Indonesia Best CFO

Desiantien, Optimalkan Fungsi Keuangan dan TI

Desiantien, Direktur Keuangan & Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia.
Desiantien, Direktur Keuangan & Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia.

Sektor minyak dan gas bumi (migas) bukanlah dunia baru bagi Desiantien. Perempuan kelahiran 1965 ini telah berpengalaman selama 28 tahun pada level manajerial di perusahaan migas multinasional. Sebelum bergabung ke grup Pertamina, dia meniti karier panjang di grup Chevron. Pemegang gelar MBA dari Universitas Gadjah Mada ini juga mengantongi sejumlah sertifikasi terkait migas dari program-program internasional.

Desiantien mulai menjabat sebagai Direktur Keuangan & Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) pada Februari 2021. Sebelumnya, dia menjadi VP Finance PT Pertamina Hulu Indonesia. Selama menakhodai keuangan PDSI, dia telah mengantarkan perusahaan di bidang jasa pengeboran dan solusi terpadu migas ini meraih sejumlah pencapaian penting.

Pencapaian pertama, mencatatkan perbaikan collection period (CP), menjadi 79 hari pada 2021, atau terbaik sepanjang sejarah perusahaan berdiri. Capaian rata-rata tahun sebelumnya pada kisaran 130-148 hari. Desiantien menjelaskan, hal ini bisa diraih berkat beberapa upaya komunikasi dan koordinasi yang intens dengan customer dan stakeholder, serta penggunaan digital pada penagihan.

“Kami mengoptimalisasi proses bisnis penagihan melalui teknologi dan digitalisasi sehingga dampak percepatan ini memperkuat pertahanan cash flow untuk operasional perusahaan dan memperbaiki tingkat kesehatan perusahaan,” katanya.

Pencapaian kedua, perbaikan struktur utang dan covenant ratio (bankable). Pada tahun 2021, perusahaan bisa menjadi bankable setelah sebelumnya menghadapi permasalahan likuiditas karena tingginya nilai jatuh tempo shareholder loan yang harus dibayarkan.

Perusahaan merestrukturisasi utang dan modal, mengelola pendanaan dari sumber internal dan eksternal, dan yang utama yaitu melakukan koordinasi dan penyampaian prospek bisnis PDSI. Selain itu, bergabungnya PT Pertamina Hulu Rokan sebagai produsen migas di Indonesia juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam memperbaiki struktur utang.

“Upaya yang kami lakukan adalah dengan mengomunikasikan tumbuh dan menariknya prospek bisnis PDSI sejalan dengan banyaknya kegiatan pengeboran yang akan dilakukan di tahun mendatang untuk memenuhi target produksi migas kepada stakeholder,” tutur Desiantien.

Pencapaian ketiga, perbaikan tingkat kesehatan perusahaan (TKP). Rasio keuangan perusahaan yang membaik terdiri dari kinerja keuangan pada rasio aktivitas dan rasio likuiditas (cash ratio dan current ratio) serta kinerja pertumbuhan pada penjualan dan laba perusahaan.

Pencapaian keempat, perbaikan dan digitalisasi proses bisnis yang kontinu. Di antaranya, pemutakhiran Sistem Tata Kelola Perusahaan-Ongoing, implementasi aplikasi New S2C (sales to cash) untuk percepatan approval dan verifikasi BAST antara Rig Sup dan Company Man (customer), sertifikasi untuk digital signature, implementasi materai digital/teraan, serta implementasi fleet card management (e-money) untuk tol, BBM, dan parkir, bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk e-money. Hal ini, kata Desiantien, sangat membantu aktivitas-aktivitas besar di moving rig yang banyak mengeluarkan biaya yang sebelumnya dibayarkan menggunakan cash.

“Ini memberikan manfaat yang cukup signifikan, terutama dalam efektivitas dan efisiensi proses bisnis, sehingga kami dapat lebih lincah, compliant, dan GCG karena semuanya tersistemasi.”

Desiantien, Direktur Keuangan & Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia

“Ini memberikan manfaat yang cukup signifikan, terutama dalam efektivitas dan efisiensi proses bisnis, sehingga kami dapat lebih lincah, compliant, dan GCG karena semuanya tersistemasi,” ungkapnya.

Pencapaian kelima, implementasi minimum cashless operation (manajemen uang muka kerja). Hal ini memungkinkan perusahaan mengelola risiko pengeluaran cash flow yang tinggi dan potensi fraud karena tingginya uang muka kerja. Upaya yang dilakukan antara lain bersinergi dengan Shared Service Center (SCC) PT Pertamina dalam penggunaan sistem Jojonomic untuk pengelolaan cash card.

“Semua ini dilakukan untuk bisa mendukung operasi kami yang sangat mobile karena diperlukan kecepatan di dalam memindahkan satu rig ke rig yang lain di seluruh Indonesia,” ucapnya.

Lalu, pencapaian keenam, perbaikan kontraktual (term and condition) dengan customer. Perbaikan ini antara lain berkat upaya dalam mengevaluasi keekonomian kontraktual dan koordinasi dengan fungsi komersial sampai persetujuan adendum kontrak dengan pelanggan, serta upaya komunikasi, koordinasi, serta diskusi strategis dengan customer dan seluruh stakeholder, baik internal PDSI, subholdingUpstream, Region dan Zona, Persero, serta SKK Migas.

“Kami mengumpulkan informasi, data, dan rekomendasi untuk men-support proses kontraktual dengan customer. Kami juga memperbaiki kontraktual. Kontraktual-kontraktual yang win-win secara langsung telah memberikan dampak positif pada peningkatan kinerja finansial perusahaan untuk tahun 2021 dan berlanjut di 2022 ini,” papar Desiantien.

Berbagai pencapaian di atas dapat dilihat sebagai buah strategi dalam mengatasi empat tantangan utama yang dihadapi PDSI, yaitu mencapai target produksi 1 juta BOPD tahun 2030; meningkatkan market share, terutama segmen bisnis penunjang rig services; menambah kapabilitas organisasi; serta menjaga ketahanan cash flow dan CP.

Desiantien mengatakan, dalam mengurai tantangan itu, secara garis besar pihaknya mengoptimalkan fungsi keuangan dan teknologi informasi (TI) pada empat peran. Pertama, sebagai strategic driver, yang membantu tim operasi dan pemasaran untuk menyediakan informasi, khususnya dampak finansial atas suatu rencana atau evaluasi bisnis perusahaan, termasuk kajian strategis ke depan.

Kedua, sebagai navigator, yang memberikan panduan kebijakan perusahaan sebagai fungsi independen sekaligus mendukung fungsi komersial dalam mencapai target pertumbuhan bisnis, dan fungsi operasi dalam mencapai target operation excellence.

Ketiga, sebagai business partner, yang senantiasa memberikan konsultasi dan solusi dalam operasional serta rencana bisnis perusahaan. Dan keempat, sebagai katalisator, yaitu menjadi change agent dalam perubahan dan perbaikan proses bisnis perusahaan untuk memastikan bahwa terjadi cultural change ke arah yang diharapkan Pertamina dan Kementerian BUMN.

Menurut Desiantien, sebagai perusahaan yang juga melakukan pengeboran untuk geothermal, PDSI pun berupaya mengutamakan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) pada setiap operasinya. Seluruh operasional saat ini telah diarahkan berbahan listrik. Hal ini menjadikan pengeboran lebih hemat dan cepat. (*)

Yosa Maulana & Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved