Management Trends

Ini Penyebab Tupperware Terancam Bangkrut

Produk Tupperware. (Dok. Tupperware)

Beberapa hari ini belakangan, dunia bisnis dikejutkan dengan kabar mengenai Tupperware yang terancam bangkrut. Pasalnya, Tupperware di Indonesia dikenal sebagai barang yang dicintai ibu-ibu karena kualitas dan modelnya yang bagus.

Konsultan Bisnis yang juga Pengamat Marketing Yuswohady mengatakan, penyebab bangkrutnya Tupperware adalah karena penjualan yang terus merosot. Padahal, saat pandemi Covid-19, penjualan produk itu melesat karena ibu-ibu banyak tinggal di rumah sehingga banyak mengoleksi dan menggunakannya.

“Tupperware memang brand yang disayang emak-emak (sebutan untuk ibu-ibu di Indonesia), namun ‘dibunuh’ oleh milenial. Kalau diurut akar masalahnya, kemunduran Tupperware disebabkan oleh apa yang saya tulis di buku Millennials Kill Everything (2019) sebagai disrupsi milenial,” kata Yuswo, Kamis (13/04/2023).

Disrupsi milenial atau Z-lenial (Gen Z) adalah fenomena luruhnya sebuah brand karena adanya pergeseran selera dan preferensi milenial atau Gen Z. Gampangnya, brand tersebut ditinggalkan oleh generasi milenial atau Z karena sudah tidak ada lagi koneksi historis dan koneksi emosional antara brand tersebut dengan generasi yang lebih muda tersebut.

“Dalam buku tersebut saya mengatakan, kalau sebuah brand ditinggalkan konsumen milenial atau Z maka pelan tapi pasti brand itu akan mati. Kenapa? Karena generasi Baby Boomers dan Gen X kian menua, pensiun, dan daya belinya kian menyusut, sehingga pasarnya terus mengecil. Sebaliknya milenial dan Z makin menguasai pasar dengan daya beli yang kian membesar,” ujar Yuswo.

Brand-brand yang terkena disrupsi milenial, tambah Yuswo, pada umumnya adalah brand-brand hebat dan legendaris di era Baby Boomers dan Gen X. Saking legendarisnya, sehingga brand tersebut sudah identik dengan generasi Baby Boomers atau Gen X.

“Contoh lain brand hebat yang kini berjuang melawan arus besar disrupsi milenial adalah brand-brand seperti: Hard Rock Cafe, Harley Davidson, atau MTV. Seperti Tupperware, brand tersebut begitu hebat di masanya, bahkan sudah identik, sehingga positioning dan citranya sulit dipisahkan dengan generasi tua tersebut,” ucapnya.

Maka, menurut Yuswo, ketika pasar bergeser mulai dikuasai milenial atau Gen Z, brand tersebut menghadapi persoalan eksistensial yang mendasar, yaitu kehilangan basis konsumen karena gagal melakukan “kaderisasi”. Jika sudah kehilangan basis konsumen, maka hanya tinggal menunggu kehancurannya.

“Pelajaran berharga dari kasus Tupperware ini adalah setiap brand harus relevan dari zaman ke zaman dan harus bisa mengatasi generasi demi generasi. Generasi boleh berganti, tapi brand harus tetap lestari,” ucap Yuswo menutup penjelasannya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved