Trends

Restrukturisasi Crew di Garuda Harus Mencapai Rasio yang Tepat

Armada Garuda Indonesia (Foto: Ist).

Berbagai pembenahan dilakukan manajemen PT Garuda Indonesia Persero Tbk, selain restrukturasi keuangan, salah satu yang penting dilakukan adalah restrukturisasi sumber daya manusia. Menurut Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman, restrukturisasi sumber daya manusia harus terus dilakukan PT Garuda Indonesia untuk mencapai rasio yang tepat, khususnya berlaku pada sumber daya manusia (SDM) atau crew.

Ia menambahkan meskipun restrukturisasi dan rasionalisasi jumlah crew, sebaiknya harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat dengan melihat armada tipe pesawat mana yang kelebihan crew, mana yang pas, mana yang kekurangan, lalu dibuatkan rencana restrukturisasi yang meminimalisir tidak hanya biaya, tetapi juga turnover/terminasi karyawan.

Gerry menegaskan jangan sampai karena kelebihan crew di suatu tipe pesawat, atau kelebihan akibat ada tipe armada yang berhenti beroperasi, lalu sisa crew dari tipe armada tersebut dihentikan/pensiun, sebelum diketahui rencana armada ke depannya bagaimana. “Jangan sampai tiba-tiba jadi kekurangan dan harus meng-hire lagi. Ini salah satu hambatan utama yang dihadapi Garuda saat ini,” ujar Gerry.

Sedangkan Asosiasi Pilot Garuda (APG) meminta pihak management bijaksana dalam mengeluarkan kebijakan terkait SDM. Apalagi Pilot merupakan asset perusahaan yang penting untuk perkembangan perusahaan ke depannya. Sejauh ini, sebutnya, pilot yang tergabung dalam APG, telah menjalankan tugasnya secara profesional bahkan pada saat pandemi dan proses PKPU lalu. Pilot telah memberikan sumbangsih yang cukup besar guna kelangsungan perusahaan. Dan telah terbukti bahwa garuda mencapai On Time Performance (OTP) peringkat satu dunia.

Berdasarkan Official Airline Guide (OAG) Flightview, sebuah lembaga riset internasional yang melakukan pemeringkatan ketepatan waktu OTP maskapai penerbangan global, sepanjang tahun 2022, Garuda Indonesia berhasil meraih peringkat pertama tingkat OTP sebesar 95,63%, mengalahkan sejumlah maskapai lainnya, diantaranya maskapai asal Afrika Selatan SafAir berada di peringkat kedua (95,30%), maskapai asal Jerman Eurowings di peringkat ketiga (95,26%), maskapai asal Thailand Thai AirAsia di peringkat keempat (92,33%), dan maskapai asal Korsel Jeju Airlines di peringkat kelima (91,84%).

APG berharap manajemen dapat lebih baik lagi dalam perencanaan pesawat (Fleet Plan) ataupun penerimaan pilot, mengutilisasi pilot anak bangsa , dan menjalankan PKB dan PKP yang telah disepakati bersama antara asosiasi dan perusahaan. Dengan diutilisasinya Pilot CRJ dan ATR pada tipe pesawat lainnya, akan mendukung perkembangan perusahaan dalam hal penambahan rute, penerbangan umrah dan penerbangan haji, sehingga tidak menggunakan pilot asing dalam hal penerbangan haji, melainkan pilot anak bangsa.

Terkait info bahwa pemerintah resmi menyuntikkan tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke dalam modal saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2022. sebesar Rp 7,5 triliun sebagai bantuan pemerintah untuk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk dapat kembali beroperasi dengan normal setelah pandemi dan paska proses PKPU.

Menurut Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, suntikan dana sebesar Rp 7,5 triliun dari pemerintah tidak akan dipakai untuk bayar utang. Suntikan tambahan PMN tersebut tidak akan dipakai untuk membayar gaji karyawan. Ia merinci bahwa suntikan dana ke dalam modal saham GIAA itu akan digunakan untuk kepentingan perancangan bisnis perusahaan. “60 persennya untuk alokasi pesawat sesuai dengan business plan (rencana pengembangan bisnis), sisanya untuk modal kerja,” kata Irfan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved