BAT Indonesia, Bertransformasi untuk Menjadi Enterprise of the Future
British American Tobacco (BAT) adalah perusahaan multinasional pembuat produk berbasis tembakau dengan jaringan di lebih dari 180 negara. Setelah mengakuisisi Bentoel Group pada 2009, BAT Indonesia berkomitmen menjadi pusat ekspor utama (export hub) yang terbesar di seluruh BAT global. BAT Indonesia hingga kini mengekspor produk berbasis tembakaunya ke 23 negara.
Meskipun tembakau tetap menjadi bagian yang sangat penting dari bisnis BAT, perusahaan ini berupaya mengarah kepada penyediaan beragam kategori barang konsumsi untuk membangun “a better tomorrow”. Caranya, melalui penyediaan lebih banyak pilihan produk yang menyenangkan konsumen tapi berisiko lebih rendah.
Widyo Rulyantoko, Human Resources Director BAT Indonesia, menjelaskan bahwa perusahaannya telah bertransformasi dengan mengembangkan produk-produk selain conventional tobacco (rokok tradisional). Contohnya, pada 2020, BAT memperkenalkan VELO, kantong nikotin oral berwarna serba putih berkarakter inovatif, yang menawarkan cara praktis dalam mengonsumsi nikotin bagi perokok dewasa dan konsumen nikotin.
Proses transformasi tersebut, menurut Widyo, untuk membawa perusahaan ini menjadi “enterprise of the future”. Ia menjelaskan, eksistensi BAT Indonesia akan didefinisikan dari dua dimensi, yakni consumer obsession dan empowered leaders.
Consumer obsession terkait value creation, tangible benefits, connected CX, value conversion, dan sustainability. Adapun dimensi kepemimpinan terutama mengarahkan bagaimana karyawan BAT membangun entrepreneurial behaviours. “Setelah lebih dari satu abad berjualan rokok (tembakau), sekarang BAT harus mampu menjual rokok non-tembakau sehingga dibutuhkan entrepreneurial behaviours,” kata Widyo.
Ia juga menyebutkan, BAT membutuhkan kapabilitas baru yang lebih fit untuk masa depan, cara kerja yang berbeda yang lebih agile, dan keberagaman (diversity) yang sesuai dengan value perusahaan.
“Dalam situasi VUCA, sangat penting untuk membekali karyawan dengan hal-hal yang sifatnya fleksibel.”
Widyo Rulyantoko, Human Resource Director BAT Indonesia
Menurut Widyo, ada empat program utama yang berkaitan dengan transformasi ini, yakni self-driven continuous learning, driving simplification, multi-category driven talent brand, dan injection of talent with new capabilities.
Dari segi strategi, ada empat pilar yang telah ditetapkan BAT secara global, tetapi diterjemahkan menjadi hal-hal yang sifatnya lokal dan relevan bagi BAT Indonesia. Pertama, fit for purpose organization design. Kedua, culture and leadership behaviour. Ketiga, talent with winning capabilities. Dan keempat, diversity & inclusion.
Widyo juga menegaskan bahwa Tim HR BAT Indonesia juga secara jelas menentukan enabler apa yang penting untuk men-deliver keempat strategi tersebut pada lebih dari 1.700 karyawannya. Enabler-nya antara lain membangun talent pipeline melalui Global Graduate Programme (GGP); menyelenggarakan online, offlin, dan P2P learning; hingga membangun well-being campaign.
Adapun dalam hal mentransformasi cara belajar, BAT menekankan pada dua aspek, yaitu aspek leadership capabilities dan aspek functional capabilities. Dari sisi leadership, hal yang paling penting adalah membangun situational self awareness dan tolerance of ambiguity (leadermeter). “Dalam situasi VUCA, sangat penting untuk membekali karyawan dengan hal-hal yang sifatnya fleksibel. Ini tidak akan dicapai kalau tidak punya self awareness,” kata Widyo.
BAT Indonesia juga membangun world-class factory capability. Dalam hal ini, pabrik BAT Indonesia yang berlokasi di Malang merupakan training ground untuk para manajer supply chain dan on-factory dari berbagai negara. BAT Indonesia pun menyiapkan Global Training Hub, sebagai one stop portal dari materi pembelajaran untuk pengembangan kapabilitas fungsional.
Sementara dalam melakukan reward strategy, BAT Indonesia memastikan bahwa reward structure & policy secara eksternal bersifat kompetitif, secara internal bersifat equitable, tapi secara bisnis bersifat sustainable.
Dengan langkah transformasi yang dilakukan, berdasarkan survei karyawan dua tahunan pada 2021, hasilnya 98% hijau. Hasil ini lebih baik daripada survei sebelumnya di tahun 2019, dan lebih baik daripada kinerja BAT Regional dan BAT Global.
Dalam penilaian Elok Savitri Pusparini, salah seorang anggota Dewan Juri, dalam hal Learning & Development, BAT Indonesia telah memiliki reliable system dan pengalaman yang matang. Alasannya, memang mengacu pada BAT Global. Lalu, di bidang Reward Management & Talent Retention, Elok menilai sistem yang diterapkan BAT Indonesia termasuk one of the leading program.
Di sisi lain, Niken Ardiyanti, anggota juri lainnya, menyebutkan ada tantangan besar yang dihadapi BAT Indonesia. Yakni, bagaimana bisa menjalankan program reskilling karyawan dari sebelumnya memproduksi dan menjual rokok tembakau menjadi memproduksi dan menjual produk selain rokok tembakau. (*)
Jeihan K. Barlian dan Vina Anggita