Corporate Action

Agenda di Balik Langkah Zenius Akuisisi Primagama

Agenda di Balik Langkah Zenius Akuisisi Primagama
Rohan Monga, CEO Zenius.
Rohan Monga, CEO Zenius.

Di ranah layanan after-school tutoring (yang lebih populer disebut bimbingan belajar atau bimbel), nama Primagama tentunya tak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat perkotaan di Indonesia. Maklumlah, selain bimbel sudah seperti “menu wajib” yang harus disantap kalangan pelajar tingkat SMA yang berminat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (PT), Primagama juga telah sekitar 40 tahun melayani para pelajar untuk memperkuat penguasaan pengetahuannya agar bisa diterima di PT idamannya.

Yang menarik, pada Februari 2022 perusahaan kawakan di bidang bimbel ini diakuisisi Zenius, penyedia jasa bimbel yang usianya lebih muda. Zenius mulai beroperasi sejak 18 tahun lalu, dan kemudian dikenal sebagai salah satu pionir di bidang educational technology atau edtech di Indonesia dengan menyediakan platform pembelajaran secara online.

Langkah Zenius menggaet Primagama disebutkan untuk memperkaya metode pembelajaran siswa dengan menyediakan metode hybrid learning, memadukan metode pembelajaran online dan offline. Perpaduan kompetensi dari dua brand besar di bidang bimbel ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar di era pascapandemi, sekaligus untuk menciptakan inovasi pembelajaran guna meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Setelah akuisisi ini, merek Primagama pun berubah menjadi New Primagama – Powered by Zenius.

Menurut Rohan Monga, CEO Zenius, aksi korporasi mengakuisisi Primagama merupakan sebuah customer-led decision. Alasannya, cukup banyak permintaan dari para orang tua siswa untuk layanan bimbel secara offline setelah selama masa pandemi mereka mengikuti pembelajaran secara online.

“Hal ini memberi kami feedback yang baik bahwa ada opportunity dengan menawarkan offline learning touch point,” kata Rohan. Di sisi lain, para siswa juga dinilai telah siap untuk menjalankan pembelajaran secara hybrid, karena mereka pun sudah terbiasa belajar secara live streaming.

Melalui layanan yang diberikan New Primagama – Powered by Zenius, siswa bimbel akan diperkenalkan pendekatan two teachers model, yakni para siswa bisa mendapatkan materi pelajaran dari tutor secara online, lalu mereka dapat memperdalam pemahaman materi melalui bantuan tutor offline di kelas-kelas Primagama. “Dengan model online merge offline (OMO) seperti ini, para siswa selain punya akses terhadap semua konten di platform Zenius, juga bisa berdiskusi atau bertanya langsung secara tatap muka di outlet Primagama,” Rohan menjelaskan.

Tutor online akan fokus pada pemahaman konsep dan penalaran ilmiah. Adapun tutor offline akan lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung dan mengenal mereka, sehingga diharapkan untuk berperan sebagai coach atau mentor. “Tutor juga akan memantau aktivitas dan perkembangan akademik siswa di kelas,” ujar Rohan.

Selama 40 tahun beroperasi, Primagama telah mempunyai lebih dari 300 cabang dan tiga ribu tenaga pengajar yang mendidik lebih dari 30 ribu siswa dalam satu tahun. Sementara Zenius, sebagai platform pembelajaran, memiliki sekitar 200 tutor, dengan pengguna aktif maksimum di angka 1,6 juta siswa.

Sepanjang tahun ajaran 2019/2020, Zenius telah diakses oleh lebih dari 20 juta pengguna, baik dari wilayah pedesaan maupun perkotaan di seluruh Indonesia. Adapun hybrid learning, menurut Rohan, akan diaplikasikan secara menyeluruh di semua gerai New Primagama dan akan terus dikembangkan ke tempat lain.

“Sebagai edtech platform, peluang kami sangat besar.”

Rohan Monga, CEO Zenius

Rohan mengungkapkan, berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk menilai kompetensi pelajar sekaligus evaluasi sistem pendidikan di 79 negara, Indonesia masih menempati peringkat ke-74. Menurutnya, saat ini pun penetrasi edtech platform baru berada di level 6%. Jadi, masih ada ruang besar untuk pertumbuhannya. “Sebagai edtech platform, peluang kami sangat besar,” ujarnya.

Zenius kini berusaha menambah tingkat retensi siswanya melalui berbagai inisiatif, seperti menghadirkan fitur ZenCore, ZenBot, gamification, dan aneka konten edutainment. “Hal-hal seperti ini yang bisa menaikkan motivasi pelajar Indonesia untuk terus belajar,” katanya yakin.

Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius, mengatakan bahwa sektor pendidikan Indonesia mendapat tantangan yang besar dalam dua tahun terakhir. Seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari murid, guru, hingga orang tua terkena imbas pandemi. Sisi positifnya, seluruh pihak telah beradaptasi dengan teknologi, termasuk dalam melangsungkan kegiatan belajar-mengajar.

“Adaptasi teknologi di bidang pendidikan membuat kami optimistis untuk melangsungkan hybrid learning melalui New Primagama,” kata Sabda.

Sebagai pelaku di industri digital, Zenius juga tengah menghadapi tantangan berupa pengaruh kondisi ekonomi makro global yang kurang bersahabat dan adanya pergeseran tuntutan pada kalangan startup untuk mengejar profitabilitas dan kinerja fundamental yang kuat. Efeknya, sejumlah startup di dunia, termasuk Zenius yang beroperasi di Indonesia, terpaksa mengambil kebijakan pemutusan hubungan karyawan (PHK) terhadap sejumlah karyawannya.

“Zenius perlu melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan. Salah satu implikasi dari strategi kunci ini adalah perubahan peran di beberapa fungsi bisnis seiring dengan optimalisasi dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan,” demikian keterangan resmi manajemen Zenius soal alasan kebijakan PHK yang diambilnya.

Setelah melalui evaluasi dan review komprehensif, Zenius baru-baru ini memang mengumumkan harus melepaskan lebih dari 200 karyawannya. Namun, Zenius tetap menegaskan komitmennya untuk memastikan bahwa semua hak dan dukungan yang dibutuhkan karyawan terdampak terpenuhi sebagaimana mestinya.

Manajemen Zenius berupaya membantu karyawannya yang terdampak PHK ini untuk menemukan pekerjaan baru dengan membagikan biodata mereka kepada perusahaan atau institusi pendidikan lain. Sebagai contoh, Zenius menyarankan tim pembuat konten untuk ikut melamar posisi tentor di cabang-cabang Primagama. (*)

Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved