Business Research Trends

Pasien Estetika Perlu Menyadari Masalah Imunogenisitas Bont-A

Pasien Estetika Perlu Menyadari Masalah Imunogenisitas Bont-A
Publikasi riset ini diitujukan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko resistensi imun dari perawatan Bont-A yang berkelanjutan

Panel multidisiplin internasional, Aesthetic Council for Ethical use of Neurotoxin Delivery (ASCEND), mempublikasikan konsensus di IMCAS Asia 2022, dengan judul ‘Emerging trends in botulinum neurotoxin A resistance: An international multidisciplinary review and consensus’ yang menyerukan kesadaran dan advokasi yang lebih besar di antara praktisi estetika tentang potensi risiko imunogenisitas sebagai akibat dari perawatan Botulinum Toxin A (Bont-A) yang berkelanjutan.

Sejak tahun 1999, injeksi Botulinum Toxin A (Bont-A) telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia. Selain itu, merupakan pilihan perawatan lini pertama untuk berbagai kondisi medis seperti distonia serviks dan spastisitas tungkai. Secara global, penggunaan Bont-A dalam estetika telah meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label.

Menurut studi riset konsumen yang dilakukan oleh Merz Aesthetics dalam kemitraan dengan Frost & Sullivan masing-masing pada tahun 2018 dan 2021, lebih banyak responden yang melaporkan penurunan kemanjuran perawatan Bont-A (69% pada 2018 dibandingkan dengan 79% pada 2021). Tindakan paling umum yang diambil oleh pasien untuk mengatasi penurunan kemanjuran tersebut adalah terus melakukan perawatan, tetapi dengan dosis dan frekuensi yang ditingkatkan.

Dengan latar belakang tersebut, publikasi ini diitujukan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko resistensi imun dari perawatan Bont-A yang berkelanjutan, dan memberikan rekomendasi tentang praktik terbaik, mengintegrasikan pertimbangan klinis, etika, dan estetika untuk penilaian dan pengelolaan risiko SNR yang diinduksi NAb. Karena terapi Bont-A seringkali dilakukan seumur hidup, penulis setuju bahwa menggunakan formulasi Bont-A yang sangat murni dengan risiko imunogenik terendah untuk meminimalkan risiko pembentukan NAb akan menjadi keputusan klinis yang bijaksana.

Mengomentari topik imunogenisitas, Dr. Wilson Ho, Plastic Surgeon, Direktur The Specialists: Lasers, Aesthetic & Plastic Surgery, Hong Kong dan salah satu penulis publikasi konsensus, mengatakan, imunoresistensi Bont-A diakui secara luas di bidang neurologi, dengan sebagian besar kasus yang dilaporkan sebelumnya terkait dengan indikasi neurologis, di mana dosis yang digunakan biasanya jauh lebih tinggi daripada dosis yang digunakan dalam indikasi estetika. Namun, tren saat ini dalam praktik estetika menunjukkan bahwa kisaran indikasi estetika Bont-A telah diperluas hingga mencakup perawatan estetika hipertrofi masseter dan, baru-baru ini, kontur tubuh.

Oleh karena itu, bertentangan dengan kepercayaan umum di antara praktisi estetika, dosis total yang diterima untuk prosedur estetika dapat dengan mudah mencapai kisaran yang digunakan untuk indikasi terapeutik, dan sebagai hasilnya, potensi risiko pasien yang mengalami resistensi kekebalan terhadap Bont-A dapat meningkat.

Sementara tingkat sebenarnya dari SNR yang diinduksi antibodi dalam praktik estetika saat ini tidak diteliti atau didokumentasikan dengan baik, panel multidisiplin setuju bahwa hal tersebut mungkin tidak dilaporkan dalam literatur medis. Dengan peluncuran publikasi konsensus, Dr Ho mengatakan, “Kami mendesak praktisi untuk memainkan peran aktif dalam meminimalkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk imunogenisitas Bont-A dengan mempertimbangkan riwayat perawatan pasien, termasuk perawatan Bont-A ekstensif sebelumnya untuk beberapa indikasi dari praktik yang berbeda, dan mempertimbangkan implikasi dari pilihan perawatan tertentu sepanjang riwayat medis pasien.

Dari perspektif klinis, menggunakan formulasi Bont-A yang sangat murni dan memberikan dosis efektif minimum pada interval yang tepat dapat membantu membatasi perkembangan kekebalan.

Rekomendasi lainnya dari publikasi ini adalah pentingnya meningkatkan kesadaran konsumen tentang potensi risiko imunogenisitas. Hal ini membutuhkan pendekatan kolaboratif yang berpusat pada pasien, penilaian individual dan diskusi menyeluruh tentang masalah perawatan Bont-A dan risiko potensial, termasuk resistensi kekebalan dan potensinya untuk memengaruhi penggunaan terapeutik di masa depan, dengan pasien sejak awal.

Menurut dr. Lis Surachmiati Suseno, Konsultan Dermato-venereologist dari Jakarta, sebagai salah satu penulis publikasi konsensus, mengatakan, Botulinum Toxin adalah obat penting yang telah dan masih digunakan secara global selama lebih dari 3 dekade. Indikasinya bervariasi dari kondisi medis yang serius hingga tujuan kosmetik dan dermatologis. Obat ini menghambat pelepasan asetilkolin yang menyebabkan relaksasi pada otot target.

“Sebagai dokter kulit, saya memiliki hak istimewa untuk memberikan onabotulinum-toxinA, kepada banyak pasien dalam praktik yang saya lakukan di Indonesia, sejak tahun 2001, beberapa tahun setelah persetujuan FDA. Kemudahan pemberian, hasil yang hampir instan, dan kepuasan pasien adalah salah satu yang menempatkan onabotulinum-toxinA di atas perawatan lainnya. Namun, dengan penggunaan berulang, pasien akan mengalami resistensi, efeknya akan hilang lebih cepat; pada 6 bulan pertama dan kemudian diperpendek menjadi 3-4 bulan, pasien disebut sebagai secondary non-responders,” jelasnya.

Penggunaan versi yang lebih baru, incobotulinum-toxinA, bagaimanapun, menunjukkan hasil yang tahan lama. Studi dari ahli saraf dan dokter kulit tentang penyebab kegagalan perawatan sekunder, telah dirangkum dalam publikasi ASCEND, mendesak dokter untuk sangat berhati-hati dalam membuat pilihan toksin botulinum untuk tujuan kosmetik dan dermatologis, karena di masa depan, obat tersebut mungkin diperlukan untuk banyak indikasi medis lainnya.

Dr. Samantha Kerr, Chief Scientific Officer Merz Aesthetics mengatakan, “Kami memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada pelanggan, tapi juga kepada pasien yang mereka layani. Hal ini berarti memastikan bahwa produk kami memenuhi standar keamanan dan keefektivitasan tertinggi, dan memungkinkan tenaga medis profesional di bidang kesehatan untuk memandu pasien mereka dalam membuat keputusan yang tepat bagi tubuh dan pikiran mereka.”

Lawrence Siow, Presiden (APAC) Merz Aesthetics menambahkan, tujuan memulai penelitian konsumen seperti ‘Consumer Experience with Botulinum Toxin Resistance in Asia Pacific dan sekarang publikasi konsensus ASCEND untuk menciptakan pemahaman dan kesadaran yang lebih besar tentang resistensi Bont-A untuk memberdayakan industri estetika medis dengan pengetahuan klinis untuk memberikan jaminan yang lebih besar dalam keamanan dan kesejahteraan jangka panjang pasien. Kami telah berfokus untuk mendorong kesadaran seputar masalah ini sehingga konsumen dapat merasa yakin bahwa mereka membuat pilihan berdasarkan informasi tentang perawatan masa depan bersama dengan dokter mereka.

Heidy Sembung, Chief Representative Merz Aesthetics Indonesia, mengatakan, meski saat ini banyak masyarakat Indonesia yang paham dan teredukasi tentang penggunaan Bont-A untuk perawatan estetika, namun masih banyak yang belum memahami fungsi Bont-A, isu potensi resistensi Bont-A dan apa artinya bagi mereka dalam jangka panjang. Hal ini juga mencakup berbagai jenis produk Bont-A yang tersedia di pasar.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved