Profile Entrepreneur

Perjalanan Haykal Kamil Membesarkan Brand ZM

Muhammad Haykal Kamil, Pendiri & Chief Executife Officer PT Kals Corpora Indonesia

Mempunyai mimpi untuk membawa fesyen Muslim ke kancah internasional dan menjadi kiblat dunia, bendera Zaskia Mecca atau brand ZM dikibarkan. Bisnis rintisan yang digagas kakak-beradik artis Zaskia Adya Mecca dan Haykal Kamil dengan ini mampu bertahan hingga saat ini.

Muhammad Haykal Kamil, Pendiri & Chief Executive Officer PT Kals Corpora Indonesia, bercerita mengapa lebih memilih untuk memakai nama Zaskia Mecca karena mempunyai citra sosok seorang perempuan yang kuat, sederhana dan luwes dikenal masyarakat awam. Dia telah meminta izin sang kakak untuk namanya, ZM Zaskia Mecca. Di sana banyak busana Muslimah dan sedikit busana Muslim pria yang ditawarkan.

Haykal mengungkapkan, perkenalan dalam dunia entrepreneur sudah dimulainya sejak SMA. Kala itu, dia mendapatkan tantangan dari seniornya untuk mengumpulkan dana sejumlah Rp 10 juta. “Tahun 2007 saya ditantang untuk mengumpulkan duit yang akan digunakan untuk prom night, nominalnya Rp 10 juta. Saya dikasih baju, disuruh jualan baju. Akhirnya mulai berpikir jualan baju yang disablon untuk konser musik di JCC Senayan yang saat itu cukup besar. Selama 3 hari full jualan di pinggir jalan jadi momen yang tidak terlupakan karena saat berdagang ada kepuasan dalam hati,” ungkap Haykal kepada SWA Online melalui Zoom, pekan lalu.

Haykal menyelesaikan studinya di Universitas Bina Nusantara dengan mengambil jurusan S-1 Manajemen. Pada masa-masa kuliah, ternyata menjadi tantangan tersendiri bagi Haykal karena keuangan keluarganya mengalami kesulitan. Dia pun mulai berpikir untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain bermain peran dalam sinetron, tetapi juga berjualan baju konser menggunakan sistem pre order alias PO.

Passion menggeluti dunia entrepreneur dalam diri Haykal membawanya untuk membangun bisnis sendiri, yaitu PT Kals Corpora Indonesia. “Idenya sendiri datang dari pemikiran seperti apa jualan yang berkelanjutan karena baju konser kan seasonal, tidak setiap saat dibutuhkan. Akhirnya saya berpikir untuk jualan baju Muslim yang bisa digunakan untuk setiap hari. Tidak hanya pada momen lebaran Idulfitri dan Idulada. Peluang bisnis fesyen Muslim sangat besar di Indonesia. Saya mencoba mengeksplorasi apa yang diinginkan oleh konsumen,” ucapnya.

ZM Zaskia Mecca adalah brand yang fokus pada busana perempuan berupa dress/ gamis, tunik, blus, hijab persegi polos, dan hijab persegi motif. Menurut Haykal, ada beberapa keunikan dari ZM yang menjadi keunggulan dari produknya. Pertama, dari segi desain, menghadirkan desain eksklusif ZM dengan pattern minimalis dan penggunaan warna earth tone dalam satu kain maksimum lima warna. ZM fokus pada warna-warna dasar yang elegan saat dipakai. Saat ini ZM menggunakan bahan chamomile yang bertekstur hingga karakteristik bahan ini cocok dikenakan untuk dress/ gamis.

“Setiap tahun kami selalu meningkatkan kualitas produk kami berdasarkan review dan masukan dari para konsumen. Bisa memproduksi satu juta pakaian dalam kurun waktu satu tahun. ZM memakai jasa penjahit lokal yang tersebar di Bandung yang difokuskan untuk menjahit hijab, Pekalongan, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bogor dan Jepara untuk atasan dan dress,” ujar Haykal.

Alasan Haykal menggandeng penjahit lokal guna memberdayakan pekerja lokal dan roda ekonomi terus berputar di daerah. Tercatat sudah ada 2.000 pekerja yang menggarap produksi busana muslim miliknya. Tak hanya itu, bahan atau kain digunakan bukan impor tapi lokal. “Sudah saatnya untuk memajukan produk lokal, bangga buatan anak bangsa. Buat apa impor, jika produk lokal juga memiliki kualitas yang sama bagusnya,” ujarnya

Kedua, secara value, desain ZM mengangkat khazanah budaya Indonesia. Setiap daerah punya kain tradisional dan pecinta fesyen bisa mendapatkan kekayaan budaya banyak daerah dalam satu brand. Selain itu, ada juga desain yang terinspirasi dari bentuk-bentuk aksara nusantara kuno yang kaya akan makna serta terinspirasi dari flora yang berada di Indonesia. Koleksi yang ditujukan untuk wanita berusia 25-35. “Ide dan konsep tersebut datang dari Tania Ray Mina saudara kandung sekaligus Co-founder & Creative Director dan tim dalam menghadirkan gaya busana khas ZM,” ujarnya.

Ketiga, dari segi harga yang merakyat. “Kita melihat banyak brand milik public figure, tapi harganya tidak terjangkau. ZM menyasar kalangan kelas menengah hingga ke bawah, karena dinilai banyak yang bakal beli. Kami sadar bahwa dalam mencari peluang agar bisa memenuhi kebutuhan mereka dan memastikan kualitas kami punya worth to wear dengan harga yang ramah kantong,” tegas Haykal.

Usaha yang digelutinya, tak berjalan mulus. Pada awal berdiri Desember 2015, Haykal mengaku ZM terjun di ranah offline store, bekerja sama dengan salah satu departement store untuk memasarkan ZM. Namun, dia mengalami kerugian besar karena pakaiannya tak laku hingga akhirnya memutuskan kontrak tidak lagi bekerja dengan departement store tersebut. “Saya waktu itu sempat mengalami kerugian besar, di angka dua digit saya tidak bisa bisa sebutkan nominalnya,” ujarnya.

Hingga akhirnya, Haykal memutuskan untuk fokus berjualan secara online saja mulai tahun 2019. Tak melalui laman ZM saja, dia juga bergabung dengan beberapa platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, Zalora hingga TikTok Shop. Dia juga memanfaatkan sosial media guna memperkenalkan ZM kepada masyarakat luas di Instragram, Facebook, TikTok Live, dan Youtube.

Dengan mengubah strategi berjualan secara daring, Kals Korpora sukses mencatat penjualan 5x lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, bisa menambah jumlah karyawan yang semula hanya lima orang termasuk Haykal menjadi 120 orang. Rintangan yang dihadapi tidak hanya berhenti pada saat itu saja, namun dia juga mengalami dampak dari pandemi. Stok barang menumpuk, pesanan banyak yang dibatalkan hingga banyak tagihan yang tidak dibayar mengancam bisnisnya.

Dia mempunyai strategi agar bisa bertahan di tengah himpitan ekonomi yang melanda dunia. “Saya berkata terus terang kepada semua karyawang tentang keadaan situasi yang tengah dihadapi dan usaha masih beradaptasi dengan berjualan dan transaksi secara daring. Saat pandemi, orang tidak membutuhkan pakaian baru, hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Jadi, saya jual dengan harga tidak mahal, tekan margin serendah mungkin yang penting tetap laku. Selanjutnya, negosiasi dengan vendor agar termin pembayaran bisa dilonggarkan. Saya pada saat itu juga tetap berjanji kepada seluruh karyawan tetap memberi upah penuh dan hak-haknya tetap dipenuhi,” terang Haykal.

Banyak permintaan dari konsumen untuk bisa menjual barang secara offline atau membuka toko fisik sendiri karena tak puas hanya bisa melihat gambarnya saja. Konsumen ingin merasakan, mencoba dan menyentuh barangnya, lantas membuat Haykal juga kembali bekerjama sama dengan departement store. “Saya telah bekerja sama dengan Matahari Department Store,Yogya Swalayan dan Aeon Mall. Namun, belum semua wilayah tersedia produk fesyen kami. Tidak semua Matahari ada ZM, sementara ada di Depok, Tangerang, Jakarta, Bandung dan Balikpapan. Ada di Aeon Mall dan Yogya Swalayan,” ujarnya.

Ke depannya Haykal mengungkapkan, perusahaan akan lebih serius menggarap bisnis omnichannel, memperluas wilayah pemasaran, melakukan inovasi terhadap produk-produk fesyennya dari segi promosi hingga packaging produk.

“Nantinya, ZM akan berinovasi storytelling tema desain, lebih banyak mengangkat topik Nusantara yang belum diangkat serta menggunakan kemasan yang lebih bagus serta ramah lingkungan. Selain itu, akan memasarkan ZM lebih gencar di beberapa daerah. Rencananya selain bekerja sama dengan departement store juga akan membuka toko fisik sendiri. Selain itu, saya dan tim juga akan memberbanyak koleksi untuk pria dan pakaian khusus anak-anak. Tahun ini, saya optimis bisa melantai di bursa saham,” tutur Haykal.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved