SISI, Andalan Semen Indonesia Group Penuhi Kebutuhan TIK Dunia Industri
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tak bisa dimungkiri, memainkan peran yang krusial dalam agenda transformasi tiap perusahaan. Tak terkecuali bagi Semen Indonesia Group (SIG) yang membutuhkan dukungan operasional di bidang TIK dalam transformation journey mereka. Karena itulah, SIG pada tahun 2010 membentuk unit TIK khusus untuk mendukung langkah transformasinya ini, terutama dengan program digitalisasi proses bisnis.
Keberhasilan program transformasi BUMN di industri semen ini dilirik oleh pihak Kementerian BUMN, juga BUMN lainnya. Mereka rupanya cukup terkesan dan tertarik untuk menerapkan best practice yang dilakukan SIG dalam hal digitalisasi. SIG bersedia membantu untuk menerjunkan unit TIK khususnya itu ke BUMN lain yang berminat.
Melihat potensi bisnis yang cukup besar, manajemen SIG memutuskan mengembangkan unit TIK khusus itu sebagai entitas bisnis terpisah. Pada Juni 2014, dibentuklah PT Sinergi Informatika Semen Indonesia (SISI) sebagai anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Dengan masuk ke lini bisnis nonsemen, yakni di bisnis TIK atau ICT (information & communicaton technology), SISI dengan kapabilitasnya dapat menggarap berbagai sektor dan industri secara luas.
Achmad Tholchah, Direktur SISI, menceritakan bahwa awalnya SISI lebih banyak mendukung dan memenuhi solusi TI di lingkungan SIG. Dari sini, karena terlibat membantu bisnis dan industri lain, kapabilitasnya berkembang dengan beragam keahlian dan pengalaman.
“Berbagai solusi yang bisa kami delivery di SIG kemudian dikemas untuk bisa menjadi produk atau layanan di SISI,” kata Achmad, yang pernah menjabat sebagai GM ICT Services Department Semen Indonesia.
SISI mengembangkan aplikasi dan solusi end-to-end yang ditawarkan sebagai produknya dalam pola Software as a Service (SaaS). Ada tiga kategori produk yang disediakannya, yakni Shared Services, Digital Solution, dan System Integrator.
Menurut Achmad, Shared Services merupakan solusi end-to-end pengelolaan proses bisnis yang berbasis digitalisasi. Layanan ini bekerja secara terpusat dengan mengonsolidasikan aktivitas operasional bisnis perusahaan yang bersifat non-core atau transaksional.
Digital Solution meliputi layanan SaaS, seperti ERP, Point of Sales, CRM, dan HRIS. Adapun layanan System Integrator berupa pemenuhan solusi TI, mulai dari konsultasi, software development, hingga penyediaan hardware-software.
“Kami tidak boleh sampai ketinggalan dalam hal update teknologi.”
Achmad Tholchah, Direktur SISI
Dalam memasarkan produk dan layanannya, Achmad menjelaskan, SISI tidak hanya mengandalkan cara digital marketing dan direct selling terhadap calon pelanggan, melainkan juga aktif di komunitas dan forum BUMN. Tawaran utamanya adalah bagaimana menciptakan keunggulan kompetitif bagi semua BUMN.
Dengan dukungan para profesional yang berpengalaman mengelola dan menyediakan layanan TIK di lingkungan SIG, SISI yang kini memiliki sekitar 280 karyawan telah dipercaya menjadi mitra strategis perencanaan TIK di sejumlah BUMN dan perusahaan besar di Indonesia. Di samping perusahaan di bawah naungan SIG, perusahaan-perusahaan yang sudah menjadi klien SISI antara lain PTPN, Pupuk Indonesia, GMF AeroAsia, Biofarma, Waskita Karya, PT PP, Bulog, Bank Jatim, Sucofindo, Pos Indonesia, dan MRT Jakarta.
Achmad mengungkapkan, pihaknya akan terus memperdalam portofolio kemampuan yang dimiliki untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. “Kami tidak boleh sampai ketinggalan dalam hal update teknologi,” ujarnya.
Jika dipetakan, menurutnya, ada dua tipe pelanggan yang dilayani SISI, yakni early adopter dan follower. Early adopter adalah mereka yang setiap kali ada teknologi baru bersemangat ingin mencoba, tapi jumlah mereka tidak banyak.
“Yang lebih banyak adalah mereka yang bersifat follower. Kalau hasilnya terbukti sukses, baru kemudian mereka tertarik untuk mencoba juga,” katanya.
Di masa pandemi Covid-19 lalu, Achmad mengungkapkan, SISI mendapatkan momentum untuk menumbuhkan kinerja bisnisnya. Pasalnya, semua pihak didorong untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru yang bertumpu kepada teknologi digital.
“Kinerja kami saat itu terus tumbuh. Tidak sebesar masa sebelum pandemi, tetapi tetap tumbuh positif,” katanya. Pascapandemi, bisnis SISI makin tumbuh lagi, di atas rata-rata pertumbuhan industri yang sebesar 11%-12%. “Ke depan kami ingin terus tumbuh di atas rata-rata industri,” ungkapnya. (*)
Arie Liliyah & Jeihan K. Barlian