ICX

Binus Business School Master Program, Learning Experience sebagai Value Proposition Utama

Dr. Rini Setiowati, MBA, Dekan Binus Business School Master Program.
Dr. Rini Setiowati, MBA, Dekan Binus Business School Master Program.

Demi terus menjaga kualitas pembelajarannya, Binus Business School Master Program berupaya memperhatikan learning experience untuk mahasiswanya. Alasannya, hal itulah yang menjadi kunci agar orang-orang yang ingin mengambil kuliah lanjutan (Program Master/S-2) bisa menjadi lulusan yang sukses di dunia bisnis, baik sebagai entrepreneur maupun profesional. Apalagi, sekolah bisnis ini telah mengantongi akreditasi internasional dari Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB).

Binus Business School telah berkomitmen untuk menghadirkan sekolah bisnis yang tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa, jaringan alumni, ataupun komunitas bisnis, tapi juga ekosistem pendidikan tinggi secara keseluruhan. “Saat ini universitas diharapkan tidak saja sebagai institusi yang hanya men-deliver knowledge, tapi juga memberikan impact yang lebih besar kepada masyarakat,” kata Dr. Rini Setiowati, MBA, Dekan Binus Business School Master Program. “Jadi, Binus Business School harus membangun sustainable position di tengah masyarakat,” katanya lagi.

Di sisi lain, dunia pendidikan kini juga mengalami kompetisi yang begitu ketat. Tidak hanya dengan sesama universitas atau program pendidikan tinggi, melainkan juga dengan program pembelajaran online yang dikenal dengan istilah MOOC (massive open online course). Karenanya, menurut Rini, salah satu kekuatan sekolah bisnis yang bisa dijadikan value proposition untuk menghadapi persaingan adalah learning experience.

“Keunggulan Binus Business School adalah menawarkan learning experience dan engagement yang lebih tinggi, berupa networking, immersive experience, hingga international exposure yang mungkin tidak bisa didapatkan dengan hanya mengambil MOOC,” Rini menjelaskan.

“Karena itulah, customer experience merupakan aspek yang sangat penting bagi business school saat ini,” tambah Rini yang menduduki posisinya sekarang sejak 2018.

Binus Business School menawarkan berbagai macam program yang terbagi dalam tiga program besar, yakni MM International, MM Regular, dan MM Blended Learning. Metode pembelajaran yang ditawarkan bersifat multichannel, yaitu secara on-site, hybrid, dan blended; dan terdiri dari asynchronous dan synchronous learning.

Ragam program tersebut untuk menjawab perubahan dari sisi customer behavior, bahwa mahasiswa tidak hanya mengadopsi teknologi, tapi juga menuntut fleksibilitas dari program pendidikan mereka. “Oleh karena itu, business school harus me-redefine hubungannya dengan teknologi, terutama dari sisi learning technology,” kata Rini.

Sebagai contoh, semenjak pandemi semua kelas Binus Business School sudah dilengkapi fasilitas teknologi: moving camera, layar TV, dan audio system. Ini memudahkan dosen berinteraksi dan mengelola mahasiswa yang mengikuti secara hybrid.

Tidak ketinggalan pula dukungan platfom Learning Management System, yakni BinusMaya, yang mengintegrasikan semua aktivitas pembelajaran mahasiswa. Di antaranya, materi kuliah, tugas, kuis, forum diskusi, dan presensi.

Terkait learning experience, Binus Business School mendesain aktivitas perkuliahan yang bervariasi. Mulai dari Social Innovation Camp, Project-Based Learning, Online Business Simulation, Board Games, hingga Professional Coaching Session. Selain itu, juga ada forum-forum berformat Case Study, CEO Speaks, Industry Update, Guest Lecture Session, dan kesempatan mahasiswa untuk mengikuti Apple Academy.

Dari sisi kurikulum, Binus Business School Master Program selalu memperbaruinya setiap dua tahun sekali agar terus relevan dengan perkembangan bisnis dan industri. Dalam melakukan revamping kurikulum tersebut, biasanya Binus Business School berdiskusi dan berkolaborasi dengan kalangan akademisi, industriawan, alumni, serta mahasiswa.

Berdasarkan insights yang diperoleh, muncul berbagai skill dan kebutuhan baru bagi industri, seperti data analytics, digital business, business transformation, people analytics, fintech, dan blockchain. “Hal ini kemudian kami ramu ke dalam mata kuliah baru atau mata kuliah yang sudah ada,” ungkap Rini.

“Yang terpenting bagi kami adalah bagaimana pelajaran yang mereka terima bisa diimplementasikan di tempat kerja mereka masing-masing,” tambahnya.

Untuk mengukur keberhasilan dalam memfasilitasi learning experience, Binus Business School memiliki quality assurance, dengan melakukan pengukuran setiap tahun. Antara lain, mengukur Operational Excellence Index, Academic Satisfaction, Customer Satisfaction Index, dan Stakeholder Satisfaction Index.

Rini mengungkapkan, berdasarkan survei Binus Business School di tahun 2022, sebanyak 96,24% mahasiswa aktif merekomendasikan Program Master ke orang lain. (*)

Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved