiskal yang lebih besar melalui perbaikan administrasi perpajakan, peningkatan kualitas belanja, dan pengeloaan subsidi yang lebih baik, perbaikan lingkungan usaha untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mengurangi kebijakan pembatasan perdagangan, transisi hijau, serta pendalaman dan inklusi sektor keuangan. “Pemerintah mengapresiasi Bank Dunia yang menilai reformasi kebijakan struktural yang berkelanjutan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan dan mengurangi ketergantungan pada stimulus ekonomi makro jangka pendek. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan fiskal pemerintah,” ucap Febrio.
Swa.co.id