I Dewa Made: Saya seperti Koki di Adira
Menjadi pimpinan tertinggi di divisi keuangan PT Adira Dinamika Multifinance Tbk tidak menyurutkan langkah I Dewa Made Susila untuk membirukan laporan keuangan perusahaan. Pengalamannya di bidang keuangan selama belasan tahun menjadi senjata utama untuk mencetak banyak prestasi. Dia mengawali kariernya sebagai analis di PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) sejak Agustus 1995. Empat tahun di Pefindo, pada 1999 Made, sapaannya, pindah ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional sampai 2001.
Kemudian dia hijrah ke Bank Danamon dan memulai kariernya sebagai Deputy Head of Corporate Affairs Division yang sekaligus merangkap sebagai Senior Assistance Vice President hingga terakhir menjabat sebagai Investor Relations & Subsidiaries Support Division Head. Pada 2004 Bank Danamon membeli 75% saham Adira dan pada April 2011 dia ditunjuk sebagai Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan publik yang bergerak di sektor pembiayaan itu.
Di Adira, Made merasa seperti seorang koki yang harus menjalankan tiga agenda besar. Apa saja agendanya?. Berikut petikan wawancara reporter SWA, Ario Fajar, di kantor Adira, Landmark Centre Tower A, Jakarta.
Sejak didapuk sebagai CFO, apa agenda Anda di divisi keuangan?
Saya dipercaya duduk sebagai CFO sejak dua tahun silam. Ada tiga agenda besar yang menjadi prioritas dalam kepemimpinan saya. Pertama, running accounting, reporting, tax dan lain-lain dengan tepat waktu dan laporannya tersebut bisa berguna serta bisa dipertanggungjawabkan. Saya juga menjaga kestabilan kerja sama antara finance directorat dengan operation. Sehingga keduanya tidak terganggu.
Kedua, di level perusahaan, kami giat mencari pendaaan yang kompetitif untuk menunjang bisnis dan profitabilitas. Dari diversifikasi pendanaan tahun 2011 kami berhasil mencari dana Rp 8 triliun dan tahun ini diprediksi mencapai Rp 12 triliun.
Ketiga, karena kecenderungan pasar makin kompetitif, maka margin akan turun. Untuk itu, kita harus selalu create awarness serta mencari strategi untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Apa kendala yang kerap ditemui saat menjadi CFO?
Sebenarnya banyak kendala dan tantangan. Namun yang paling sering adalah anggapan bahwa divisi keuangan selalu dinilai sebagai divisi atau departemen yang paling pelit dan mau menang sendiri. Padahal anggapan itu salah. Interest kita adalah untuk kepentingan semua orang.
Bagaimana Anda menggambarkan peran CFO Adira?
Saya seperti seorang koki. Artinya, seorang CFO itu tak ubahnya seperti seorang koki. Koki harus menyiapkan hidangan terbaik dan memilih bumbu-bumbu masakan terbaik pula. Pun begitu yang saya lakukan. CFO dan divisi keuangan dihadapkan oleh beberapa kepentingan yakni pemegang saham dan kreditur serta perusahaan. Semua kepentingan itu pada akhirnya bermuara ke satu angka.
Bagaimana Anda menjelaskan angka-angka tersebut?
Angka adalah kontribusi semua orang. Tugas kami adalah mengedukasi bahwa jika perilaku mereka begitu, maka angkanya akan begini. Kami juga harus transparan dengan segala macam laporan.
Darimana sumber best practise Anda?
Dari mana saja, termasuk dari kompetitor. Remember when we stop leaning we die.
Apa lagi obsesi Anda sebagai CFOAdira?
Saya ingin meninggalkan nama baik atau mengukir sesuatu (achievement) yang bisa dikenang oleh perusahaan ini. Misalnya Pak Stanley yang telah menjadi legend di perusahaan ini. (EVA)