Sinar Mas Mining, Adopsi Teknologi untuk Dorong Karyawan Jalankan Multiple Roles
PT Sinar Mas Mining (SMM) kini sedang melakukan re-branding korporat dengan mengusung nama Techconnect. Bukan sekadar menghadirkan nama corporate brand baru, tapi itu merupakan salah satu manifestasi transformasi yang dilakukan perusahaan ini.
Maklum, perusahaan yang awalnya bergerak di bidang pertambangan ini sekarang bisnisnya sangat beragam, termasuk bisnis yang berbasis teknolgi digital. Dan, SMM telah berkembang dari satu pilar menjadi dua pilar, serta menangani dari 100 perusahaan menjadi 250 perusahaan.
Paulus Swasono Satyo Nugroho, Chief Human Resources Officer SMM, mengatakan, Techconnect merupakan transformasi yang di-drive oleh Direktorat Human Resources (HR). “Tantangan kami sebagai HR group holding adalah me-manage industri yang beragam,” ujar Paulus.
Transformasi HR di SMM sebenarnya sudah dilakukan sejak 2014. “Kami mulai dari HR traditional model menjadi Holacracy-Metaverse Organization. Yang membedakan dari sebelumnya adalah kami melakukan transformasi yang bisa men-drivebusiness engineering dan business transformation. Dengan transformasi ini, kami bisa menjadi partner yang penting dalam menghadapi perubahan akibat disrupsi,” Paulus menerangkan.
Sejumlah inisiatif dilakukan dalam rangka transformasi tersebut. Pertama, mengimplementasikan Holacracy-Metaverse Organization, yakni melakukan multiple roles and round robin yang diaktivasi oleh sensitivity, predictive, and prescriptive analysis.
Kemudian, kedua, redesignjob desc. Berangkat dari sini, SMM bisa melakukan transformasi dari task worker menjadi knowledge worker.
Dalam melakukan transformasi dari task worker menjadi knowledge worker, SMM menghilangkan pekerjaan administratif dan repetitif, karena pekerjaan itu tidak ada value added bagi karyawan. SMM lebih memilih mengadopsi teknologi untuk menjalankan pekerjaan tersebut.
Dengan teknologi, pekerjaan tersebut bisa dijalankan lebih cepat, akurat, reliable, dan konsisten dibandingkan jika dilakukan manusia. Dampak lainnya adalah mendapatkan karyawan dengan moral yang baik, karena mereka memiliki waktu untuk mengembangkan diri, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas.
Lalu, mengkreasikan S-Quantum Engine (SQE), yakni divisi yang bisa mengakselerasi transformasi digital di bisnis perusahaan ini. Redesign job desk didukung oleh RPA (robotic process automation) dan AI (artificial intelligence)solution. “Dengan tools tersebut, kami bisa melakukan job automation dan redesign roles dengan benar,” Paulus menambahkan.
SMM mengimplementasikan Models of Round Robin & Holacracy karena, menurut Paulus, itu karena manajemen SMM melihat bisnis adalah center, dan HR sebagai fungsi yang paling dekat dengan bisnis yang bisa berubah dengan cepat.
“Departemen HR membentuk pool of talent yang terdiri dari HR, engineer, finance, dll. Mereka melakukan multiple roles, yang mana masing-masing orang bisa meng-handle beberapa pekerjaan sekaligus. Agar bisa berjalan dengan baik, kami menjaga produktivitasnya dengan melakukan pekerjaan yang didukung oleh business intelligence dan AI,” dia menerangkan.
Untuk memastikan kompetensi karyawan agar bisa menjalankan multiple roles, selama beberapa tahun terakhir SMM mendorong mereka mengambil stand competency learning melalui platform MyLearning berbasis AI. Ada juga program coaching, mentoring, dan development program untuk memastikan multiple roles berjalan baik.
Sebelum melakukan multiple roles, orang tersebut harus menjalani competency assessment oleh tim talent. Talenta yang mampu di-upskilling bisa meng-handle tiga posisi sekaligus. Jika belum cocok untuk melakukan multiple roles, perusahaan terbuka untuk mencarikan posisi lain. Hasil dari transformasi HR ini yaitu peningkatan produktivitas, serta naiknya revenue dan profit perusahaan.
Paulus menambahkan, SMM mempersiapkan industri masa depan dengan menggunakan teknologi establishment dari hulu ke hilir, dengan mengklasifikasikan langkahnya menjadi tiga bagian. Pertama, memosisikan diri melalui employee value proposition, kemudian menyelaraskan people journey dari hulu ke hilir melalui teknologi dan big data, dan mem-positioning-kan diri sebagai perusahan berbasis teknologi.
Kedua, menerapkan Holacracy sehingga karyawan menjadi agile, memiliki fleksibilitas, sehingga bisa bekerja di luar domain dan berkembang secara persisten; mengaplikasikan RPA dan cognitive behavior guna mendapatkan keputusan yang tepat; dan memberdayakan talent melalui development program.
Dan, ketiga, mengembangkan platform dan tool agar journey karyawan menjadi smooth, serta melakukan inovasi pada learning and development dengan menggunakan aplikasi My Learning berbasis AI, bekerjasama dengan institusi terkemuka di dunia. (*)
Anastasia AS