Youngster Inc. Entrepreneur

Listrik Ramah Lingkungan Rheza Adhihusada

Rheza Adhihusada, Founder & CEO Suryanesia.
Rheza Adhihusada, Founder & CEO Suryanesia.

Rheza Adhihusada tidak asing dengan bisnis terkait listrik. Maklum, ayahnya memiliki hubungan bisnis yang panjang dengan PLN. Namun, Rheza yang terinspirasi serial TV Planet Earth dan Our Planet, memiliki kekhawatiran terhadap dampak kerusakan lingkungan bagi generasi yang akan datang.

Karena itulah, ia mendirikan Suryanesia pada Agustus 2021. Tujuannya, bisa memberikan kontribusi yang nyata untuk membantu mengatasi dampak perubahan iklim.

Suryanesia merupakan perusahaan penyedia solusi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap/panel surya dan penyedia solusi listrik ramah lingkungan. “Layanan kami, solar-as-a-service. Kami berinvestasi, menginstalasi, mengoperasikan, dan memelihara PLTS atap dalam kontrak 25 tahun untuk klien yang membutuhkan, pelaku industri dan usaha menengah. Pelanggan akan membayar biaya bulanan sesuai dengan volume kWh listrik yang telah dihasilkan PLTS atap,” Founder & CEO Suryanesia ini menjelaskan.

Dia meyakinkan, solusi yang ditawarkan Suryanesia dapat memberikan keuntungan, yaitu hemat biaya listrik, tanpa investasi, dan lebih go green yang bisa meningkatkan penghasilan karena secara jangka panjang akan lebih efisien, serta tidak ribet. “Saya berharap perusahaan rintisan ini bisa menjadi penyedia solusi energi terbarukan yang andal di masa depan,” ujar Rheza yang pernah bekerja sebagai konsultan di Bain & Company dan sebagai account strategist di Google.

Menurut dia, Indonesia bisa berperan memberikan dampak positif pada perubahan iklim bumi. Seperti kita ketahui, cuaca ekstrem serta perubahan cuaca yang sangat cepat dan tidak sesuai dengan musim kerap terjadi. Maka, dia berharap Suryanesia bersama pemangku kepentingan, seperti pelaku bisnis, pemerintah, dan konsumen, bisa memaksimalkan pemanfaatan solusi energi terbarukan untuk bumi yang lebih baik.

Rheza menceritakan, pengalamannya selama empat tahun sebagai konsultan di Bain & Company memengaruhinya mendirikan usaha sendiri di bidang energi terbarukan ini. Dia pernah menangani proyek yang terkait filantropi dan sejak itu, dia berpikir bahwa tidak semua usaha harus memikirkan untung-rugi semata.

Di perusahaan konsultan manajemen yang sama, dia pun pernah terlibat dalam proyek yang terkait PLTS atap untuk perusahaan di Malaysia. Itulah mengapa dia kemudian membangun Suryanesia, penyedia solusi PLTS atap.

“Kami tidak akan berhenti di PLTS atap saja, ke depan tentu ingin merambah IPP (independent power producer), dengan mengembangkan energi terbarukan menggunakan tenaga angin, hidro, baterai, dan sebagainya,” ungkapnya.

Rheza mengatakan, solusi listrik hijau ini bukan saja bisa dimanfaatkan pelaku industri (pabrik), tapi juga mal serta gedung perkantoran. Memahami investasinya tidak sedikit, apalagi jika area bisnis yang ingin memanfaatkan energi baru terbarukan ini luas, Suryanesia menyediakan solusi yang memudahkan. Jadi, klien cukup membayar rental atau jasa sewa per bulannya dan Suryanesia membantu pendanaan investasinya. Suryanesia juga memiliki afiliasi dengan perusahaan ayahnya yang sudah lama bekerjasama dengan PLN.

Saat ini ada industri tekstil, perusahaan kompresor, dan pabrik plastik yang telah memanfaatkan solusi PLTS atap dari Suryanesia. Saat ini, Suryanesia belum menawarkan solusinya ke residensial atau perumahan, karena secara tenaga lebih besar untuk edukasi ke masyarakat atau rumah satu per satu daripada ke industri yang jauh lebih paham tentang manfaat PLTS atap. Namun ke depan, layanannya juga akan merambah perumahan.

Rheza tidak bisa menyebut secara pasti berapa penghematan yang bisa ditawarkan Suryanesia kepada kliennya jika memanfaatkan PLTS atap. Menurutnya, setiap perusahaan berbeda-beda kondisinya, melihat jam operasional, dan kondisi gedungnya. Jadi, penghematan yang bisa dirasakan konsumen dengan pemanfaatan PLTS atap berbeda-beda, sebesar 20%-30%. Hal ini juga dipengaruhi beberapa faktor, seperti sinar matahari, sistem, dan durasi penggunaan listrik setiap bulan.

Dia menjelaskan, sistem kerja PLTS atap dengan penggunaan listrik PLN itu bisa paralel saat ini. Jadi, kelebihan listrik belum bisa disimpan, sehingga listrik dari panel dulu yang diserap, baru sisanya dari PLN.

“Indonesia sangat kaya sinar matahari. Jadi mestinya, PLTS atap bisa menjadi solusi masa depan listrik yang ramah lingkungan,” kata Rheza yang mengenyam pendidikan Bachelor of Arts dalam bidang Economics di Boston College dan Master of Science dalam bidang Financial Economics di University of Oxford.

Dalam mengembangkan bisnisnya, Rheza didukung oleh talenta yang berpengalaman. Di antaranya ada Nikesh Shamdasani sebagai Head of Engineering Suryanesia dengan keahlian mendalam dan telah berpengalaman memasang sistem tenaga surya 17 MWp di Indonesia. Lalu, ada Grant Adsit sebagai Head of Business Development Suryanesia, yang sebelumnya adalah eksekutif marketing di Colliers, serta project manager di perusahaan kontraktor yang membangun PLTS ini.

Bicara keunggulan Suryanesia dibandingkan perusahaan sejenis, kata Rheza, perusahaannya akan memberikan solusi end-to-end, mulai dari memberikan pemahaman kepada klien dan regulatory management untuk melakukan analisis struktural yang ketat dan memastikan bangunan milik klien aman terhadap instalasi panel surya atap yang terpasang.

Pada Agustus 2022, ada dua klien baru Suryanesia yang telah menandatangani perjanjian kerjasama sewa PLTS atap, yaitu PT PIM Pharmaceuticals dan PT Helmigs Prima Sejahtera, salah satu grup perusahaan farmasi terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri sejak 1934.

Dalam kesempatan berbeda, Tirta Kusuma, Direktur PT PIM Pharmaceuticals, mengatakan bahwa pilihan perusahaannya memanfaatkan PLTS atap karena green energy merupakan legacy perusahaan. Hal ini dimulai dari penggunaan listrik yang dihasilkan panel surya untuk kebutuhan kantor yang dijalankan sejak 2018.

“Kerjasama untuk pemasangan panel surya dengan Suryanesia di pabrik PIM Pharmaceuticals dan Helmigs Prima Sejahtera yang berlokasi di Pasuruan diharapkan bisa menghemat listrik dari kegiatan operasional pabrik minimal 10%-15%,” kata Tirta.

Jelang akhir tahun 2022, Suryanesia meraih pendanaan awal sebesar US$ 2 juta atau setara dengan Rp 31 miliar. Pendanaan yang dipimpin Intudo Ventures, yang suntikan dananya dari sejumlah angel investor, termasuk eksekutif di perusahaan consulting, private equity, dan sovereign wealth funds. Putaran awal ini merupakan pendanaan eksternal pertama yang diperoleh Suryanesia.

Pendanaan ini akan digunakan untuk menambah SDM sehingga dapat mempercepat pemasaran dan pengerjaan proyek. Suryanesia juga berencana ekspansi jangka panjang untuk menawarkan solusinya ke segmen residensial dan produksi tenaga independen (battery storage, wind power) agar dapat mengakomodasi kebutuhan energi terbarukan (renewable energy) di Indonesia. (*)

Herning Banirestu dan Dede Suryadi

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved