Jurus Synthesis Huis Tepis Bayang-Bayang Inflasi
Bank Indonesia (BI) memperkirakan bahwa tingkat inflasi di Indonesia akan berada pada level yang tinggi dari batas atas (sebesar 4%), dan inflasi di akhir tahun nanti diprediksi bisa mencapai di angka 5%. Tentunya dampak kenaikan inflasi diperkirakan akan lebih berimbas pada kinerja pasar properti. Hal ini berimbas pada naiknya suku bunga acuan, dan berdampak pada cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sehingga menaikkan harga jual perumahan.
Dalam diskusi dengan tema ‘Inflasi di Depan Mata, Saatnya Beli Properti’, Indra W Antono, selaku pemerhati properti, menegaskan sebelum inflasi melesat sekaligus menjadi ancaman, harga tanah dan bahan material terkerek naik, masyarakat termasuk kalangan milenial harus segera memiliki properti. Karena kalau tidak dari sekarang mereka akan sulit memiliki rumah. “Perlu dicatat, harga properti tidak pernah turun dan mempunyai rumah harus menjadi prioritas. Saya tegaskan, sekaranglah saat yang tepat untuk segera membeli rumah,” kata mantan Direktur Pemasaran Agung Podomoro Land (APL).
Apalagi inflasi yang terus terjadi setiap tahun, dan berdampak langsung terhadap kenaikan harga material bangunan yang membuat biaya konstruksi membengkak. Di sisi lain, inflasi juga berpengaruh pada suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Indra mengatakan dengan bayang-bayang inflasi saat ini justru menjadi momentum yang tepat membeli properti mumpung harga-harga belum melakukan penyesuaian. Konsumen kondisi seperti ini merupakan peluang bagi konsumen untuk berinvestasi properti. Karena begitu suku bunga naik lagi, harga properti juga akan naik lagi.
Diakui Indra sebagai instrumen investasi, properti lebih menguntungkan dari pada emas. Memiliki properti juga mendatangkan pride atau kebanggaan bagi pemiliknya. Apalagi properti merupakan satu dari sedikit investasi yang paling aman.
Untuk mengantisipasi gejolak inflasi, sebagai pengembang, Aldo Daniel, Managing Director PT Synthesis Karya Pratama -pengembang Synthesis Huis, pihaknya sudah melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak kontraktor bahan bangunan yang di dalamnya sudah menghitung faktor risiko 10-15 persen termasuk kalau terjadi gejolak harga dari bahan bangunan dan lain-lain.
Selain itu, langkah penting yang harus ditempuh pengembang menyampaikan kepada pembeli rumah bahwa unit yang dipesannya akan selesai seperti diperjanjikan sesuai tertuang dalam surat pemesanan rumah (SPR). “Komitmen kami agar pembangunan selesai tepat waktu. Pembangunan unit rumah Synthesis Huis dapat berjalan sesuai agenda proyek sehingga dapat selesai tepat waktu untuk di serahterimakan di pertengahan tahun 2023,” kata Aldo.
Tak hanya itu, Aldo pun melakukan evaluasi secara berkala pada sektor finansial menjadi suatu hal yang wajib untuk memastikan arus kas tidak terganggu akibat perubahan makro ekonomi.
Bahkan dalam dua tahun terakhir pihaknya berusaha melakukan beragam cara, memaksimalkan rancangan desain, menata lingkungan hunian senyaman mungkin, termasuk menuangkan konsep secara keseluruhan. “Hunian yang kami tawarkan tidak hanya membidik keluarga muda, tetapi juga berusaha agar hunian ini menjadi pilihan yang tepat bagi milenial. Bahkan kami mengadopsi gaya arsitektur Skandinavia untuk menciptakan kesan hunian kekinian yang mengutamakan fungsi ruang sesuai kebutuhan aktivitas saat ini,” katanya.
Aldo menambahkan saat ini proyek yang sedang dikembangkan telah terjual 60%. Proyek dikembangkan di atas lahan seluas 3.3 hektar, untuk tahap pertama akan dikembangkan sebanyak 215 hunian. Beberapa tipe yang ditawarkan yaitu tipe Mattlig, tipe Passa dan tipe Lang, dengan kisaran harga Rp 2,5 miliar-Rp 3 miliar.
Indra menegaskan bisnis properti sebelum dan setelah pandemi sangat berbeda, karena kebutuhan konsumen akan sebuah hunian mengalami pergeseran, terutama dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Untuk itu, pengembang yang ingin produk propertinya sukses di pasaran, harus jeli mengetahui kebutuhan dan kecenderungan pasar memilih hunian.
Agar dapat mengakomodasi kebutuhan konsumen, imbuhnya, pengembang dituntut untuk berinovasi, karena saat ini konsumen properti lebih selektif. Ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan secara matang oleh para developer saat menawarkan produk propertinya. Mencermatinya tidak hanya dari keunggulan lokasi saja, tapi juga dari berbagai sisi lain.