Corporate Action Capital Market & Investment

Memiliki Competitive Advantage, Ekosistem Blibli Bisa Saling Topang

Memiliki Competitive Advantage, Ekosistem Blibli Bisa Saling Topang
Ketika startup banyak yang kolaps, Blibli justru bersiap raih dana segar IPO

Peneliti dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Andri Perdana mengatakan bahwa IPO Blibli memiliki competitive advantage tersendiri. Ketika, perusahaan-perusahaan startup lainnya mengalami kesulitan pendanaan, salah satunya karena kondisi ekonomi yang diproyeksikan akan mengalami resesi pada 2023, dana segar hasil Initial Public Offering (IPO) ini menjadi berita positif untuk Blibli.

“Dana Blibli Rp5,5 triliun itu digunakan untuk memperbaiki dari struktur modal, mengurangi utang, sehingga dapat mengurangi Debt Equity Rasionya (DER). Dengan penurunan DER ini, perusahaan menjadi lebih fleksibel dalam pengelolaan aset yang dimiliki, termasuk potensi pembagian dividen kepada investor di masa mendatang” ujarnya.

Andri menuturkan bagaimana perusahaan e-commerce omnichannel dengan model bisnis Blibli mampu berkembang pesat di luar negeri. Dia mencontohkan Amazon dan Alibaba yang melakukan ekspansi secara masif. Amazon berekspansi melalui Amazon Express, Amazon Go, dan Amazon Prime. Kemudian, disusul Rakuten di Jepang yang fokus awalnya adalah platform diskon dan cashback, hingga memiliki bisnis perhotelan. Apakah Blibli berpotensi dapat berkembang seperti Amazon, Rakuten, maupun Alibaba? Model bisnis ini menurutnya sangat menarik karena mampu memberikan kemudahan bagi para pelanggannya.

‘Mereka sustain karena memiliki bisnis di beberapa sektor usaha, sehingga ketika kondisi ekonomi sulit sekalipun, sebagian bisnis yang berkembang dapat menopang sektor bisnis lainnya yang terdampak ekonomi. Yang satu mengalami kesulitan, yang lain mengalami kenaikan,” paparnya.

Andri juga menilai wajar atas utang yang dimiliki oleh Blibli dan perusahaan startup lainnya. Menurutnya, sudah lazim perusahaan rintisan memiliki utang untuk investasi serta pengembangan bisnisnya. “Selama utang itu sehat dan terukur dari segi febt to equity ratio, profitabilitias dan likuiditasnya, maka wajar-wajar saja, bukan masalah,” jelasnya.

Blibli yang akan melantai di bursa pada tanggal 8 November 2022 mendatang diperkirakan akan mengumpulkan dana sebesar Rp7,9 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas, sementara sisanya akan dialokasikan sebagai modal kerja dalam mendukung kegiatan usaha.

Hingga Juni 2022, pendapatan Blibli melonjak 127 persen secara tahunan menjadi Rp6,71 triliun, dari Rp2,99 triliun, sedangkan Blibli membukukan laba bruto sebesar Rp560,8 miliar, naik dari Rp225,7 miliar, atau mencerminkan rasio laba bruto (gross profit margin) sebesar 8,35%.

Performa bisnis hingga Semester II 2022 juga meningkat. Total Processing Value (TPV) pada 2021 tercatat Rp32,4 triliun, jumlah ini meningkat 45% dari Rp22,4 triliun pada 2020, terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan dari seluruh segmen bisnis Blibli, termasuk segmen ritel 1P, ritel 3P, institusi dan toko fisik.

Monthly Active Customer (MAU), yang merupakan kombinasi jumlah pelanggan unik untuk segmen ritel 1P dan ritel 3P yang berinteraksi dengan produk atau jasa pada platform Blibli.com dan Tiket.com tahun 2021 tercatat 38,4 juta pelanggan, meningkat dari 31,1 juta pelanggan pada tahun sebelumnya. Kemudian, jumlah pelanggan institusi Blibli pada 2021 juga meningkat dari 80.752 pelanggan menjadi 153.057 pelanggan. Pelanggan institusi termasuk institusi swasta maupun pemerintah.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved