Trends Economic Issues

Prospek Investasi Hijau dan Biru di Indonesia

Saat ini pemahaman masyarakat Indonesia tentang pentingnya green economy sedang bertumbuh pesat. Terlihat dengan makin banyak pelaku bisnis baik itu korporasi besar, perusahaan rintisan maupun UMKM mengadopsi konsep baru ini. Standard Chartered pun menangkap ini dengan memperkenalkan aspek blue economy, yang khususnya sangat potensial di Indonesia.

Seperti diketahui, 65% total luas negara berupa lautan. Manfaat dari pengembangan blue economy adalah kelestarian keanekaragaman hayati laut dan ekosistem laut dan pesisir, serta mata pencaharian yang berkelanjutan, utamanya bagi masyarakat pesisir.

Standard Chartered kembali menggelar ajang tahunan World of Wealth (WOW) yang ke-19. Acara tahun ini bertema ‘Accelerating to Blue and Green‘ dan diadakan secara hybrid di Jakarta dan lima kota lainnya secara daring atau online yakni Bandung, Surabaya, Semarang, Medan dan Makasar pada 7 Maret 2023.

World of Wealth 2023 ditujukan untuk para nasabah Priority & Priority Private Standard Chartered guna memberikan rujukan dan informasi terkini untuk memperluas wawasab nasabah dalam membuat keputusan investasi, pengelolaan kekayaan, dan arahan kebijakan perusahan milik para nasabah.

Merujuk pada laporan Wealth Expectancy Report 2022,sebanyak 65% investor lebih aktif mengelola kekayaan mereka dan mengubah strategi investasi mereka, mengingat tantangan ekonomi saat ini. Laporan ini merupakan hasil survei terhadap lebih dari 14.000 responden (termasuk sekitar 1.500 investor dari Indonesia) di 14 pasar pertumbuhan di seluruh Asia, Afrika dan Timur Tengah.

Di Indonesia, sebanyak 93% dari responden mengaku telah menetapkan tujuan investasi baru selama 18 bulan terakhir, dan hanya 7% mengatakan bahwa mereka belum melakukan haltersebut. Di laporan yang sama mengungkap pentingnya investasi pada aspek keberlanjutan (sustainable investment).

Sekitar setengah dari investor yang disurvei memegang beberapa bentuk investasi ESG, dengan 52% mengharapkan untuk meningkatkan investasi berkelanjutan mereka di tahun 2023. Semakin jelas bahwa orang ingin memberikan dampak pada isu-isu keberlanjutan yang paling penting bagi mereka.

Di negara kita, angka ini bahkan lebih tinggi, sebesar 61% dari orang yang disurvei berharap untuk berinvestasi lebih banyak lagi dalam aspek ESG pada tahun 2023. Meru Arumdalu, Head of Wealth Management, Standard Chartered Indonesia, menjelaskan, Standard Chartered terus berupaya untuk secara konsisten menawarkan lini produk keuangan holistik, berorientasi gaya hidup, dan berpusat pada nasabah.

“Langkah strategis ini memungkinkan Standard Chartered untuk semakin berasimilasi ke dalam kehidupan nasabah kami sebagai mitra percaya dalam membantu mereka mencapai tujuan hidup,” tandasnya.

Selain pembahasan mengenai ekonomi biru dan hijau, salah satu topik pembahasan dalam acara kali ini adalah mengeni legacy planning sebagai bagian dari kegiatan investasi. Pentingnya kesadaran masyarakat dalam melakukan investasi pada aspek keberlanjutan menjadi salah satu faktor pemulihan tema Accelerating to Blue and Green.

Dalam gelaran ini nasabah mendapat masukan dari para ekspertis terkait proyeksi perkembangan di bidang ekonomi dan politik, tren perkembangan green and blue investment, sertapeluang-peluang bisnis dan investasi apa saja yang menarik di tahun ini.

“Kami senang dapat kembali mengadakan ajang World of Wealth yang ke-19, karena kesempatan ini memungkinkan kami untuk lebih mempererat hubungan dengan klien kami. Melalui ajang ini, kami berharap untuk menyampaikan infomasi seputar tren pasar dan bisnis terkini yang akan membantu para klien kami melewatimasa-masa yang tidak pasti,” kata Jeffrey Tan, Head of Consumer, Private and Business Banking Standard Chartered Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto yang hadir dalam keynote speech-nya mengatakan kolaborasi dan sinergi semua pihak sangat penting dalam menghadapi berbagai risiko dan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% di tahun 2023.

“Terutama karena kami melihat masih ada ruang untuk mendorong konsumsi dan investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi, yang meningkat signifikan di masa pandemi tetapi belum dioptimalkan kembali untuk ekspansi dan belanja pasca PPKM dihentikan saat ini,” kata Airlangga.

“Target investasi penanaman modal untuk mencapai target Rp1400 Triliun di 2023, dan Rp1650 Triliun di 2024,” imbuhnya. Dalam jangka menengah panjang, lanjut Airlangga, pemerintah akan terus mendorong kebijakanekonomi transformatif. Kebijakan tersebut diantaranya kebijakanhilirisasi SDA, transisi energi, pengembangan SDM, dan pembangunan infrastruktur, termasuk Ibu Kota Negara (IKN).

Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara yang juga hadir dalam acara ini memaparkan, memasuki dua bulan pertamadi 2023, pihaknya akan terus menjaga kondisi perekonomian dari sisi APBN dan mendorong percepatan dari kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia.

“Tahun ini akan menjadi momentum tahun pemulihan dengan target pertumbuhan ekonomi di atas 5% dan terkait dengan inflasi meskipun sekarang 5,5% tetapi pada saatnya akan menurun 3,6%. Ini menjadi suatu kombinasi perekonomian yang akan memperkuat daya tahan Indonesia di tengah kondisi global yang masih akan tetap challenging,” kata Suahasil.

Dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, lanjut Suahasil, Indonesia perlu mendorong potensi pertumbuhan ekonomi baru. “Sebagai negara kepulauan yang memiliki hutan dan area lautan yang sangat besar, Indonesia memiliki potensi menjaga dunia dari perubahan iklim global. Untuk berkontribusi menangani perubahan iklim, Indonesia membutuhkan dana sekitar 4.002,44 triliun dalam waktu 10 tahun untuk memenuhi target NDC pengurangan emisi sebesar 29%. Ini harus ditanggung bersama, kontribusi dari seluruh pihak baik pemerintah, swasta, masyarakat dan dari keseluruhan perekonomian,” tambahnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved