Entrepreneur

Jurus Stenly Hendi Avanda Besarkan Bisnis Camilan Rumput laut

Stenly Hendi Avanda, Pemilik Panda Food (Foto: Gigin W. Utomo)

Bagi para milenial yang ingin sukses bisnis sejak dini, tak ada salahnya bila mau berguru kepada Stenly Hendi Avanda. Pria bujang yang akrab disapa Vanda ini layak dijadikan contoh sebagai anak muda mandiri yang sukses sejak masih remaja.

Vanda merupakan owner dari Panda Food. Perusahaan inilah yang sukses mengolah rumput laut menjadi produk nori yang laris manis di pasaran. Produk camilan tersebut, setidaknya menjadi salah satu produk yang digemari di berbagai toko jejaring, seperti Indomart dan Alfamart.

Panda Food meluncurkan tiga, yakni Panda Seaweed, Mininori dan Indomaret (house brand). Yang terakhir merupakan produk maklon dan hanya dipasarkan di jejaring minimarket Indomaret .“Indomaret pakai merek sendiri karena produk ini termasuk snack yang marketable,” ungkap Vanda.

Sampai tahun 2019, Panda Food masih masuk kategori home industry dengan jumlah karyawan yang hanya belasan orang, tapi memasuki tahun 2020 sudah naik kelas menjadi pabrikan.`”Kami harus pindah produksi dari rumah ke pabrik karena permintaan pasar yang sangat besar,” Vanda menuturkan.

Produk Panda Food

Vanda mengaku harus pindah prduksi dari rumahan ke pabrik baru untuk memenuhi kapasitas produksi yang lebih besar. “Seiring perjalanan waktu ternyata produk kami mengalami booming dengan permintaan pasar yang terus naik,” paparnya.

Saat ini, Vanda bisa dibilang telah meraih sukses. Setidaknya, produk yang dihasilkannya menguasai berbagai jaringan pasar modern. Walau ada perusahaan besar yang memproduksi barang sejenis, produk Panda Food nyaris tak terkejar.

Satu fakta yang menarik, kesuksesan yang diraih Vanda bukanlah hasil dari fasilitas orangtua, karena dia memang bukan anak pejabat apalagi konglomerat. Ia berasal dari keluarga yang bisa dibilang pas-pasan. Bahkan kehidupannya semasa kecil bisa dibilang memprihatinkan. “Saya anak tunggal, dibesarkan nenek sendirian, ibu saya terpaksa jadi TKI karena kami ditinggal bapak pergi entah ke mana tak jelas rimbanya,” tutur bujang kelahiran 2 Februari 1992 ini.

Pria asli Batang, Jawa Tengah ini benar-benar merintis usaha dari bawah. Tak ada fasilitas dari mana pun, kecuali do’a sang bunda yang senantiasa menyertainya. Semangat bisnisnya mulai tumbuh saat dia mulai kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Vanda yang semasa awal kuliah mengaku sempat berpenampilan nyentrik dengan rambut gondrong, tiba-tiba terentak batinnya melihat sang bunda yang harus banting tulang demi menghidupi putra semata wayangnya. Apalagi setelah ia tahu bahwa ibunya harus berhutang demi bisa membiayai anaknya kuliah.

Ia tergerak belajar hidup mandiri dengan bekerja untuk membantu mengurangi beban orang tua. “Saya mulai merenung setelah tahu bahwa ibu harus berhutang untuk membiaya kuliah saya,” ungkapnya mengenang.

Produk Panda Food

Pada awalnya, Vanda mengisi waktu kosong disela-sela kuliah bekera part time di tempat penyewaan DVD. Ia bekerja selama 5 jam sehari. Ternyata karena keasyikan bekerja ia kadang melupakan waktu kuliah. “Saya sering mengorbankan kuliah karena sibuk cari uang,” kata dia.

Dari tempat penyewaan DVD, Vanda kemudian pindah ke distro yang gajinya jauh lebih besar. Tapi ia bertahan beberapa bulan saja, karena mendapatkan tawaran kerja yang lebih menantang. Ia tertarik bergabung di perusahaan multi-level marketing (MLM).

Di perusahaan MLM tersebut, Vanda mengaku tidak hanya mendapatkan penghasilan tapi juga pengalaman yang bisa mengubah kehidupannya secara drastis. Banyak ilmu yang dia dapat dari MLM. Ia yang sebelumnya mengaku pemalu dan minder, tiba-tiba dituntut untuk bisa berbicara dan berani tampil di depan umum. Ia menjadi pribadi yang penuh percaya diri. Tak lagi ada rasa minder dan malu. “Yang pasti penampilan berubah dari gondrong menjadi harus selalu tampil rapi,” ujarnya lagi.

Karena di MLM sudah merasa mentok tak lagi bisa berkembang, Vanda mengaku tertarik mencoba bisnis riel. Sebagai uji coba mencoba menjual ketan durian yang diproduksi temannya. Ia buka di pinggir jalan di dekat GOR UNY dari jam 5 sore hingga jam 9 malam.

Keberuntungan ternyata belum berpihak kepada Vanda. Selama sebulan jualan, ia hanya bisa menjual 3 bungkus saja. “Ini ujian ketahanan bagi saya, awalnya saya yakin bahwa besok pasti laku ternyata jalan sebulan tidak laku sehingga saya memutuskan berhenti,” dia bercerita.

Pada saat ia kebingungan mencari peluang usaha, Tuhan mengirim salah seorang kawan kuliah yang baru saja pulang dari Korea dan memberinya oleh-oleh berupa snack yang terbuat dari rumput laut yang dikenal dengan nori. “Kawanku bilang ini bisa menjadi ide bisnis karena belum ada di pasaran Indonesia,” kata Vanda, menirukan ucapan teman saya saat itu.

Siingkat cerita, Vanda mencoba meniru membuat snack berbahan rumput laut tersebut. Setelah dirasa layak jual, ia menoba membuka lapak di acara Sunday Morning (Sunmor) yang ada di UGM. Di luar dugaan, ternyata nori buatannya laris manis. Setiap kali buka, langsung habis. Bahkan ada pelanggan setia yang bertanya, di mana mendapat snack buatannya. “Tiba-tiba secara iseng saya jawab bisa beli di Indomaret dan tidak disangka bila akhirnya kami bisa menjualnya di mini market ini,” ujar Vanda.

Tahun 2012, karena banyak konsumen yang cocok, Vanda mencoba serius memproduksi rumput laut yang merupakan makanan khas Jepang tersebut. Semula ia mengajak satu karyawan untuk membantu produksi. Ia masih memasarkan produknya di Sunmor UGM sambil mencoba masuk ke minimartket. Untuk memulai usaha tersebut, ia mengaku meminjam modal kepada sahabatnya sebanyak RP 15 juta.

Ternyata untuk bisa masuk ke toko modern tidaklah mudah. Perlu persyaratan khusus terkait legalitas produknya yang harus memiliki PIRT dan label halal dari POM MUI. Bahkan perlu juga ijin edar dari BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Minuman). Dan, untuk mengurus semua itu, Vanda mengaku mengalami kesulitan karena terkait dengan KTP dan domisili yang tidak tetap. “Saya masih KTP Batang dan tempat tinggal saya masih ngontrak,”ucapnya.

Namun Vanda bukan tipikal manusia yang gampang menyerah. Setelah berjuang berbulan-bulan akhirnya mendapatkan semua legalitas yang mendukung kelancaran usahanya. Ia akhirnya bisa memasukan produknya ke Indomaret dengan brand Panda Seaweed.

Setelah sukses masuk Indomaret, produknya laris manis dengan makin banyaknya repeat order dari toko modern tersebut. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, ia terus menambah tenaga kerja. “Karena tingginya pembelian, Indomaret pesan dengan merek dia sendiri,”ujar finalis Wirausaha Muda Mandiri tahun 2014 ini.

Meski sudah mendapat pasar yang bagus di jejaring toko Indomaret, Vanda tidak lantas berpuas diri. Ia terus mengembangkan pasar ke seluruh jaringan ritel modern yang ada. “ Alhamduilah respon pasar sangat bagus,” ujar pria yang pernah meraih juara 1 Gerakan Kewirausahaan Nasional dari Kementrian Perindustrian ini.

Vanda mengakui, untuk bahan baku produknya ia masih menggantungkan bahan import dari Korea. Bentuknya masih bahan mentah dan harus diolah menjadi produk yang sesuai dengan konsumen Indonesia.

Jenis rumput laut yang selama ini digunakan konon masih belum banyak dibudidayakan di dalam negeri. Saat ini yang ada hanya di daerah Halmahera. Karena itulah ia mulai berpikir untuk mengembangkan rumput laut sendiri. Apalagi secara teknologi pengolahannya sudah ia kuasai.”Susahnya tergantung produk impor, ternyata sering muncul problem pengiriman,” Vanda menuturkannya lagi.

Setelah perusahaan yang didirikannya berjalan aman ditangani manajemen profeional, Vanda terus berusaha mencoba keberuntungan dari bisnis lain. Ia masih tertarik mendapatkan cuan dari industri pengolahan makanan. Ia merupakan salah satu pembeli waralaba untuk produk Bapkia Tugu yang khusus memproduksi bakpia basah dan Es Teh Indonesia.

Terakhir ia mencoba membuka warung dengan brand Nasi Telur. Kalau sudah berjalan sukses, warung ini rencananya juga akan dikembangkan dalam bentuk waralaba. “Kami masih tahap uji coba market. Kalau pasar menyambut positif nantinya, akan kami kembangkan di kota lai, “ ujar Vanda.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved