Book Review

Dunia Memerlukan Krisis (Lagi)

Oleh Editor

Judul Buku : The Power of Crisis: How Three Threats – and Our Response – will Change the World

Pengarang : Ian Bremmer

Penerbit : Simon & Schuster

Cetakan : Pertama; Mei, 2022

Tebal : 272 halaman

Kita masuk ke zaman Anthropocene. Di zaman ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah planet bumi, perubahan lingkungan hidup yang masif diakibatkan ulah makhluk manusia, termasuk terjadinya berbagai krisis besar yang menerpa selama ini. Diperkirakan, kita akan menghadapi lebih banyak krisis lagi di masa mendatang.

Menurut Ian Bremmer dalam buku ini, terdapat setidaknya tiga potensi krisis besar yang akan hadir dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pertama, persaingan ekonomi, politik, dan pengaruh global antara dua raksasa dunia saat ini: Amerika Serikat dan China. Perbedaan antara kedua negara tersebut dari waktu ke waktu justru semakin membesar dan jika tidak segera diselesaikan, dikhawatirkan akan terjadi konflik terbuka yang membawa dampak negatif yang cukup besar bagi kestabilan politik dan ekonomi dunia.

Kedua, dampak perubahan iklim global yang mengancam miliaran umat manusia dan membahayakan keberlangsungan kehidupan di bumi. Dan ketiga, dampak yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi baru yang telah mengubah banyak kehidupan kita sehari-hari dalam cara menjalani hidup, berpikir, bekerja, dan berinteraksi dengan orang lain.

Tantangan yang dihadapi dunia telah sedemikian kompleks, besar, dan luas, sehingga tidak bisa diselesaikan oleh satu negara saja. Dulu banyak inisiatif global yang dipelopori Amerika Serikat, tapi saat ini, kepemimpinannya dalam ranah global mulai dipertanyakan dan mengalami kemunduran.

China muncul sebagai alternatif lain bagi kepemimpinan global. Ini semakin meningkatkan ketegangan di antara dua raksasa dunia ini. Bagi kepentingan dunia, Amerika Serikat dan China akan lebih baik jika mulai melakukan dialog yang konstruktif untuk memecahkan berbagai masalah global secara bersama-sama. Tanpa adanya kesepakatan antara kedua raksasa dunia ini, berbagai masalah global yang sangat penting tidak akan dapat diselesaikan dengan cepat dan mudah.

Krisis global yang akan terjadi di masa depan salah satu kemungkinan terbesarnya berasal dari perubahan iklim global. Kondisi planet bumi yang semakin panas mengakibatkan banjir di satu wilayah tapi kekeringan di wilayah lain, mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan masyarakat, terutama yang tinggal di negara miskin.

Perubahan iklim mengakibatkan bencana yang berlapis-lapis. Keberhasilan karya umat manusia yang dibangun selama berabad-abad bisa lenyap dalam sekejap. Perubahan iklim akan mentransformasi tatanan global. Dampak globalnya akan berupa meningkatnya kompetisi antarnegara, migrasi, ketidakamanan global, dan ketimpangan antarwilayah di dunia.

Harus ada tindakan konkret untuk mulai mencegah meningkatnya pemanasan global lebih lanjut. Jika hal itu tidak segera dilakukan, setiap orang nanti harus membayar harga yang mahal.

Di masa pandemi Covid-19, pemenangnya adalah perusahaan yang mampu membuat teknologi disruptif serta mereka yang mampu memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari kemunculan berbagai teknologi tersebut. Pandemi telah menunjukkan bagaimana teknologi mampu membantu hidup kita menjadi lebih aman, sehat, dan sejahtera.

Namun, harus tetap diwaspadai, perubahan yang dibawa oleh teknologi bukannya tanpa efek samping yang berbahaya. Jika tidak dapat dikelola dengan baik, teknologi justru bisa membawa kesengsaraan bagi manusia. Umat manusia telah menemukan banyak perangkat, mainan, dan senjata baru yang mampu mengubah kehidupan dan masyarakat kita dengan lebih cepat daripada yang mampu kita antisipasi dan persiapkan terkait berbagai dampak negatif yang bisa diakibatkannya.

Dalam masa 20 tahun terakhir, berbagai mesin pintar telah mampu menggantikan berbagai pekerjaan manusia di berbagai sektor kehidupan. Satu generasi yang lalu banyak industri di negara maju yang memindahkan proses produksinya ke negara berkembang demi mendapatkan biaya tenaga kerja yang lebih murah. Sekarang, tenaga murah tersebut telah dapat digantikan oleh mesin yang ternyata jauh lebih efektif dan efisien.

Banyak pekerja yang tersingkirkan oleh teknologi, pekerjaan yang dilakukan digantikan oleh mesin. Sementara mereka yang tidak tersingkir harus memiliki keterampilan yang lebih tinggi untuk dapat mengoperasikan berbagai teknologi baru.

Mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan mesin akan ditinggalkan. Kita memasuki era ketika mesin memiliki kemampuan lebih untuk mengetahui siapa diri kita dan apa yang kita inginkan daripada diri kita sendiri.

Kita menjadi semakin sulit membedakan hasil karya yang dihasilkan manusia dan hasil karya mesin. Mesin semakin canggih dalam meniru dan membuat apa yang dilakukan manusia. Sayangnya, walaupun memiliki kemampuan yang semakin meningkat, mesin yang ada tetap saja tidak memiliki rasa empati.

Saat ini kita hidup di zaman ketika peluang yang ada berlimpah ruah. Tidak ada dalam sejarah umat manusia sebelumnya dunia begitu berkelimpahan seperti saat ini.

Kemudahan yang kita nikmati saat ini, misalnya mampu bepergian jarak jauh, hanya bisa dinikmati kalangan atas di abad pertengahan. Usia harapan hidup dan kualitas hidup secara umum mengalami peningkatan.

Namun, pada masa ini, kita juga menghadapi risiko bencana yang semakin beragam dan besar dampaknya. Segala pencapaian umat manusia bisa dengan cepat lenyap seketika ketika para pemimpin negara dan pemimpin bisnis gagal untuk melindungi kita dari bahaya penyakit menular, naiknya permukaan air laut, perubahan iklim, gelombang disinformasi yang meningkat, huru-hara akibat hilangnya pekerjaan manusia yang digantikan oleh mesin, dan berbagai bentuk peperangan baru.

Akibat dari hal itu, kita akan menghadapi situasi dunia yang semakin penuh dengan ketidakpastian, tidak aman, dan tidak siap terhadap datangnya krisis yang akan terjadi. Belum ada gagasan, kesepakatan, atau institusi baru yang dipersiapkan untuk menghadapi segala tantangan besar umat manusia di abad ini.

Kita memerlukan krisis yang bisa memaksa terjadinya kerjasama internasional dan membangun sebuah sistem internasional yang baru. Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana kita nanti dapat menghadapi krisis yang sama di masa depan. Pandemi merupakan krisis global terbesar di abad ini, tapi ternyata belum cukup menakutkan untuk membentuk kesadaran tentang perlunya tata kelola internasional baru guna menghadapi krisis yang lebih besar di masa depan.

Dunia memerlukan krisis (lagi) agar bisa menyatukan segala gerak langkah negara-negara di dunia dalam memecahkan permasalahan besar yang dihadapi umat manusia dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai krisis besar yang akan datang kemudian, serta menciptakan sebuah sistem kerjasama internasional baru yang mampu menjawab berbagai tantangan yang hadir saat ini. Pemecahan permasalahan yang semakin kompleks ini memerlukan visi, stamina, serta lompatan keyakinan besar dari para pemimpin negara dan pemimpin bisnis global saat ini.

Kondisi perpolitikan dunia saat ini dipenuhi berbagai konflik dan ketidakpercayaan. Banyak politisi yang hanya bekerja untuk mendapatkan dan memperbesar kekuasaan semata dengan mengumpulkan dukungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampak jangka panjang yang mungkin merugikan keberlangsungan masyarakat. Kita kekurangan pemimpin dunia yang mampu dan berani menyatukan segala kepentingan yang ada dan mengedepankan kepentingan bersama.

Dengan melihat apa yang telah terjadi di masa sekarang, kita dapat melihat di mana posisi kita di dunia saat ini, hendak ke mana kita, dan seberapa cepat kita hendak sampai tujuan yang diinginkan. Kapasitas umat manusia untuk menciptakan atau menghancurkan tatanan dunia ini bergerak dengan kecepatan yang semakin meningkat.

Manusia memiliki potensi untuk menghancurkan peradaban yang dibangunnya selama berabad-abad dalam waktu yang semakin singkat. Karenanya, manusia harus dibarengi juga dengan kemampuan yang lebih besar untuk menjaga dan menyelamatkan bumi ini. Hal itu hanya bisa dilakukan jika kita mau dan mampu bekerjasama dengan manusia lain, apa pun identitas dan ideologinya. Suasana krisis mendorong manusia untuk segera melakukan tindakan.

Kita memerlukan krisis yang mampu menggugah kesadaran kita untuk bertindak. Itu diperlukan untuk memaksa dan menyatukan kita agar dapat bekerjasama dengan pihak lain. Kesemuanya perlu dilakukan agar krisis global yang terkait dengan pandemi di masa depan, perubahan iklim, dan dampak revolusi teknologi dapat dicegah sedini mungkin sehingga bencana dan korban yang tidak perlu bisa dihindari.

Eko Widodo

*) Peresensi adalah Staf Pengajar Program Studi Magister Administrasi Bisnis, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved