Economic Issues

INDEF: Piala Dunia U-20 Batal, Potensi Ekonomi Rp3,3 Triliun Hilang

INDEF: Piala Dunia U-20 Batal, Potensi Ekonomi Rp3,3 Triliun Hilang

Meski harus menggelontorkan dana besar untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20, Indonesia juga bisa menangguk untung. Namun, karena batal menjadi tuan rumah, potensi ekonomi Rp3,3 triliun pun musnah.

Seorang pria memeriksa ponselnya di dekat spanduk FIFA U-20 World Cup di Jakarta, Kamis, 30 Maret 2023. (Foto: AP)

Lembaga ekonomi INDEF menghitung potensi kerugian itu melalui metode Computable General Equilibrium. Peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus menjelaskan perhitungan dilakukan dengan menyertakan data transaksi antara sektor dan antarwilayah, seperti yang biasa digunakan Badan Pusat Statistik (BPS).

INDEF menghitung dana yang langsung beredar dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 mencapai Rp1,13 triliun. Melalui metode yang dipilih, jumlah uang itu kemudian dihitung dampaknya ke berbagai sektor.

“Jadi, dampaknya tidak pada sektor olahraga saja, tapi juga berdampak terhadap sektor-sektor yang lainnya, mulai dari hulu sampai hilir. Semua sektor yang mendapatkan dampak itu, kemudian dikalkulasi, diagregasi, maka akan menghasilkan dampak sebesar Rp3,3 triliun,” kata Heri, dalam diskusi “Piala Dunia U-20: Tuan Rumah Batal Potensi Ekonomi Buyar” yang diselenggarakan INDEF, Kamis (5/4).

Siluet seorang pekerja di depan bangku penonton di Stadion Gelora Bung Tomo, salah satu venue yang disiapkan menjadi tuan rumah FIFA U-20 World Cup, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 30 Maret 2023. (Foto: AP)
Siluet seorang pekerja di depan bangku penonton di Stadion Gelora Bung Tomo, salah satu venue yang disiapkan menjadi tuan rumah FIFA U-20 World Cup, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 30 Maret 2023. (Foto: AP)

INDEF menghitung dana yang langsung beredar dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20 melalui sejumlah pos pengeluaran. Pemerintah setidaknya menganggarkan dua pos, yaitu belanja infrastruktur sebesar Rp325 miliar, dan biaya penyelenggaraan dan persiapan teknis Rp500 miliar.

Di luar angka itu, INDEF mengasumsikan munculnya pengeluaran dari 23 tim peserta untuk berbagai keperluan mereka di Indonesia mencapai Rp 27,6 miliar. Sementara belanja penonton selama pertandingan berlangsung dalam 52 kali bertanding diasumsikan sebesar Rp212,6 miliar. Ada pula perhitungan pendapatan melalui biaya berlangganan streaming yang diperkirakan mencapai Rp250 miliar.

“Di sini saya asumsikan, dari beberapa item pengeluaran ini, secara langsung akan menimbulkan perputaran uang sebesar Rp1,13 triliun,” kata Heri.

Biaya penyelenggaraan sebesar itu akan berkembang dan membawa dampak pada sektor lain sehingga muncul angka Rp3,3 triliun tadi. Sebagai contoh, belanja infrastruktur akan membuka lapangan pekerja. Dari upah yang diperoleh, pekerja infrastruktur stadion akan membelanjakan untuk kebutuhan di sektor lain. Begitu pula dengan belanja penonton yang akan dinikmati sektor perhotelan hingga suvenir.

Dari potensi ekonomi Rp3,3 triliun, sebesar Rp1,9 trilun akan dinikmati enam provinsi lokasi Piala Dunia U-20, yaitu Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Sementara provinsi-provinsi di sekitar lokasi penyelenggaraan akan menikmati Rp1,4 triliun sisanya.

“Pergelaran Piala Dunia ini memberikan dampak sangat luas. Bukan hanya sektor olahraga, tapi juga hak siar, sponsor, kemudian hotel, restoran, kafe, nonton bareng, langganan di streaming. Itu kan semua bernilai ekonomis, sehingga kalkulasi akan berdampak besar terhadap perekonomian,” ujar Heri.

Petugas toko melayani pelanggan yang berbelanja merchandise resmi FIFA U-20 World Cup di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat, 31 Maret 2023. (Foto: AP)
Petugas toko melayani pelanggan yang berbelanja merchandise resmi FIFA U-20 World Cup di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat, 31 Maret 2023. (Foto: AP)

Dampak Ekonomi Signifikan

Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan INDEF, M Rizal Taufikurahman mendorong semua pihak untuk menjaga penyelenggaraan perhelatan internasional karena dampaknya terhadap ekonomi sudah terbukti.

“Piala Dunia U-20 ini memberikan nilai ekonomi yang sangat signifikan, yang barang tentu kegiatan ini adalah event internasional yang akan memberikan multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Rizal.

Dia memerinci, kerugian di setiap sektor yang muncul akibat batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Dari wisatawan mancanegara, potensi yang hilang adalah Rp120 miliar, dan wisatawan nusantara Rp56 miliar. Kerugian dari sisi penyelenggaraan mencapai Rp600 miliar, dan kerugian infrastruktur Rp175 miliar. Sementara, yang sektor usaha kecil dan menengah juga menerima dampak besar karena kehilangan potensi bisnis hingga Rp500 miliar.

“Kita berharap event-event internasional ini dijaga, dirawat, yang tentu akan memberikan dampak terhadap ekonomi yang jauh lebih baik, terutama di dalam mendorong sektor pariwisata,” tambah Rizal.

Produsen Suvenir Merugi

Salah satu pihak yang jelas mengalami kerugian akibat pembatalan Piala Dunia U-20 adalah perusahaan penyedian suvenir resmi, PT Juara Raga Adidaya. Henri Santoso Winata, COO perusahaan ini mengakui pembatalan ini berdampak telak bagi mereka.

Sumber: VoAIndonesia.com


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved