Trends Economic Issues

Strategi Investasi di Tengah Ancaman Resesi

Strategi Investasi di Tengah Ancaman Resesi

Ketidakpastian pasar akibat Covid-19 serta ancaman resesi akibat perang Ukraina mengakibatkan investor sulit menentukan invetasi yang tepat saat ini. Hal tersebut dibenarkan oleh Gabriel Rey, Pendiri dan CEO Triv.co.id.

Dalam Webinar Resesi dan Investasi, dia mengatakan bahwa perekonomian secara global saat ini telah mengalami gejolak ekonomi yang dapat mengakibatkan resesi. Sejumlah indikator yang menjadi penanda menjelang resesi di antaranya, penurunan aktivitas ekonomi, penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dan terjadi inflasi.

“Jika dua kuartal berturut-turut terjadi penurunan, maka itu tandanya terjadi resesi. Indonesia sendiri masih mengalami pertumbuhan positif dalam dua kuartal terakhir di 2022,” paparnya.

Rey menyebut jika benar terjadi resesi, maka aset kripto juga akan terdampak seperti halnya saham dan properti. Adapun satu aset yang tidak akan mengalami penurunan di masa resesi adalah emas, dan justru akan mengalami penguatan. “Itu sebabnya emas disebut save haven,” jelas Rey.

Adapun jika investor ingin terus berinvestasi di aset kripto maka perhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama lakukan strategi dollar cost averaging (DCA), alias menambah investasi secara bertahap dan rutin di aset kripto yang kuat seperti Bitcoin. Sehingga saat kelak pasar Bitcoin kembali bullish, yang diperkirakan terjadi di 2024, maka nilai investasinya akan melesat tinggi. Di sisi lain jika ingin berinvestasi di asset kripto lain, atau alternative coin (altcoin), maka Rey menyarankan tidak dalam jangka panjang. Bahkan, prinsip berinvestasi di altcoin adalah untuk menambah asset kripto berfundamental kuat seperti Bitcoin.

Rey menyarankan investor untuk berinvestasi di altcoin yang memiliki fitur staking (semacam bunga atau dividen bagi investor yang menyimpan aset kripto tersebut untuk jangka waktu tertentu. Seperti halnya altcoin BNB yang pernah memberikan dividen staking hingga 18% di masa puncak harganya. “Dengan demikian keuntungan investor tidak hanya dari kenaikan nilai aset kriptonya saja, tapi juga dari fitur staking,” jelas Rey.

Pada kesempatan yang sama, Indra Sjuriah, Pendiri & CMO Indogold menjelaskan bahwa harga emas dipengaruhi situasi ekonomi dan politik. Pun demikian, emas terbukti mampu mempertahankan nilainya di masa-masa “sulit”. “Kita bisa melihat saat Indonesia menghadapi Pandemi Covid-19, serta situasi politik dunia perang Rusia, harga emas sempat naik hingga Rp 1 juta per gram, jadi untuk investasi sangat baik,” jelas Indra. Ia menyebut dalam jangka panjang nilai emas akan terus naik. Sehingga menurutnya, jika menginginkan investasi yang aman dalam jangka panjang lebih baik investasi emas.

Lebih lanjut, Chief Economist & Head of Fixed Income Research Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menjelaskan, meski resesi global dan perlambatan ekonomi sudah terjadi, namun pertumbuhan PDB Indonesia masih positif. “Selain itu, kita yakin negara besar seperti Amerika Serikat dan China juga akan melakukan perbaikan ekonomi, sehingga juga dapat memulihkan ekonomi nasional Indonesia,” ujar Fakhrul optimistis.

Fakhrul menyarankan kepada investor untuk mencermati kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia. “Jika nantinya ada kenaikan BBM maka inflasi juga terjadi. Namun untuk pasar saham, kita dapat memilih sektor yang aman, seperti perbankan dan komoditas,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved