IBBA

Paramex, Terus Lakukan Inovasi untuk Menjawab Tantangan Baru

Thomas Anggraono, Brand Executive PT Konimex.
Thomas Anggraono, Brand Executive PT Konimex.

Survei IBBA 2022 yang dilakukan oleh PT MARS Indonesia Digital (MARS Digital), bekerjasama dengan SWA Media Group, kembali menempatkan brand Paramex yang diproduksi oleh PT Konimex sebagai jawara di kategori produk obat sakit kepala. Paramex menggeser merek Bodrex (Tempo Scan Group) yang tahun sebelumnya bertengger di peringkat 1.

Dua merek obat sakit kepala itu memang bersaing ketat di pasaran. Paramex unggul di parameter TOM (Top of Mind) Ad, TOM Brand, dan Brand Share/Brand User, serta meraih skor Brand Value 40,5, sedangkan Bodrex mendapat skor 30,7 (posisi ke-2).

Pencapaian tersebut tentunya tak lepas dari inovasi produk yang terus dilakukan Konimex untuk menjawab berbagai tantangan baru. Varian baru Paramex terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dituju, yang mungkin sudah tidak cocok dengan produk yang ada. Sebagai contoh, obat untuk flu yang disertai batuk yang tidak menyebabkan kantuk, yakni Paramex Flu&Batuk PE.

Kemudian, ada varian Paramex Nyeri Otot, yang juga hadir untuk menjawab kebutuhan segmen target pasar produk ini akan obat pereda nyeri otot dan sendi, atau pegal linu, yang cepat membantu meredakan gangguan tersebut agar bisa segera beraktivitas lagi. “Kami juga akan mengembangkan varian produk lain untuk memperkuat brand Paramex di pasar analgesik,” ungkap Thomas Anggraono, Brand Executive PT Konimex.

Di samping itu, kemampuan Konimex dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru konsumen juga mendukung pencapaian tersebut. Thomas menjelaskan, setelah pandemi Covid-19, banyak riset yang memprediksi akan ada kebiasaan baru terkait dengan aktivitas digital, seperti meeting, video streaming, gaming, dan online shopping. Kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan oleh pemerintah mendorong adanya shifting dari media konvensional ke media digital dalam hal promosi. Namun, belakangan muncul kembali event dengan massa yang banyak, seperti konser, pertandingan olahraga, dan kegiatan belajar-mengajar, seiring dengan pemulihan ekonomi dan aktivitas.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut, tim pemasaran Konimex tentunya tetap harus berkomunikasi ke target pasar dengan pesan yang in line dengan kondisi saat ini. Maka, dalam menjalankan aktivitas pemasaran, Thomas menerangkan, Konimex menerapkan strategi omnichannel, yakni mengombinasikan outlet digital dan nondigital.

Menurutnya, gerai digital masih terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan konsumen yang merasa nyaman dan aman mencari kebutuhan kategori farmasinya. Selain menggunakan aset toko digital official store, toko-toko digital dari Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi juga menjadi titik ketersediaan untuk memperoleh kebutuhan farmasi bagi konsumen yang menjadi target pasarnya.

Namun, gerai tradisional, seperti medical store (apotek dan toko obat), serta modern market juga perlu menjadi titik ketersediaan bagi kebanyakan pembeli offline. “Saat ini kontribusi outletoffline masih jauh lebih tinggi dibandingkan outlet online. Namun, tidak menutup kemungkinan hal itu berubah seiring dengan perubahan habit dari target market,” Thomas menuturkan.

Soal kepuasan pelanggan, menurut dia, tentunya hal itu diperoleh bila ada experience pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa. Dan, kebanyakan akan merasa puas bila produk atau jasa yang digunakan bisa men-deliver hal-hal pokok yang menjadi ekspektasi target pasar. Dan, di era digital ini, untuk menilai apakah produk ini bakal memuaskan atau tidak, bisa dengan melihat rating di online store.

“Social listening harus rutin dilakukan untuk menangkap isu-isu atau hal hal yang berpotensi membuat calon target market menjadi puas atau tidak terhadap brand sebuah produk atau jasa,” kata Thomas. (*)

Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved