Pegadaian, Memacu Transformasi Berkelanjutan
Kompetisi bisnis yang sengit, disrupsi digital, dan wabah virus corona merupakan sederet faktor yang mengubah lanskap bisnis. Para eksekutif perusahaan bereaksi cepat untuk memutakhirkan model bisnis yang lawas itu.
PT Pegadaian merupakan perusahaan yang rajin mengadopsi praktik bisnis termutakhir. Di antaranya, melakukan digitalisasi, mengubah budaya kerja pegawai, mendiversifikasi produk, mengintegrasikan produk dan gerai dengan BUMN di holding ultra mikro, menambah omnichannel, mengintegrasikan dan mengoptimalisasi aset, memperluas jangkauan layanan, hingga menambah produk untuk seluruh segmen.
Perubahan status Pegadaian turut mengakselerasi transformasi. BUMN pegadaian ini sejak pertengahan tahun lalu tercatat sebagai anak perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., induk usaha yang menaungi holding ultramikro.
Damar Setiawan, Direktur Utama Pegadaian, menyampaikan sejumlah alasan perusahaan melakukan transformasi. Pemicunya adalah kompetisi bisnis gadai yang kian ketat. Antara lain, semakin banyaknya perusahaan pegadaian swasta yang beroperasi (117 unit), juga hadirnya perusahaan teknologi finansial peer-to-peer lending, multifinance, dan bank syariah yang memberikan layanan yang sama.
“Kemudian, overhead cost tinggi, karena kami memberikan kredit usaha rakyat (KUR) syariah di bawah Rp 10 juta, tentunya ini menimbulkan risiko yang lebih tinggi. Kemudian, terkait penyaluran kredit mikro, kami memperhatikan kualitas kredit karena 72% dari total UMKM itu terdampak pandemi, sehingga mempersulit penyaluran kredit non-gadai,” tutur Damar.
Di internal Pegadaian, ia menjelaskan, dengan 4.086 unit gerai, layanan perusahaan ini belum menyentuh kawasan terpencil. Karena itu, Pegadaian bersama BRI dan PT Permodalan Nasional Madani berencana membuka ratusan lokasi bersama (co-location) untuk memberikan akses pelayanan terpadu sehingga masyarakat dapat menggunakan produk dan layanan ketiga perusahaan ini di satu tempat.
Tantangan lainnya adalah mayoritas nasabah Pegadaian adalah ibu rumah tangga yang relatif belum adaptif dalam mengadopsi teknologi. Nah, Pegadaian menggencarkan pembaruan agar produk dan layanannya tetap relevan di bisnis gadai.
Ini direspons pada program transformasi bertajuk G-5tar+ (G Star Plus) yang mencakup aspek Grow Core, Go Further, Grab New, Gen-Z Tech, Groom Talent, dan Good Governance & Culture. Strategi transformasi ini diimplementasikan berkesinambungan untuk mencapai visi Pegadaian menjadi The Most Valuable Financial Company di Indonesia dan Agen Inklusi Keuangan Pilihan Utama Masyarakat di 2024.
“Ini adalah transformasi untuk long-term sustainability. Ada dua hal dasar yang kami ubah, yakni culture dan digital. Digital melingkupi bisnis dan supporting,” Damar menerangkan.
Pada strategi Grow Core, Pegadaian tetap ada di inti bisnis gadai, tetapi mendiversifikasi produk sesuai dengan kemajuan zaman saat ini. Go Further: menyelaraskan dengan model bisnis BRI agar jangkauan Pegadaian semakin luas. Lalu, Grab New: merambah bisnis lain yang sesuai dengan kemampuan. Groom Talent, lanjut Damar, untuk mencetak talenta terbaik. Dan Gen-Z Tech: menggulirkan belanja modal untuk pengembangan teknologi serta good governance & culture.
Pelan tapi pasti, transformasi itu menuai hasil. Dulu, insan Pegadaian cenderung pasif menangkap peluang bisnis. Kini, karyawan menjemput bola.
“Sebelum transformasi, nasabah Pegadaian adalah ibu-ibu rumah tangga dan nilai pinjamannya kecil. Setelah transformasi, produk dan layanan kami masuk ke semua kalangan dan masuk ke pembiayaan besar dengan rate bersaing, produknya beragam, sudah ada beragam fitur non-gadai dengan portofolio yang besar, melayani transaksi dan layanan secara digital, bunga pinjaman sangat fleksibel, dan penggunaan teknologi terkini.”
Damar Setiawan, Direktur Utama Pegadaian
Kemudian, tata ruang gerai dan kantor Pegadaian diremajakan. Yang tak kalah penting, kantor atau gerai itu memiliki kepala penjual, eksekutif pemasaran, dan tenaga penjual yang mahir mengolah data dan mengimplementasikan digitalisasi yang berdampak terhadap kinerja bisnis dan kualitas pelayanan konsumen. “Seluruh proses bisnis sudah bisa cashless dan ada juga aplikasi untuk membantu tim pemasar, namanya Selena for Sales Team,” ujar Damar.
Dari segi transformasi jaringan, kanal (channel) pelayanan dan penjualan telah berkembang menjadi omnichannel dari sebelumnya satu kanal saja. “Saat ini kami memiliki agen, co-location, dan digital channel. Misalnya, jika pelanggan bertransaksi di Bukalapak, diberi pilihan apakah uang tersisa ingin dimasukkan ke tabungan emas Pegadaian,” katanya.
Dari segi transformasi produk, Pegadaian pada era sebelumnya hanya bisa menawarkan layanan gadai. Sekarang, produk dan layanannya bermacam-macam. “Ada Gadai Tabungan Emas, Gadai Efek, Gadai Harian, dan Gadai Express yang dijemput barangnya ke rumah,” Damar menjabarkan. Ada juga produk non-gadai, seperti gold card, digital lending, cicil perhiasan, cicil kendaraan, dan KUR syariah.
Selanjutnya, terkait transformasi supporting, mayoritas karyawan Pegadaian, yakni 75%-80% dari total jumlah pegawai 14 ribu orang, adalah generasi milenial. Budaya hierarki telah sirna sehingga pergerakan karyawan lebih lincah untuk menyokong inovasi bisnis. Pegadaian menggunakan sistem Squad yang di dalamnya ada jabatan dan divisi.
“Sebelum transformasi, nasabah Pegadaian adalah ibu-ibu rumah tangga dan nilai pinjamannya kecil. Setelah transformasi, produk dan layanan kami masuk ke semua kalangan dan masuk ke pembiayaan besar dengan rate bersaing, produknya beragam, sudah ada beragam fitur non-gadai dengan portofolio yang besar, melayani transaksi dan layanan secara digital, bunga pinjaman sangat fleksibel, dan pengunaan teknologi terkini,” Damar menjelaskan
Pada 2022 ini, Pegadaian mengusung tema Lanjutkan Transformasi. Untuk mempermulus program transformasi di era selanjutnya, dicanangkan pula program Kuatkan Transformasi pada 2023 dan Sukseskan Transformasi di 2024. Direksi dan insan Pegadaian bertekad menggaungkan transformasi, mengasah budaya inovasi dan mengeksekusi program, serta mengintegrasikan sistem agar tujuan transformasi tercapai sesuai dengan target. Semoga. (*)
Yosa Maulana & Vicky Rachman