Capital Market & Investment

Investasi Obligasi Jadi Pilihan Tepat di Tengah Kejatuhan SVB

Manuel Adhy Purwanto, Head of Research Moduit,(Kiri) (Foto: Anastasia AS/SWA)

Silicon Valley Bank (SVB) yang bermarkas di Amerika Serikat mengejutkan pasar finansial dengan berita kolaps dan resmi diambil alih oleh Lembaga Penjaminan Simpanan Amerika Serikat Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).

Kejatuhan ini berawal dari rencana mereka untuk menambah modal sekitar US$2,25 miliar melalui penerbitan saham akibat kekurangan likuiditas, hal ini direspon negatif oleh nasabah dan memicu penarikan dana besar-besaran hingga US$42 miliar. SVB terpaksa menjual kepemilikan obligasi senilai US$21 miliar yang menyebabkan kerugian hingga US$1,8 Milliar akibat harga obligasi yang lebih rendah saat ini.

Situasi tersebut, kata Manuel Adhy Purwanto, Head of Research Moduit, belum menimbulkan resiko sistemik. Namun, kepercayaan investor terhadap bank akan turun, utamanya bank kecil. “Mereka akan cenderung memindahkan uang ke bank yang lebih besar. Namun, selama AS bisa menjamin simpanan di bank aman, serta bisa mengcover dan memberikan ketenangan di pasar, sentimen ini akan mereda” ujarnya. Lebih jauh, dia mengatakan kekhawatiran pasar harus segera diatasi, sebab investor sangat reaksional terhadap kondisi pasar.

Lantas, bagaimana dengan kondisi perbankan di Indonesia? Dia menuturkan, Bank di Indonesia tidak akan mengalami hal yang sama seperti kejatuhan SVB. Menurutnya, jika melihat empat bank besar Indonesia, rasio likuiditas dan pinjaman yang dicatatkan dalam keadaan sangat sehat.

Dia mencontohkan, empat bank besar ini membukukan laporan keuangan yang kuat pada tahun lalu. Bahkan, beberapa bisa memberikan deviden 4%-5%. “Ini menunjukan performa yang sehat. Namun, dalam kondisi saat ini, kita harus waspada dan melihat sejauh mana resiko yang timbul. Tetapi, kita tidak perlu takut secara berlebihan,” kata dia. Jatuhnya SVB memberikan dampak negatif ke pasar saham, namun positif ke pasar obligasi.

Pasa obligasi, kata Manuel, menjadi menarik karena puncak suku bunga menjadi dekat. Bahkan, suku bunga BI diprediksi akan mencapai puncaknya pada bulan Juni 2023. “Investor saat ini dapat mengambil peluang berinvestasi di obligasi pemerintah baik melalui Reksadana Pendapatan Tetap atau membeli obligasi secara langsung seperti obligasi retail SR018 atau obligasi Fixed Rate (FR) yang tersedia di platform Moduit,” ujarnya menutup pembicaraan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved