Nodeflux Pelopori Perusahaan Software AI Pertama Meraih TKDN 99,04%
Nodeflux perusahaan lokal pertama dan terbesar dalam dunia Artificial Intelligent (AI) berhasil lulus sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan masuk ke e-katalog LKPP dari pemerintah untuk produk VisionAIre Docker dengan nilai hingga 99,04%. Hal ini menjadikan Nodeflux sebagai perusahaan AI pertama di Indonesia yang meraih sertifikat TKDN.
“Sertifikat TKDN ini melengkapi performa VisionAIre Docker dari Nodeflux yang sebelumnya juga sebagai perusahaan AI dari Indonesia yang pertama lulus tes NIST (National Institute of Standard and Technology) dari Amerika Serikat sebagai vendor pengenalan wajah,” ujar Meidy Fitranto, Chief Executive Officer Nodeflux di Jakarta, pekan ini.
Pemerintah dalam beberapa tahun belakangan memang gencar mendorong optimalisasi TKDN terhadap projek strategis yang didanai oleh negara dan pada produksi manufaktur di Indonesia. Upaya ini bertujuan untuk memacu produktivitas dan daya saing industri nasional di tengah perdagangan dunia.
Dengan sertifikat TKDN ini, kata Meidy, Nodeflux bersemangat untuk bangkit setelah pandemi dua tahun lebih. “Sampai sekarang, sudah ada pabrikan beberapa produk terkait vision computer yang menghubungi kami untuk bekerja sama,” kata Meidy.
Meidy juga mengungkapkan kebanggaan bahwa untuk teknologi AI yang masih didominasi oleh perusahaan asing dengan kandungan software impor, Nodeflux justru tampil sebagai perusahaan karya anak bangsa mampu berkompetisi dengan perusahaan berskala internasional..
“Nodeflux hadir dengan kandungan software asli Indonesia, tapi berkualitas global sehingga mampu bersaing dengan perusahaan AI dari negara lain,” Meidu menegaskan. Untuk itulah selama ini, VisionAIre sebagai salah satu produk dari Nodeflux telah membantu Pemprov DKI dan Provinsi Jawa Timur dengan konsep smart city.
“Dalam konsep smart city, VisionAIre memiliki beberapa solusi untuk memudahkan pengawasan pemerintah terkait hal-hal seperti pengenalan wajah, deteksi ketinggian air, parkir kendaraan dan pemantauan lalu lintas jalan,” jelas Meidy.
Menurut Meidy, pada musim penghujan dalam waktu dekat ini, pendeteksian ketinggian air lewat teknologi AI akan amat penting. Saat ini, Pemprov DKI telah menggunakan Water Detection VisionAIre dari Nodeflux sebanyak 278 titik sedangkan Provinsi Jawa Timur juga sudah menerapkan teknologi AI di perkotaan sebanyak 11 titik.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Business Officer Ivan Tigana menambahkan bahwa VisionAIre juga saat ini telah digunakan beberapa instansi di Indonesia. “Dari lima lembaga hukum di Indonesia, empat di antaranya sudah mengadopsi VisionAIre untuk membantu operasi mereka,” ujarnya.
Selain itu, kata Ivan, dari sisi perusahaan negara – Nodeflux membantu beberapa BUMN seperti Pertamina yang menggunakan teknologi AI di health, safety, and environment (HSE) sehingga bisa memonitoring karyawan yang tidak disiplin menggunakan atribut. “Kami juga membantu Jasa Marga dengan memberikan layanan road traffic monitoring sehingga perusahaan mengetahui titik-titik kemacetan,” jelas Ivan.
Untuk Event G20 yang baru-baru berlangsung di Bali pun menggunakan face recognition dari Nodeflux untuk memperketat keamanan saat acara berlangsung.
Ivan mengatakan, penggunaan VisionAIre membantu proses pelayanan jauh lebih baik dalam proses monitoring sehingga kinerja pemkot atau pemda menjadi lebih efisien dan efektif. “Apa yang terjadi sekarang dengan teknologi AI akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan siapa yang bisa memanfaatkannya pasti akan menguasai bisnis,” tutur Ivan.
Karena kualitas produk Nodeflux sudah sesuai standar global, Ivan memaparkan, Nodeflux berencana ekspansi ke luar negeri. “Pasar luar negeri memiliki demand yang cukup menjanjikan. Jadi sebelum melakukan ekspansi tersebut, kami sekarang gencar memperluas partner dan menciptakan produk-produk AI terbaru sesuai kondisi yang dibutuhkan,” papar Ivan.
Ivan berharap, Nodeflux bisa menjadi pionir perusahaan AI lokal yang mendunia dan membanggakan nama Indonesia.
Swa.co.id