Technology Trends

Ubah Model Bisnis, DishServe Berambisi Meraih Laba

CEO DishServe
Rishabh Singhi, CEO dan Co-Founder DishServe.

Platform F&B DishServe mengumumkan perubahan model bisnis untuk fokus pada otomatisasi operasional restoran, kafe, dan dapur khusus layanan pengiriman (delivery only). Hal ini telah dilakukan DishServe sejak September 2022, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan.

Rishabh Singhi, CEO dan Co-Founder DishServe mengatakan, keputusan pihaknya untuk mengubah model bisnis dari cloud kitchen mengacu pada temuan utama, seperti memiliki margin minimal karena keuntungan diserap oleh aplikasi pengiriman makanan, serta tingginya harga pokok penjualan (COGS) akibat skala produksi yang kecil.

Menurutnya, bisnis cloud kitchen juga mengalami kendala seperti perusahaan F&B skala UKM minim melakukan riset dan pengembangan (R&D) pada menu makanan. Selain itu, mereka cenderung tidak konsisten memproduksi kualitas produk F&B karena proses memasak yang manual. Berbagai kendala inilah yang telah mendorong DishServe untuk mengeksplorasi pendekatan strategis baru.

“Dengan perombakan model bisnis ini, kami akan fokus untuk membantu dapur yang kurang dimanfaatkan sehingga bisa mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan solusi teknologi milik kami. Ini akan membantu kami mencapai misi untuk menjadi penyedia layanan makanan multi-merek, aset ringan, dan makanan berkualitas tinggi di Indonesia,” kata Rishabh.

Dengan mengadopsi model bisnis yang baru, DishServe telah mengembangkan serangkaian inovasi untuk membantu mitra dapur mengoptimalkan penjualan. Startup ini menyediakan solusi satu atap, yakni mulai dari penyediaan merek, integrasi aplikasi pengiriman makanan, otomatisasi harga dan promosi, rekonsiliasi neraca keuangan, manajemen inventaris, rantai pasokan dan logistik, layanan pelanggan, hingga QR code yang tersedia lewat aplikasi.

Saat ini DishServe telah membangun sederet merek F&B yang fokus untuk memproduksi makanan berkualitas tinggi dengan meningkatkan akses, harga terjangkau, dan cita rasa enak. Merek DishServe juga dinilai mampu meningkatkan daya jangkau konsumen dengan skema manufaktur massal di pabrik sehingga menurunkan biaya produksi sekaligus mempertahankan kualitas secara konsisten.

“Dengan memiliki jaringan dapur hyperlocal di 10 kota di Indonesia, pelanggan akan memiliki akses ke berbagai macam makanan berkualitas tinggi dalam radius 2 km yang dikirim lewat jaringan mitra dapur,” tambahnya.

Adapun potensi bisnis dapur delivery only sangat besar dengan lebih dari 300.000 kafe dan restoran UKM di Indonesia. Data internal menunjukkan, mitra dapur DishServe yang matang mampu menghasilkan pendapatan tambahan sebesar US$ 2000 per bulan. DishServe pun berencana untuk menambah 4.000 jaringan mitra dapur pada tahun 2026 untuk mencapai pendapatan tahunan sebesar US$ 100 juta, sekaligus menargetkan meraih laba pada Q3 2023.

Berdiri sejak Desember 2020, DishServe fokus membantu pebisnis F&B skala UKM untuk bisa berkembang pesat melalui solusi teknologi. Saat ini, DishServe telah membantu lebih dari 200 mitra dapur yang tersebar di 10 kota di Indonesia dengan dukungan dari investor global seperti Insignia Ventures Partners, Genting Group, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, dan MyAsiaVC.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved