Apakah Ancaman Resesi Berdampak pada Keuangan Syariah?
Ancaman resesi terhadap perekonomian sangat ditakuti, sehingga saat ini banyak negara bersiap untuk menghindari dampaknya. Karena jika resesi terjadi, maka dampaknya tidak main-main seperti kenaikan tingkat suku bunga, perdagangan melambat, bisnis lesu, meningkatnya pengangguran, harga naik, hingga turunnya daya beli masyarakat.
Islamic Finance Specialist Greget Kalla Buana dalam acara Seamless Digital Account Opening Permata RDN Sharia mengungkapkan bahwa hingga saat ini dirinya tidak terlalu khawatir soal ancaman resesi terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu buktinya adalah masyarakat Indonesia saat ini masih senang belanja dan jalan-jalan. “Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga naik. Kayaknya Indonesia tidak termasuk yang mengkhawatirkan,” kata Greget saat diwawancara SWA Online usai acara tersebut (02/03/2023).
Untuk dampak terhadap keuangan syariah, Greget menjelaskan kemungkinan sektor ini juga dapat resilience dan kuat dalam menghadapi ancaman resesi, baik di sektor saham, pasar modal, investasi maupun tabungan berbasis syariah. Hal ini dibuktikan dengan saat pandemi Covid-19 yang lalu di mana investasi di sektor syariah meningkat.
Data IDX Islamic pertumbuhan investor syariah baru saat pandemi Covid-19 mengalami kenaikan hingga 25% tahun 2020 atau 85.891 dan 22% pada tahun 2021 atau 1.051.174. Total transaksi syariah juga meningkat Rp 3,34 triliun pada 2019, 2020 Rp5,5 triliun , dan 2021 Rp 12,3 triliun.
“Kalau keuangan syariah dilihat dari nature-nya misal pasar modal, obligasi, atau sukuk di-backup dengan aset. Saham secara syariah juga perusahaannya sudah terfilter dengan bidang-bidang yang memang halal, legal dan kemungkinan dia resilience dan tangguh. Jadi saya pikir, insyaallah lebih kuat,” kata Greget.
Selanjutnya, untuk para investor pemula yang ingin mencoba saham syariah Greget menyarankan agar melakukan fix Literate, Skill, dan Idol (LSI). Investor pemula harus banyak belajar mengenai cara kerja saham syariah, juga investasi dan risikonya seperti apa. “Enggak mungkin dong investasi selalu untung,” ujarnya.
Langkah selanjutnya adalah mengasah skill atau pengalaman. Greget menyarankan agar memulai dengan nilai yang kecil dulu. “Jadi sedikit-demi sedikit, uang jangan langsung digelontorkan, nabung saham sedikit-sedikit,” kata pria lulusan Durham University ini.
Selanjutnya idol, yakni investasilah dengan menggunakan uang dingin. Tidak boleh investasi menggunakan dana darurat, uang untuk biaya hidup, apalagi utang. Menurut Greget investasi itu tidak dipaksa, memang dianjurkan tetapi tidak wajib. “Jadi misalnya belum punya (uang), maka jangan dulu (investasi),” kata Greget menutup penjelasannya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id