My Article

Brand Shifting dan Relevansinya Dengan Peningkatan Penjualan Perusahaan

Oleh Editor
Brand Shifting dan Relevansinya Dengan Peningkatan Penjualan Perusahaan

Dr. Dita Amanah, MBA, Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dita Amanah, MBA,

Indonesia adalah negara dengan beragam budaya dan ekonomi yang berkembang. Dengan populasi lebih dari 270 juta orang, ini adalah salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara. Dengan demikian, ini adalah tujuan yang menarik bagi bisnis yang ingin memperluas jangkauan mereka. Namun, dengan pertumbuhan ini muncul kebutuhan bagi perusahaan untuk mengadaptasi strategi branding mereka untuk beresonansi dengan pasar lokal. Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi beberapa contoh bagaimana merek mengubah pendekatan mereka di Indonesia.

Salah satu tantangan utama merek memasuki pasar Indonesia adalah memahami budaya lokal dan perilaku konsumen. Ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang bahasa, adat istiadat, dan tradisi setempat. Merek-merek yang berhasil melokalkan strategi branding mereka di Indonesia antara lain McDonald’s yang menawarkan menu nasi dan burger ayam pedas, serta Unilever yang meluncurkan produk seperti Fair & Lovely, krim pemutih kulit yang populer di kalangan wanita Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat penetrasi internet yang tinggi, dengan lebih dari 170 juta pengguna aktif internet. Dengan demikian, saluran digital telah menjadi bagian penting dari strategi branding di negara ini. Merek seperti Go-Jek, layanan transportasi dan pengiriman, dan Tokopedia, platform e-commerce, telah memanfaatkan saluran digital untuk menjangkau konsumen di Indonesia. Go-Jek telah menggunakan platform media sosial seperti Twitter dan Instagram untuk terlibat dengan pelanggan dan mempromosikan layanannya, sedangkan Tokopedia telah menggunakan optimisasi mesin pencari (SEO) untuk mengarahkan lalu lintas ke situs web–nya.

Pemasaran influencer semakin populer di Indonesia, dengan merek yang bermitra dengan selebriti lokal dan influencer media sosial untuk mempromosikan produk mereka. Pendekatan ini terbukti sukses untuk merek seperti Shopee, platform e-commerce, yang bermitra dengan aktris dan penyanyi Indonesia Agnez Mo untuk mempromosikan layanannya. Dengan bermitra dengan influencer lokal, merek dapat memanfaatkan banyak pengikut dan mendapatkan kredibilitas di antara konsumen Indonesia.

Brand shifting (pergeseran merek) adalah strategi pemasaran yang melibatkan perubahan nama merek, logo, atau citra perusahaan. Strategi ini sering digunakan oleh perusahaan untuk memposisikan diri di pasar dan meningkatkan penjualan. Pergeseran merek bisa menjadi langkah yang berisiko, tetapi jika dilakukan dengan benar, hal itu dapat meningkatkan kesadaran merek dan loyalitas pelanggan.

Sederhananya, pergeseran strategi mengharuskan organisasi untuk menghabiskan lebih sedikit waktu pada praktik strategi dasar demi lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan dua hal: apa yang tidak lagi memberikan nilai yang memadai dan apa yang mungkin menghasilkan nilai transformatif dalam jangka menengah hingga panjang.

Salah satu alasan utama mengapa perusahaan menggeser merek mereka adalah untuk membedakan diri dari pesaing mereka. Dengan mengubah citra merek mereka, perusahaan dapat menciptakan identitas unik yang membedakan mereka dari pesaing mereka. Ini dapat membantu mereka menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada. Misalnya, ketika Apple mengubah mereknya dari perusahaan komputer menjadi merek gaya hidup, Apple mampu menarik audiens yang lebih luas dan meningkatkan penjualan.

Alasan lain mengapa perusahaan mengubah merek mereka adalah agar tetap relevan di pasar yang terus berubah. Preferensi dan tren konsumen terus berkembang, dan perusahaan perlu beradaptasi dengan perubahan ini agar tetap kompetitif. Dengan mengubah merek mereka, perusahaan dapat menunjukkan bahwa mereka mengikuti tren terkini dan berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.

Namun, pergeseran merek juga bisa menjadi langkah yang berisiko. Jika tidak dilakukan dengan benar, hal itu dapat menimbulkan kebingungan di kalangan pelanggan dan merusak reputasi perusahaan. Misalnya, ketika Gap mencoba menggeser mereknya pada tahun 2010 dengan mengubah logonya, ia mendapat reaksi keras dari pelanggan yang setia pada logo aslinya. Akibatnya, Gap harus kembali ke logo aslinya. Contoh lain untuk merek lokal adalah Sasa, penyedap rasa yang berkolaborasi dengan Chatime untuk menghasilkan minuman unik yang diharapkan memberikan sensasi unik bagi yang meminumnya.

Kesimpulannya, pengalihan merek dapat menjadi strategi pemasaran yang efektif bagi perusahaan yang ingin meningkatkan penjualan dan tetap relevan di pasar yang terus berubah. Namun, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan risiko dan keuntungan dengan hati-hati sebelum melakukan perubahan apa pun pada merek mereka. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa peralihan merek mereka berhasil dan mengarah pada peningkatan kesadaran merek dan loyalitas pelanggan.

Strategi pergeseran merek di Indonesia membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang budaya lokal dan perilaku konsumen. Merek-merek yang berhasil melokalkan pendekatan mereka, memanfaatkan saluran digital, dan bermitra dengan influencer lokal mampu mendapatkan daya tarik di pasar yang berkembang ini. Seiring perkembangan Indonesia, akan menarik untuk melihat bagaimana merek mengadaptasi strategi mereka agar tetap relevan dan terhubung dengan konsumen.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved