Neraca Perdagangan Indonesia Surplus dan Utang Luar Negeri Terkendali
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2022 kembali mencatat surplus, yakni US$3,89 miliar dolar. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$ 5,13 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2022 secara keseluruhan mencatat surplus US$ 54,46 miliar. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$ 35,42 miliar.
Surplus neraca perdagangan Desember 2022 bersumber dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas, sedangkan defisit neraca perdagangan migas sedikit meningkat. Pada Desember 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat US$ 5,61 miliar.
Perkembangan tersebut didukung oleh tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas, yang tercatat sebesar US$ 22,35 miliar. Tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas terutama bersumber dari kenaikan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti nikel, bijih logam, dan timah seiring dengan harga komoditas global yang masih tinggi.
Selain itu, ekspor produk manufaktur, seperti mesin dan perlengkapan elektrik, serta pulp dari kayu, juga tercatat meningkat. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India tetap tinggi dan menjadi kontributor utama terhadap total ekspor Indonesia. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat sedikit meningkat dari US$ 1,69 miliar pada November 2022 menjadi US$ 1,73 miliar pada Desember 2022.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan.
“Sinergi tersebut guna semakin meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pemulihan ekonomi nasional,” kata Erwin dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (17/1/2023).
Sementara itu, menurut Erwin, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir November 2022 tercatat sebesar US$ 392,6 miliar.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada November 2022 mengalami kontraksi sebesar 5,6% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 7,6% (yoy). Kontraksi pertumbuhan ini bersumber dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) dan sektor swasta,” ujarnya.
Menurut Erwin, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada November 2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 29,7%, meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya yang sebesar 29,5%.
Selain itu, lanjut Erwin, struktur ULN Indonesia tetap sehat ditunjukkan dengan ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,0% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
“Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” ujarnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id