Trends Profil Profesional

Masih Relevankah Public Relation di Tengah Maraknya Medsos?

Eugenia Siahaan, Direktur Eugenia Communications,

Kemajuan teknologi dan internet di era digital semakin dipercepat oleh kondisi pandemi yang sudah berjalan selama hampir tiga tahun. Terbatasnya kegiatan dan pekerjaan secara tatap muka, kini banyak digantikan dengan virtual. Masyarakat semakin gencar mengutilisasi internet, termasuk media sosial (medsos), agar karier mereka tetap bertahan dan berkembang.

Perusahaan-perusahaan, termasuk di dalamnya perusahaan farmasi hingga rumah sakit pun mulai mengembangkan medsos untuk membangun engagement di tengah masyarakat.

Meskipun saat ini banyak unit bisnis yang lebih fokus pada medsos, hal ini tidak membuat Eugenia Siahaan, Direktur Eugenia Communications, untuk berhenti menyuarakan pentingnya peran public relation (PR) dalam sebuah perusahaan, organisasi, rumah sakit, atau pun unit bisnis lainnya. Salah satu yang ingin dia garisbawahi adalah seberapa panjang dampak yang ingin dicapai oleh perusahaan, organisasi, dan rumah sakit, apakah jangka pendek atau jangka panjang?

Wanita kelahiran Jakarta, 28 September 1968 ini mengatakan, pekerjaan PR lebih dari sekadar membangun engagement dengan masyarakat. Pada dasarnya, medsos memang ampuh jika ingin membangun relasi dengan publik dan jika tujuan utamanya ada pada promosi atau penjualan karena memungkinkan two-way communications dengan publik. Hal ini bisa dikatakan sebagai tujuan jangka pendek. Namun tujuan jangka panjangnya lebih penting diperhatikan, yaitu menyangkut reputasi dan kepercayaan masyarakat, serta cara memitigasi krisis yang bahkan bisa timbul dari medsos.

Fakta yang terjadi, saat ini, dibandingkan dengan akun-akun medsos resmi yang mampu memberikan informasi kredibel, jumlah akun bodong pun tak kalah banyaknya. Informasi terkait kesehatan, penyakit, terapi, hingga promosi pelayanan kesehatan bisa didapat dengan mudah. Masyarakat yang menelurusuri info secara online tak jarang salah kaprah dan memilih terapi yang kurang tepat. Kondisi tersebut tentu perlu di-handle oleh PR atau agensi PR khususnya di bidang kesehatan, agar tidak terjadi kesimpangsiuran.

Hal ini menunjukkan, baik PR dan medsos harus bisa bersinergi, karena medsos saja tidak cukup untuk membangun reputasi yang begitu kompleks. Bisa dikatakan, medsos merupakan salah satu tools yang digunakan PR dalam menyusun strategi komunikasi. “Misalnya dalam dunia kesehatan, jika hanya berfokus mengunggah konten dan kemudian menimbulkan hoaks di masyarakat terkait informasi kesehatan, maka harus ada strategi yang tepat dari praktisi PR ataupun agensi PR yang ditunjuk,” tambahnya.

Hal ini menjadi dasar bagi Eugenia untuk tetap mengembangkan Eugenia Communications, agensi PR yang berfokus pada dunia kesehatan sejak 1999. Serta, tetap mengedukasi relevansi PR bagi dunia kesehatan meskipun di tengah maraknya penggunaan media sosial yang terlihat seperti jalan pintas. “Dalam dunia kesehatan khususnya, dibutuhkan konsultan PR yang mampu menjembatani bahasa ilmiah agar bisa sampai kepada masyarakat dengan lebih mudah,” tuturnya.

Ini tentu perlu spesialisasi, pengalaman, dan jam terbang yang tinggi. Sejalan dengan itu, praktisi PR juga harus mampu memanfaatkan fungsi medsos atau bekerja sama sehingga tetap bisa memberikan hasil yang strategis. PR masih memegang peranan penting, karena mereka mampu memberikan insight yang lebih holistik. Selain memikirkan engagement di tengah masyarakat, PR akan mampu membangun strategi komunikasi yang menguntungkan bagi semua stakeholder seperti investor, pemegang saham, mitra bisnis, media massa, dan lainnya.

Eugenia, lulusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia pada 1992 ini kembali menambahkan betapa pentingnya peran PR di tengah hingar-bingar medsos. “Salah satu strategi yang kurang mampu dilaksanakan jika kita hanya berfokus pada medsos adalah media relation. Jurnalis memegang peran penting dalam pergerakan arus informasi, termasuk informasi kesehatan. Informasi dari jurnalis merupakan informasi yang kredibel, karena mereka hanya menulis berita berdasarkan pernyataan dan data yang akurat. Hal ini membuat berita-berita yang ditulisnya lebih bisa dipercaya oleh masyarakat, dibanding jika kita hanya memperkenalkan sendiri ‘citra’ kita kepada publik lewat medsos. Dalam situasi krisis pun, jika kita memiliki relasi media yang baik, akan lebih mudah terselesaikan,” tuturnya mengklaim.

Namun sebagai catatan penting, tambahnya, seorang praktisi PR harus tetap mengikuti perkembangan zaman. Praktisi PR harus mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi salah satunya medsos, untuk memperbesar dampak dari strategi PR mereka. Sebagai contoh, informasi mengenai kesehatan yang diterbitkan melalui siaran pers atau output PR lainnya dapat dipercaya dalam waktu yang lebih lama dan dapat disebarkan lebih cepat.

“Medsos memungkinkan PR menjangkau audiens yang jauh lebih besar dan dapat dimanfaatkan untuk membuat PR lebih dekat lagi dalam membangun hubungan dengan stakeholders. Dapat disimpulkan, medsos tidak akan mampu menggantikan pekerjaan PR secara keseluruhan. Namun di sisi lain, seorang praktisi PR harus mampu memanfaatkan medsos untuk memperbesar dampak dari strategi yang mereka buat,” ungkap dia.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved